"Apa?"
"Oh, tidak-tidak." Eunbi menggeleng cepat. Tatapannya kosong memandang ke tanah. "Pilihan 'bunuh diri' tidak akan mempan untuk kutukan yang belum selesai."
"Kau bercanda?" tanya Taeyeon mengerutkan dahinya, tidak mengerti dengan apa yang dipikirkan adiknya.
Ada perasaan aneh yang muncul, seperti rasa takut akan terjadi pada Eunbi jika dia tidak bisa mengatur pikirannya. Apa ini rasanya khawatir?
Eunbi yang kembali tersadar langsung merentangkan tangan dan menepuk kepalanya, lalu menurunkan kembali kedua alat geraknya itu. Sesaat kemudian, wanita itu teringat dengan benda tipis yang ada di saku dan mencarinya.
"Oh, ya, ada surat untuk kakak."
"Apa lagi? Teguran? Penambahan kutukan?"
Dengan sihir, Eunbi menerbangkan sebuah surat di tangannya menuju Taeyeon. "Kakak itu masih di awasi walaupun sudah berabad-abad."
Taeyeon hanya melirik sang adik beberapa saat lalu menurunkan netra-nya kepada kertas yang ia keluarkan dari amplop lusuh.
Tertulis bahwa Taeyeon dan kedua adiknya harus pergi ke pengadilan sihir bagian kutukan untuk menangani kasus mengenai dirinya menyerang lapisan pelindung terakhir pada pemegang kutukan yang telah di pasang 100 tahun lalu.
"Belum sehari aku melakukannya, tapi sudah ini sudah keluar saja," komentar Taeyeon sarkas kepada salah satu lembaga penting di dunia sihir. "Mereka berbeda dengan manusia."
"Bukan itu maksudku, kak."
Ucapan Eunbi membuat Taeyeon mendongakkan kepalanya dan memperlihatkan ekspresi bertanya-tanya.
"Kita sudah hidup lebih dari yang kita kira karena hukuman ini dan sampai sekarang belum ada petunjuk, kenapa kutukan ini belum selesai?" jelas Eunbi menaruh emosi pada tangan kanannya yang mengepal dan bergerak setiap ia mempertegas kata. "Aku sudah sabar melakukan ini sebab dari kita bertiga, hanya aku yang cepat akrab dengan manusia. Dan mungkin kita sudah melewati titik kematian, tapi kutukan itu membuat kita tidak bisa pergi."
Taeyeon mengendurkan ekspresinya, menghela napas panjang setelah mendengar Eunbi mengeluarkan pendapatnya. Emosi Taeyeon hilang begitu saja ketika melihat sang adik melihatnya dengan tatapan menahan tangis.
Umur panjang, ternyata tidak semuanya seindah itu.
Apalagi jika belum bisa pergi karena urusan yang belum selesai.
Eunbi mengalihkan pandangan tajamnya, merasa sia-sia mengharapkan sesuatu pada kakaknya. "Ck. Sudah lah... Kakak tidak akan mengerti..."
"Eunbi."
"Kita pergi ke pengadilan besok," lanjutnya sebelum berputar dan berjalan meninggalkan Taeyeon yang terdiam memandang kepergiannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Magia Unica
Fantasíaㅡ since 1609 (maaf ya ceritanya gak jelas, nanti di revisi lagi kok 😗) © FLCVOURSKY | October 2021