"Ini bukan hanya tentang aku dan dia. Tapi tentang apa yang dia yakini dan apa yang aku takuti. Tentang batas yang tidak mungkin kami langkahi."
.
.
.
Sebagai perempuan Indonesia yang sudah memasuki fase quarter life crisis, tuntutan menikah sudah s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa susah dihubungi, sih?"
"Tadi hapeku eror. Tiba-tiba layarnya nggak bisa disentuh dan aku bingung gimana restart ulangnya. Freeze gitu."
"Kok bisa?"
"Enggak tau. Sebenarnya udah pernah kejadian beberapa kali kayak begini, sih. Mungkin kepenuhan file, atau ada virus. Aku nggak begitu paham gadget. Dari awal beli nggak pernah ku apa-apain. Wallpapernya aja masih bawaan dari hapenya."
"Ini bukan alasan yang kamu karang karena kamu suka baca novel, kan?"
"Astaga. Enggak lah, Harv." Bisa-bisanya dia menuduhku begitu setelah kujelaskan panjang lebar kondisi sebenarnya.
"Coba cari tau di youtube. Kalau memang harus di service, coba bawa ke service center."
"Iya."
"Sebentar lagi puasa ya?"
"Iya. Katanya sih, hari minggu. Tapi, nggak tau deh. Tunggu hasil sidangnya aja nanti."
"Kamu nggak pengin ke sini sebelum mulai puasa?"
Baru aja minggu lalu ketemu. Berarti dia menolak usulku untuk bertemu dua kali dalam sebulan.
"Besok aku sama keluarga besar mau ziarah ke makam kakek dan nenek."
"Jadi, nggak bisa ketemu aku?" Suaranya terdengar lesu. Mungkin dibuat-buat agar terdengar sedih dan kecewa karena dia tau kalau aku orangnya gampang overthinking, juga tidak enakkan.
"Kalau siang atau sore udah selesai, aku ke sana deh."
"Yah, sebentar doang dong ketemunya kalau ke sininya sore?"
"Kalau bisa nginep, nanti aku kabarin."
"Sounds good. Semoga boleh ya."
.
.
.
Gila. Hari ini jalanan ricuh banget. Macet di mana-mana. Ampun deh. Orang-orang pada mau ke mana sih?
Prediksi awal, aku dan keluarga besar akan kembali dari ziarah sekitar pukul dua siang, karena jarak pemakaman nenek dan kakekku tidak terlalu jauh dari rumah. Kalau memang sial kena macet, paling lama sekitar satu jam sampai.
Perhitungan kami sudah matang banget soal waktu. Pagi-pagi keluarga besar sudah berkumpul di rumahku. Sengaja mengejar waktu supaya tidak kepanasan saat berdoa di pemakaman nanti.
Tapi siapa yang sangka kalau hari ini hampir seluruh warga Jakarta dan sekitarnya berjanjian keluar rumah secara bersamaan.
Estimasi awal, paling lama satu jam perjalanan. Nyatanya, hampir satu jam, mobilku masih stuck di satu titik.
Aku sudah mulai gelisah, khawatir, overthinking as always. Takut banget kalau sampai tidak bisa datang ke indekos, Harvey bakal marah dan mengeluarkan taringnya.