89 || Traitor

101 8 0
                                    

Seharusnya aku ikut menginap di indekos Arindi bersama Rifa. Pikiranku benar-benar kacau untuk menyetir sendirian malam-malam begini.

Hujan yang tiba-tiba turun pun seolah sudah diatur untuk melengkapi kesedihanku hari ini.

Ralat—bukan sedih, tapi kecewa dan marah pada diri sendiri yang terlalu bodoh dalam soal percintaan.

Logikaku lebih sering tidak terpakai saat mencintai seseorang. Aku terlalu banyak memakai perasaan. Ini salah!

You'd talk to her
When we were together

Terlalu totalitas kekecewaanku hari ini. Saat menyalakan radio, Traitor by Olivia Rodrigo sedang diputar.

Kuganti saluran ke radio lain.

Bukankah cinta anugerah
Berikan aku kesempatan
'Tuk menjaganya sepenuh jiwa

Lagu Peri Cintaku yang dinyanyikan ulang oleh Ziva—salah satu penyanyi jebolan Indonesian Idol yang sedang laris manis belakangan ini memang sering banget diputar di radio.

Menurut survei, sejak lagu tersebut kembali viral, ternyata banyak yang relate dengan kisah percintaan banyak pasangan akhir-akhir ini dan mulai speak up. Hingga akhirnya mulai banyak bermunculan lagu-lagu baru yang mengangkat kisah cinta beda agama.

Kupukul tombol power radio sampai benda itu mati. Lalu aku menjerit penuh kekesalan.

Penyiar radio memang sering banget memutar lagu galau saat hujan begini. Biasanya aku suka. Tapi untuk kali ini rasanya terlalu menyakitkan untuk situasiku dan aku tidak menyukainya.

Lebih baik mendengarkan suara hujan.

Hujan yang deras cukup mengganggu pandanganku. Hingga akhirnya, aku mampir ke McDonalds untuk membeli paket cheeseburger dan ice cream vanilla.

Pemilihan menu yang kurang tepat di saat hujan seperti ini. Tapi, siapa yang berhak mengaturku?

Harvey. Dia tidak berhak, tapi dia sudah sering mengaturku dan aku menurut. Lebih menurutinya daripada menuruti orangtuaku sendiri.

Memang bodoh!

Makan setelah menangis rasanya nikmat banget. Apa aku harus menangis dulu supaya bisa menikmati makananku?

Hujan masih deras setelah aku selesai menghabiskan makananku. Aku memilih untuk makan di dalam mobil yang kuparkir di halaman McDonalds, karena di dalam... banyak orang pacaran.

Sepi dan dingin.

Hanya suara wiper yang bergerak membersihkan air dari kaca mobil dan suara hujan yang mengisi kekosongan malam ini.

Tiba-tiba saja terlintas dalam pikiranku, Harvey dan Susan sedang berpelukan saat ini. Saling menghangatkan satu sama lainnya.

Ah, sialan!

Kupukul kemudi berkali-kali untuk meluapkan amarah, sampai tanganku merah dan sakit. Aku menangis sejadi-jadinya.

Kenapa se-sakit ini membayangkan orang yang disayang sedang bersama perempuan lain?

Ya Tuhan, apa tidak ada cobaan yang lain aja untukku? Kenapa harus selalu percintaanku yang diuji?

Dalam keadaan masih sesunggukkan, kunyalakan radio. Lagu Wide Awake-Katty Perry baru diputar. Sepertinya memang sudah skenario Tuhan agar aku bisa totalitas dalam kesedihanku hari ini.

Aku menangis lebih banyak lagi, deras airmataku menyaingi derasnya hujan di luar.

Sebenarnya aku sudah tidak mau lagi menghadapi masalah seperti ini. Drama perselingkuhan yang sering kulihat di media sosial  belakangan ini justru terjadi padaku.

BATASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang