Harvey :
☎️ Panggilan tak terjawab
☎️ Panggilan tak terjawab
☎️ Panggilan tak terjawab
☎️ Panggilan tak terjawab
Ke mana sih? Sibuk banget kayaknya. Nggak mungkin hapenya mati kan?
🚫 Pesan dihapus
🚫 Pesan dihapusPrisa :
Ya ampun, maaf. Aku ketiduran.Harvey :
🖼️ Mengirim gambar
Semoga hapenya bermanfaat!Aku kaget bukan main setelah melihat screenshoot yang dikirimkan oleh Harvey.
Kuhubungi dia sampai 4 kali tapi sengaja tidak dijawab. Sampai akhirnya dia menjawab di panggilan ke lima.
"Harv, kenapa gitu ngomongnya?"
"Udah jelas kan? Kamu masih main Tinder. Fotomu pun baru di upload. Aku nggak bego, Pris."
Suaranya setengah berteriak. Dia marah. Benar-benar marah.
"Kamu juga masih main Tinder, kan? Masalahnya di mana? Toh aku cuma main aja, nggak ada kenalan atau sampai ketemuan sama orang lain, kayak kamu."
"Ini soal kamu! Bukan aku!"
"Kok kamu egois, sih? Aku udah beberapa kali liat kamu chat sama perempuan lain, tapi aku nggak pernah negur atau pun ngamuk kayak kamu begini."
"Halah. Kamu itu pinter banget bolak-balikin fakta."
"Maksud kamu ngomong semoga hapenya bermanfaat tuh apa? Harv, dengar ya! Aku itu bukan perempuan matre! Aku nggak manfaatin kamu apalagi cuma buat sekedar dapetin hape. Kubalikin hapemu!"
"Nggak perlu. Pakai aja buat main Tinder dan kenalan sama laki-laki lain." Ucapannya melukai hatiku. Sungguh!
Memang benar beberapa hari lalu aku upload foto baru di Tinder, aku juga sempat main dan match dengan beberapa orang, tapi ketika mereka chat, aku tidak pernah membalasnya.
Sumpah!
Itu kulakukan karena kupikir Harvey juga melakukannya dan hubungan kami pun tidak ada kejelasan.
"Aku nggak ngerti sama isi kepala kamu. Sumpah! Sebenarnya selama ini aku dianggap apa sih sama kamu? Kadang kamu perlakukan aku kayak pacar, kadang kamu bertingkah seolah kita nggak ada apa-apa. Aku main Tinder, kamu ngamuk. Tapi kamu main Tinder dan ketauan sama aku, negur pun aku nggak berani."
Harvey diam. Dia tidak berbicara sepatah kata pun.
"Selama ini aku anggap kamu pacarku, Harv. Aku bilang ke temanku kalau kita pacaran. Karena aku pikir ya kita pacaran, walau kamu nggak pernah nyatain apa-apa ke aku. Tapi ternyata kamu mikir aku cuma manfaatin kamu, aku kecewa banget. Aku tuh sayang sama kamu! Nggak pernah sedikit pun kepikiran buat manfaatin kamu!"
Kusudahi panggilan.
Aku menangis sampai sesak.
Aku emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS
ChickLit"Ini bukan hanya tentang aku dan dia. Tapi tentang apa yang dia yakini dan apa yang aku takuti. Tentang batas yang tidak mungkin kami langkahi." . . . Sebagai perempuan Indonesia yang sudah memasuki fase quarter life crisis, tuntutan menikah sudah s...