Throwback : Jihan (2)

15 2 0
                                    

"Permisi," panggil Jihan membangunkan dirinya dari tempat duduk dan berjalan pelan menuju kasir. "Aku baru sadar, tidak ada tanda harga di menu rahasia spesial itu, padahal rasanya enak sekali. Apa kamu tahu berapa harganya?"

Laki-laki yang ada di sebranya mengernyit, "Tidak ada harganya?"

Jihan terkekeh dan mengangguk, "Iya."

"Oh..." Subin mengalihkan tatapan dan menunduk melihat meja kayu di depannya. Ia mengatupkan bibirnya, sementara jari telunjuk kanannya berulang kali mengetuk meja dengan cepat. Beberapa saat kemudian, ia mendongakan kepalanya dan kembali berbicara, "Itu berarti anda harus membayar dengan hal lain."

"Hal lain?"

Entah kenapa, Jihan melihat perubahan ekspresi Subin. Laki-laki yang lagi-lagi mengalihkan pandangannya itu terlihat mencurigai atau memikirkan sesuatu.

"Ada apa?" tanya Jihan bingung.

"Maaf..." jawabnya membalas pandangan wanita itu. "Apa ada mencium bau aneh?"

"Bau aneh?" Jihan menoleh ke sekitar dan berulang kali menghirup udara, tapi ia tidak merasakan bau apapun. Wanita itu kembali menoleh kearah Subin yang terlihat menoleh ke sisi kanannya. "Tidak ada, kau tahu aku sebentar lagi berumur 100 tahun, wajar saja hidungku sedikit tidak berfungsi, tapi-"

"Ada yang terbakar..."

Gumanan Subin tidak sepenuhnya tertangkap di telinga Jihan. "Apa?"

"Maaf... Apa anda bisa keluar dari sini?" tanya Subin menoleh kembali kearah wanita di depannya dengan tatapan tidak tenang.

Sesaat kemudian, ia berjalan cepat keluar dari area kasir, berniat menuju pintu dapur yang berada di depan pintu masuk.

Tidak mau berlama-lama bingung tanpa penjelasan, Jihan menahan pergelangan tangan Subin yang hendak melewatinya. "Tentang bayaran lain itu, bisa kamu jelaskan dulu?"

"Kontrak. Anda harus bicara dengan pemilik tempat ini." Subin perlahan menarik tangannya lepas dari genggam Jihan dan kembali berjalan menuju pintu dapur.

Berbicara dengan pemilik tempat ini? Untuk apa? pikir Jihan memutar tubuhnya sambil memandangi satu persatu interior yang menghiasi seluruh ruangan. Dengan bantuan tongkat yang ia pegang, wanita tua itu berjalan pelan sambil mencari ruang pemilik Magia Unica.

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang