28 ||Terlambat Datang Bulan

134 22 4
                                    

Pagi-pagi sekali, rumahku sudah gaduh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali, rumahku sudah gaduh. Aku terbangun pukul tujuh karena suara benda jatuh yang disusul oleh suara jeritan Mocca. Kepalaku sampai sakit ketika melompat dari ranjang dan langsung keluar dari kamar karena terkejut.

"Ada apa?" tanyaku sambil memijat kening.

Ibu dan ayahku sedang berada di ruang tengah, mereka berdua menoleh kemudian tertawa sembari menunjuk Mocca yang bersembunyi di bawah meja.

"Kucingmu kepeleset," ujar ibuku sembari berjalan ke dapur membawa kain pel ke kamar mandi.

Aku berjongkok dan mengulurkan tangan, memanggil Mocca agar keluar dari bawah meja. Kucing itu pun pelan-pelan mendekat, kemudian berlari ke dalam kamarku sebelum tertangkap oleh ayahku yang sudah mengincarnya dari sisi lain.

"Tumben ayah udah rapi pagi-pagi begini, mau ke mana?"

"Keponakanmu ngajak makan bubur ayam. Mandi gih, sana! Kalau kesiangan nanti habis."

"Aku nggak ikut deh, mau pergi nanti jam sembilan."

"Mau ke mana?" tanya ibuku yang nampaknya sudah selesai mengepel lantai.

"Mau ke ... kos Arindi."

"Belakangan ini kamu jadi sering ketemu sama Arindi lagi, tumben." Dari nada bicaranya, aku tahu kalau ibuku sedang menaruh curiga. Bagaimana pun, firasat seorang ibu terhadap anaknya cukup kuat, kan?

"Iya, mumpung bisa ketemu. Kan, udah lama banget nggak ketemu ... nyaris dua tahun loh, selama pandemi ini." Aku menatap karpet ruang tengah saat mengucapkan kalimat bohong itu, karena jika aku menatap mata kedua orangtuaku, sudah dapat dipastikan ... mereka akan tahu kebohonganku.

"Ayah mau pinjam mobilmu tapi. Kalau kamu naik taksi online aja, nggak apa-apa?"

"Nggak masalah, sih. Aku bisa naik transjakarta, ojek online atau apa aja. Gampang lah, Yah." Aku berjalan ke ruang makan, mengangkat tutup saji di atas meja makan sebelum meraih handuk dari jemuran di depan kamar mandi. "Roti tawarnya habis, Bu?"

"Iya. Kalau mau sarapan, serealmu masih ada tuh di lemari makan."

"Oke deh."

.

.

.

Gara-gara Harvey yang menanyakan perihal datang bulanku dua minggu yang lalu, aku jadi kepikiran sampai sekarang. Pasalnya, hingga hari ini aku belum datang bulan. Siklus datang bulanku memang terbilang tidak teratur. Tapi, seingatku dalam dua bulan belakangan ini siklus datang bulanku cukup teratur.

Biasanya, menjelang datang bulan ... aku akan merasa mual dan tidak selera makan. Kali ini, gejalanya sama persis. Tapi, setelah kuingat kembali, aku sudah telat dua hari dari perhitunganku sejak datang bulan hari terakhir yang ternyata kucatat dalam sebuah aplikasi cara menghitung masa subur dalam ponselku.

BATASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang