85

14 4 2
                                    

Dari tempatnya, Joy merasa perpisahan ini membuatnya sedih sekaligus frustasi. Melihat bagaimana para pekerja menangis, ia menahan dahi dengan tangan kanannya sebelum menghela napas.

"Ah, ini benar-benar kejam."

"Sudah lah, manusia memang tidak konsisten," gumam Yunhyeong menggelengkan kepalanya sambil menyeka air mata yang keluar, lalu berjalan pergi.

Joy yang mendengar itu mengerutkan dahi, langsung menyusuli Yunhyeong dengan ekspresi bertanya-tanya. Pandangannya terkunci ketika penyihir itu menghampiri Irene yang baru saja melepaskan pelukan Wonyoung setelah membuka kontraknya. Tepat ketika ia sampai di samping Yunhyeong, Joy reflek bertanya, "Apa maksudmu?"

"Kau pernah bilang sudah bosan hidup, tapi sekarang kau mengatakan kalau ini kejam," jawab Yunhyeong memandang tangan kanannya yang sedang digunakan Irene untuk membuka kontrak.

Antara 'bosan hidup' dan 'tidak konsisten' hanya karena merasa perpisahan ini kejam, jelas tidak ada hubungannya di telinga Irene. Tapi ia tidak ingin ikut campur dalam perdebatan dua pekerja sekaligus temannya itu hingga dirinya mengangkat kepala ketika selesai membuka kontrak.

"Apa aku tidak konsisten?" tanya Joy sungguh-sungguh membuat penyihir wanita yang ada di depan Yunhyeong itu membulatkan matanya bingung.

Irene baru saja ingin membuka mulut, tapi ucapannya terpotong oleh pertanyaan lain.

"Apa aku bisa pergi duluan?" tanya Yunhyeong menunjuk pintu besar yang berada di dekat dinding ruang rahasia. "Aku tidak suka situasi ini."

Irene mengernyit. Karena tidak ingin pikirannya diisi oleh banyak pertanyaan, ia hanya memberi anggukan singkat. "Pergi saja."

"Tunggu, tunggu!" Joy cepat menahan lengan pria itu dengan tangan kirinya. Ketika Yunhyeong menoleh, Joy mengarahkan tangan kanannya pada Irene. "Buka punyaku juga."

Yunhyeong mengerutkan dahi, lalu berbalik sepenuhnya membuat genggaman Joy terlepas perlahan. "Kau takut?"

"Iya!" jawab Joy membuatnya mendelik. Wanita itu memandang simbol yang muncul di pergelangan tangannya dan terlihat pecah sesaat kemudian. Ia langsung melirik ke depan, "Apa sudah selesai?"

Irene mengangguk, lalu menoleh kearah Joy dan Yunhyeong bergantian. "Apa kita harus pergi bersama?"

"Iya! Harus! Lebih baik menghadapinya bersama daripada sendirian."

Seruan Joy itu hanya ditanggapi oleh anggukan Irene sebelum penyihir itu menoleh, mencari sang kakak. Taeyeon ternyata sedang berbicara dengan Olivia. Irene beralih mencari Eunbi dan adiknya sedang meminta Jiwoo, Jihan, Jaehyun, dan Jungkook untuk pergi menuju ke dekat pintu lalu melangkah mendekati Jinsoul. Semuanya sedang sibuk. Dia memutuskan untuk pergi menuju Eugene dan Taeyoung yang sedang menggerakan tangan mereka, seakan sedang meramalkan sesuatu. Kedatangan Irene dengan cepat mengalihkan perhatian mereka.

"Apa aku, Joy, dan Yunhyeong bisa pergi lebih dulu?" tanya Irene berhenti melangkah, lalu berkacak pinggang untuk mengatur napas.

"Kau tidak masuk dengan saudari-saudarimu?" Eugene mengangkat alis sambil mengerutkan dahi.

"Ini lebih cepat daripada harus menunggu," balas Irene beralasan. Ia melirik Taeyeon dan Eunbi bergantian, lalu kembali melihat Eugene. "Aku lebih memilih untuk pergi dengan teman-temanku. Dosaku terlalu banyak untuk pergi dengan mereka."

Ucapan itu reflek membuat Taeyoung dan Eugene terkekeh membuat Irene mengernyit tidak mengerti.

"Apa?"

"Pergilah jika itu pilihanmu," ucap Eugene mengakhiri dan mengembangkan senyumnya.

Irene berdehem mengangguk, berjalan kembali menuju Joy dan Yunhyeong yang sedang berdebat kecil. Sambil memelankan langkahnya, ia bertanya, "Kita pergi sekarang?"

"Hah... Akhirnya..." Yunhyeong menegakan tubuhnya, terdengar sudah kehabisan tenaga karena berdebat dengan Joy. Sambik melipat kedua tangannya, ia mulai melangkah pergi menuju pintu, "Ayo cepat."

Joy mengernyit, walau akhirnya ia mengikuti Yunhyeong serta Irene yang sudah berjalan terlebih dahulu di depannya. "Kau tidak pamit dengan mereka?!"

Pria itu mengangkat dan melambaikan tangan kanannya sebentar tanpa menoleh ke belakang menandakan bahwa dirinya tidak ingin. Lagipula tanpa Joy ketahui, Yunhyeong sudah berbicara dengan Jaemin dan Mashiho. Hanya saha keadaannya terlihat dramatis sehingga ia malas memberitahunya.

Melihat pintu besar itu membuat Joy merinding dan berlari sambil merangkul tangan kanan Irene. Tepat saat itu juga ia menoleh ke kanan dan berseru, "SAMPAI JUMPA SEMUANYA!"

Irene meruntuki dirinya sendiri membiarkan Joy berjalan disisinya, karena seluruh pasang mata menjadi fokus pada mereka. Hampir seluruh pekerja langsung membalas dengan seruan atau lambaian tangan, ditambah dengan tangisan yang mulai pecah karena mereka semua sedang berpisah, tapi Joy berpamitan tanpa terlihat menangis.

Mendapati Irene yang juga ada di sana entah kenapa membuat Taeyeon merasa tertusuk. Rasa sesaknya semakin bertambah. Apa pada akhirnya ia tidak bisa berdamai dengan adiknya?

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang