22

36 4 0
                                    

Eunbi terdiam menunduk, pandangannya terfokus pada sebuah surat yang mengantarkannya kembali ke dunia yang sudah beberapa bulan tidak ia datangi.

Lagi-lagi si bungsu khawatir dengan kakak sulungnya yang telah membebani dirinya selama berabad-abad. Entah sampai akan kesabaran Eunbi tertahan untuk melindungi sang kakak, Taeyeon, dari ancaman hukuman berat.

Wanita itu menghembuskan napas beratnya ketika dirinya menyadari sudah keluar dari gerbang dunia sihir. Eunbi langsung memasukan surat tersebut ke dalam saku jubahnya.

Setelah berjalan lumayan menjauh dari sana, langkah Eunbi perlahan terhenti. Ia merasakan sesuatu yang membuat tubuhnya merinding dari arah belakang.

Eunbi yang penasaran dan tidak merasa akan ada hal bahaya langsung memutar tubuhnya, tepat dimana sebuah tongkat sudah siap mengeluarkan sihirnya.

"Kak Taeyeon? Kenapa ada disini?" tanyanya mengernyit bingung sekaligus kaget. Matanya tertuju pada tongkat yang mengalihkan perhatiannya, "Apa ini maksudnya?"

"Justru harusnya aku, bukan, yang bertanya?" balas Taeyeon menatap tajam orang pertama yang ia curigai melakukan sesuati pada bunga-bunga kuning di ruang rahasianya. "Kenapa di tengah malam, kau ada disini? Bukankah harusnya kau di lantai atas dengan yang lain?"

"Aku jalan-jalan... Iya, jalan-jalan," ucap Eunbi menemukan alasan terbaiknya. Tentu saja dirinya berbohong karna bukan itu yang membuatnya harus pergi ke dunia sihir. "Kalau kakak, kenapa ada disini?"

"Untuk apa kau bertanya kalau kau sudah tahu jawabannya?"

Ucapan Taeyeon tadi menusuk hati Eunbi, entah kenapa. Sudut senyum wanita itu benar-benar menghilang. Ia tertular aura menyebalkan Taeyeon sehingga mood serta ekspresinya berubah.

Intonasi suara Taeyeon adalah yang paling tidak disukai Eunbi setelah Magia Unica dibangun.

"Kau menggunakan baju hijau akhir-akhir ini?"

"Tidak."

Taeyeon menurunkan tangan kanannya yang menggenggam tongkat. Sementara tangan kirinya sibuk mencari sesuatu di balik jubahnya.

Beberapa saat kemudian, tangan kirinya sedikit terangkat dengan sebuah kain hijau dijepitkan diantara dua jarinya.

"Lalu, apa ini?"

Magia UnicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang