88 || Ani-ani

109 20 0
                                    

"Aku udah nanya sama Susan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku udah nanya sama Susan."

Rifa memperlihatkan ruang chat-nya dengan Susan. Chat paling awal hanya basa-basi, chat selanjutnya langsung ke inti. Bahkan di situ Rifa mengirimkan foto Harvey yang dia dapatkan dari Instagram.

Kok bisa? Tentu aja bisa.

Perempuan kalau sudah penasaran, jangankan mencari orang di Instagram, mencari kutu sampai ke kolong Asgard pun bakalan ketemu.

"Susan itu... Ani-ani." Rifa melihat Arindi sebentar, lalu menatapku lagi. "Arindi juga tau."

Hah?

"Kok? Kalian tau dari mana?" Aku memang terbilang cukup kurang update dan jarang bersosialisasi. Tidak seperti kedua temanku yang punya jaringan luas dalam pertemanan.

Selain itu, Rifa dan Arindi punya beberapa kesamaan. Salah satunya menonton Java Jazz Festival. Mereka juga penggila K-Pop setelah patah hati karena ditipu One Direction yang katanya Hiatus. Cuma aku sendirian yang masih menjadi badut directioners.

It's Okay.

"Teman kuliahku pernah pacaran sama dia. Kamu inget Steven?" Aku menggeleng. Jujur, banyak banget yang hilang dari ingatanku."Tapi cuma dikuras uangnya aja." Arindi menunjukkan chat-nya dengan Steven.

Di dalam chat itu, Steven bilang kalau Susan sekarang jadi simpanan Gadun. Dikasih apartemen dan mobil. Tapi Susan selalu terlihat sibuk di media sosialnya, selayaknya perempuan pekerja keras.

"Selain menjadi MC, dia juga sering menjadi SPG di sebuah Event, eksis juga di media sosial makanya punya banyak followers. Dia juga pernah jadi bintang iklan pasta gigi."

Kukembalikan kedua ponsel itu kepada pemiliknya masing-masing. Cukup sampai di situ aja informasi tentang Susan yang harus kudengar dari Rifa.

Aku bersandar dan menejamkan mata untuk mencari tenang.
Cuma gelap dan gelisah yang kudapatkan. Aku tidak menemukan tenang.

"Halo, Susan." Suara Rifa menbuatku membuka mata dan duduk tegak.

Sambil tersenyum, Rifa mengubah mode loudspeaker pada ponselnya.

"Hai, Rif. Lagi di mana?"

"Lagi di luar,ngopi cantik. Sibuk, nggak, San?"

"Enggak kok, aku lagi santai. Gimana?"

"Ini... aku mau lanjutin yang tadi siang. Kamu beneran belum pernah ketemuan sama Harvey?"

"Oh... ini aku lagi nunggu dia. Kenapa sih, Rif?"

Nunggu dia? Nunggu Harvey maksudnya? Sejak kemarin Harvey memang menghilang, hari ini juga dia belum menghubung—ponselku berdering. Chat dari Harvey.

Harvey :
Aku baru sampai kost. Kamu udah sampai rumah?

Tumben. Biasanya Harvey tidak pernah mengabari kalau baru sampai di kost. Dia akan menghubungiku setelah mandi dan makan malam biasanya.

BATASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang