Ben langsung menundukkan wajahnya dan tidak berani memandang Adinda.
"Kenapa Lo?" Tanya Adinda.
"Pake baju dulu ngapa sih Din!" Kesal Ben.
"Kenapa? Kan baru selesai mandi, ya wajar kalo masih handukan!" Ujar Adinda dengan sedikit ngegas.
"Halah sana pake baju dulu!" Kesal Ben.
"Ok-oke, kalem napa!" Cibir Adjnda.
Bagaimana Ben tidak terkejut? Adinda berdiri di hadapannya dengan rambut yang basah dan badan tertutup handuk hanya dari dada sampai atas lutut.
(◕ᴥ◕)
Ben pun selesai mandi, ia keluar dengan handuk yang melilit di pinggang nya dan mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Adinda yang kala itu sedang main ponsel langsung terpaku memandang badan kekar Ben.
Lumayan cuci mata. Vitamin A nih. Dosa gak ya? Halah udah terlanjur lanjutin aja sekalian - batin Adinda.
"Udah liatin nya?" Tanya Ben.
"Udah, " jawab Adinda sedikit malu.
"Lo kenapa?" Tanya Ben.
"Nggak papa! Sana buruan ganti baju!" Ujar Adinda sambil menunduk.
"Aneh, " ujar Ben sambil berjalan menuju lemari.
"Biar!" Ketus Adinda.
"Din, yang pintu mana? Kanan apa kiri?" Tanya Ben.
"Yang kanan, kalo nggak ada berarti yang kiri, " ujar Adinda.
"Hah, sama aja nggak ngasih jawaban kampret!" Kesal Ben.
Ben membuka pintu kiri lemari terlebih dahulu, merasa tidak ada pakaian nya. Ben membuka pintu lemari yang kanan.
Yang kanan kan... Mati gue! - batin Adinda.
Adinda langsung berlari menuju lemari, ia mendapati Ben sedang bengong di depan lemari.
Bruuakk...
Adinda langsung menutup pintu lemari nya dan menyandarkan dirinya di depan pintu lemari sambil senyum-senyum gak jelas.
"L-lo tunggu di sana, biar gue yang ambilin ganti buat Lo!" Ujar Adinda.
"I-iya, " jawab Ben.
Ben berjalan dengan bertelanjang dada menuju kasur. Ia duduk dengan linglung di atas kasur m
"Apa tadi?" Gumam Ben.
Adinda menghela nafas panjang, entah setelah ini apakah ia masih bertani menatap mata Ben.
"Ya Tuhan, kenapa cobaan mu begitu berat!" Gumam Adinda.
Bagaimana Ben tidak bengong, di lemari sebelah kanan yang bawah isinya pakaian dalam milik Adinda. Adinda juga tidak tau siapa yang manaruh baju ganti Ben di lemari yang kanan. Adinda memilih baju asal dan memberikannya pada Ben.
"I-ini baju Lo, " gugup Adinda.
"Makasih, " jawab Ben.
Ben masuk kembali ke kamar mandi untuk ganti baju, namun saat di dalam kamar mandi...
Cklek...
Ben kembali membuka sedikit pintu kamar mandi nya.
"Din... " Panggil Ben.
"Apa beb?" Tanya Adinda.
"Jangan panggil gue beb!" Kesal Ben.
"Hehe, sorry, " ucap Adinda tanpa rasa bersalah sambil cengar-cengir gak jelas.
"CD gue mana?" Tanya Ben.
"Hah?" Kaget Adinda.
"Gue tanya Din!" Kesal Ben.
"Bu-bukannya udah ada?" Tanya Adinda yang merasa kikuk.
"Nggak ada! Ambilin dong!" Pinta Ben.
"Ambil sendiri!" Ketus Adinda.
"Lo kan istri gue! Sana ambil, atau gue ambil dalam keadaan telanjang gini?" Tanya Ben.
"Iya-iya gue ambilin!" Kesal Adinda.
Adinda pun dengan terpaksa mengambil cd Ben, saat memberikan nya Adinda merasa malu setelah mati.
Dia malu? Tumben malu, biasanya juga malu-maluin - batin Ben.
Beri aku kekuatan Tuhan... - batin Adinda.
(◕ᴥ◕)
Selesai ganti baju, Adinda mengambil camilan dari dapur dan membawanya ke dalam kamar. Di dalam kamar Ben sedang duduk bersandar di kepala kasur sambil membaca buku.
"Bukuuu mulu..." Cibir Adinda.
"Mending kamu baca buku daru para kelakuan gak jelas!" Ujar Ben.
"Dari dulu gue baca buku tapi nggak pinter-pinter tuh, " ujar Adinda.
"Kan yang Lo baca itu buku komik!" Kesal Ben.
"Lah apa bedanya? Toh sama-sama buku kan, " ujar Adinda.
"Hah serah Lo!" Kesal Ben.
Adinda menonton film kesukaan nya di TV sambil memakan camilan yang ia bawa dari dapur.
"Iya iya ayo tembak! Halah anjing tu orang bego banget! Nggak kiat apa ada musuh di depan!" Cibir Adinda.
"Din berisik!" Keluh Ben.
"Oke tembak! Nah lempar tu granat, awas woy ada sniper! Maju terus, bazoka Lo mana woy! Anjir ketembak!" Omelan Adinda.
"Din bisa diem nggak?" Tanya Ben.
"Lah lah lah.. huuu... Hiks.. dia mati! Ben, dia mati!" Tangis Adinda.
"Lo tu kejedot apaan sih? Tadi ngomel-ngomel, bacot terus, sekarang malah nangis nggak jelas!" Kesal Ben.
"Itu hiks... Temennya mati ketembak anjir hiks..." Tangis Adinda.
"Itu mulut udah nangis masih aja ngomong kasar!" Kesal Ben.
Pastinya film Sylvester Stallone yang bisa membuat Adinda kesurupan seperti ini. Sylvester Stallone adalah aktor favorit Adinda, alasannya? Karena bisa main film tembak-tembakan dong.
Tik...
Ben mematikan TV dan menaruh remote nya di tempat yang tinggi. Karena kesal Adinda berusaha melompat-lompat untuk mengambil remote nya, karena lebih tinggi tempat nya, Adinda tidak bisa menjangkau nya.
"Ben... Ngeselin banget sih Lo!" Kesal Adinda.
"Mending Lo baca buku Din biar tambah printer!" Ujar Ben.
"Halah bacot! Gue masuk IPA 1 itu juga gegara bantuan Lena, "
"Gue tau! Makanya gue kesel dengan perilaku Lo yang masuk IPA 1 dengan orang dalem, "
"Bodo! Besok libur! Besok-besok aja baca bukunya. Sini ambilin remote nya lagi, " pinta Adinda.
"Diem! Gue masih belajar!" Tegas Ben.
"Ben.. Ben...tiap hari belajar Mulu kaga capek apa?" Tanya Adinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush My Husband [TAMAT]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Adinda Alethenia dijodohkan dengan crush nya sendiri. Ben Cameron adalah ketus OSIS di salah satu sekolah SMA Cemara. Laki-laki dengan ketampanan nya yang sungguh membuat hati para kaum hawa meleleh. Putra tunggal di k...