Rasanya aku ingin mencelupkan kepalaku ke dalam gelas teh hangat di hadapanku, saat mengingat kebodohanku malam itu dengan Harvey. Aku memanggilnya 'sayang' dan mengajaknya ina-inu secara paksa.
Harvey terpaksa? Apa iya?
Memang benar semua itu karena alkohol, tapi aku sadar banget dengan apa yang kukatakan malam itu, hanya saja sebagian dari dalam diriku tidak bisa menahan kata itu untuk meluncur keluar begitu saja dari mulutku sendiri.
"Hey, Pris!" sapa Tabita yang baru saja tersambung denganku melalui video call. Dia menyandarkan ponselnya pada sesuatu, selagi dirinya sibuk mondar-mandir di dalam kamar, entah melakukan apa. "Gimana? Ada apa?" tanyanya yang masih sibuk sendiri.
"Kamu udah datang bulan?"
"Udah, baru aja selesai." Tabita tersenyum ke arah kamera ponselnya, lalu dia mengambil sesuatu dari dalam lemari pakaian, seperti sebuah selimut. "Kenapa?"
"Aku telat datang bulan, Bit."
"Hah?!" Tabita mendekatkan wajahnya ke layar ponsel sehingga yang dapat kulihat hanya bagian mata dan alisnya saja. "Maksudnya gimana?"
"Uhm, aku udah tes dan hasilnya-"
"No way!" pekik Tabita panik sembari melompat ke atas ranjang. Seketika cahaya di dalam kamarnya menjadi sedikit redup. Rupanya dia bersembunyi dibalik selimut.
"Kamu ngapain, sih?"
"Takut adikku dengar," bisiknya pelan. "Hasilnya apa, Pris?"
"Positif, negatif dan-"
"Covid-19?"
"Astaga!"
"Maaf. Sebentar! Kok bisa beda-beda begitu hasilnya? Satu lagi apa? Samar?" Aku mengangguk satu kali. "Aneh. Emangnya kamu ina-inu sama siapa?"
"Siapa lagi menurutmu?"
"Laki-laki dari Tinder itu? Mr. H?" Aku mengangguk lagi dan reaksi Tabita sesuai dengan prediksiku sebelumnya, dia memutar mata sebal. "Terakhir cerita, katanya cuma cium kening, ternyata ina-inu."
"Ya ... gimana dong? By the way, namanya Harvey."
"Harusnya aku yang tanya, jadinya gimana? Mas Harvey tau? Mau tanggung jawab, kan?"
"Kenapa harus pakai 'mas', sih, Bit?" Aku mendecak sebal.
"Aku kan orang jawa, manggilnya 'mas'."
"Tapi dia orang batak."
"Hah?" Tabita melotot. "Katanya orang Batam? Kenapa berubah?"
"Kita bisa bahas itu nanti deh, Bit."
"Ya udah. Jadi, gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS
ChickLit"Ini bukan hanya tentang aku dan dia. Tapi tentang apa yang dia yakini dan apa yang aku takuti. Tentang batas yang tidak mungkin kami langkahi." . . . Sebagai perempuan Indonesia yang sudah memasuki fase quarter life crisis, tuntutan menikah sudah s...