32

24 4 0
                                    

Sudah berapa tahun, ya? pikir Irene memandang gerbang raksasa, salah satu pintu penghubung antara dunia manusia dengan dunia sihir.

Wanita itu kembali memandang ke depan, seketika menyadari sesuatu.

Urutan posisi berjalan mereka sama persis dengan arti keberadaan mereka sekarang.

Taeyeon berjalan paling depan, dimana dia adalah pelaku utama dari mengapa mereka pergi ke dunia sihir sekarang.

Tak jauh di belakangnya, terdapat Eunbi yang berjalan santai. Irene tahu tingkat kebencian Eunbi pada Taeyeon lebih kecil di bandingkan dirinya. Jadi, sudah pasti Eunbi masih mau menolong dan ikut bersamanya.

Sementara, Irene sendiri berada paling belakang. Dirinya merasa tidak di perlukan, tapi terpaksa ikut karena dia termasuk dalam pengawas terdekat Taeyeon.

Mendekati portal, Irene menutup matanya beberapa saat. Lalu membukanya kembali setelah dirinya merasa sudah berpindah lokasi.

Mereka sudah sampai di dunia sihir.

Taeyeon memandang ke sekitar, ternyata tidak banyak yang berubah. Tetap toko-toko lama yang ketinggalan jaman.

"Eunbi."

"Yaa, Kak?"

"Teman mu, Hyewon, apa kita bisa menggunakan pintunya?"

Mendengar pertanyaan Taeyeon membuat alis Irene terangkat, merasa hanya dirinya yang tidak mengetahui topik obrolan mereka. Lagipula ia sudah menyadarinya, Irene memberi jarak pada Taeyeon semenjak hari kutukannya di mulai. Jadi, wajar saja jika dia tidak tahu apapun.

Tapi, entah kenapa, jawaban Eunbi membuat Irene yang mendengarnya reflek tertawa diam-diam.

"Pas sekali, Hyewon bilang, dia tidak mengizinkanmu melewatinya."

"Dasar, dia ingin sekali aku datang."

"Membunuhnya lalu menambahkan hukuman dan semakin lama di Magia Unica? Lebih baik tidak," sahut Irene berjalan melewati mereka dengan kedua tangan terlipat di depan dada. "Perbaiki sikapmu atau kau akan semakin menyusahkanku... juga Eunbi."

Merasa Irene menguping pembicaraan mereka, tentu Taeyeon tersinggung.

"Kali ini, aku memihak kakak saja," ucap Eunbi pelan menepuk bahu Taeyeon. Ia memandang Irene yang berjalan sendirian di depan. "Kak Irene, kan, belum bisa menerimanya..."

"Seharusnya dia yang mengatur sikapnya!" gerutu Taeyeon mengepalkan kedua tangannya. Ia menatap tajam Irene yang terlihat tidak peduli, wanita itu bahkan tidak melihat ke belakang lagi. "Menyebalkan."

Eunbi terkekeh pelan, berulang kali mengusap bahu Taeyeon untuk meredakan emosinya. "Sudah, sudah."

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang