74 || Shopaholic

78 22 0
                                    

Berbeda dengan minggu sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbeda dengan minggu sebelumnya. Hari ini adalah hari yang kutunggu-tunggu. Hari di mana akhirnya aku bisa bertemu dengan pangeranku.

Ah, aku jadi norak banget setelah dijadikan pacarnya Harvey.

Hatiku serasa ditumbuhi banyak bunga yang dihinggapi ratusan kupu-kupu. Rasa gelitik dari kepakan sayapnya sampai ke perut dan menyebar ke seluruh tubuh.

Hari ini kami berencana untuk makan sandwich di mall. Ada restoran Prancis yang baru buka di salah satu mall yang bisa dibilang jadi mall yang paling sering kami kunjungi belakangan ini.

Harvey yang paling semangat. Dia memesan makanan yang dilihatnya dalam iklan. Dengan bawelnya dia terus meminta rekomendasi dari pramusaji yang kelihatannya bingung.

"Selera orang kan, beda-beda, Harv."

"Makanya aku tanya yang rekomendasi di sini tuh yang mana? Setiap chef dan resto pasti punya rekomendasi makanan yang kali aja juga cocok di lidahku."

Ternyata hasilnya zonk.

Menurut Harvey rasanya 'enggak banget'. Dia sempat menggerutu sebentar, habis itu mengajakku berkeliling mall.

Entah apa yang ada di dalam pikirannya, Harvey suka banget belanja. Dibandingkan aku, tingkat gila belanjanya berada... empat tingkat di atasku. Agak jauh memang.

Hari ini dia minta ditemani membeli kemeja putih polos lengan pendek. Untuk manusia yang tidak suka pakai kemeja, sayang rasanya jika membeli dengan harga mahal. Toh, akan jarang dipakai, apalagi warna putih itu cepat banget menguning kalau kelamaan dilipat dan disimpan di dalam lemari.

Dia menolak pilihan kemejaku, dengan alasan harganya mahal dan bahannya terlalu jatuh di tubuhnya. Jenis bahannya mengikuti bentuk lekuk tubuh, dia tidak mau perut buncitnya ter-expose.

Selama kami pindah-pindah toko untuk mencari kemeja, dia tidak pernah bosan bertanya "ada yang kamu suka nggak? buat kamu." Aku sampai capek menggelengkan kepala.

Akhirnya di toko terakhir, Harvey cukup lama memilih. Dia beberapa kali memantaskan kemeja putih lengan pendek dengan logo kecil berbentuk api unggun di bagian pojok saku, ke tubuhnya yang berdiri menghadap cermin.

Aku cuma duduk aja. Sudah terlalu lelah dan pusing mengikuti keinginan laki-laki super picky satu ini. Perutku juga kram beberapa kali, sehabis makan tadi.

Sudah hampir 6 kali dia bertanya, "bagus nggak?" padaku. Awalnya kujawab, lama kelamaan capek juga dan aku cuma mengangguk sampai terakhir kuacungkan ibu jari aja.

Dia juga mengulang pertanyaan yang sama ke pegawai toko yang kelihatannya sudah muak melayaninya tapi harus tetap profesional.

Setelah banyak menimbang, akhirnya dia mantap untuk membeli kemeja itu.

Dia menemaniku duduk selagi pegawai toko mengambilkan kemeja yang baru. Aku meringis saat perutku tiba-tiba kram lagi.

"Kenapa?" tanyanya sambil membuka aplikasi mobile banking di ponselnya. Dia menoleh untuk meminta jawaban.

BATASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang