"Gue... Ya terserah gue! Bukan urusan Lo juga! Pikir gue ke sini cuma mau ke apartemen Maxime? Lo pikir, seluruh apartemen di sini cuma punya Maxime? Cih..." Ara mendecih sinis.
Adinda memutar bola matanya jengah. "Ya udah... Pergi sana, males gue liat muka Lo!"
Ara menundukkan smifk-nya. "Kenapa? Sebel ya sama gue? Hahaha.. emang Lo itu sampah, dan selamanya tetep sampah! Lo nggak akan bisa nyaingin gue! Lo selalu di bawah gue!"
Adinda mengepalkan tangannya. "Terserah Lo mau bacot apa. Mulut kan biasanya cuma di pake ngomong."
"Gue heran sama Ben, bisa-bisanya dia suka sama cewek kalo Lo. Lo bego, nakal, dan nggak punya prestasi sama sekali. Gak guna banget hidup Lo... Ciri-ciri orang dengan masa depan suram itu ya Lo..." Ara mengejek Adinda.
Adinda benar-benar marah dan ingin menampar Ada, namun ia menahannya lalu berbalik meninggalkan Ara. Adinda membanting pintunya tepat di depan wajah Ara.
Ara terkekeh. "Heh... Cuma malu itu nggak bikin gue puas. Mental Lo harus down, di permalukan dan gue bakal buktiin kalo Lo itu selamanya masih di bawah gue!" Ara tersenyum sinis lalu pergi.
(◕ᴥ◕)
Di dalam apartemen, Adinda mengatur nafasnya untuk meredam emosi nya. Diva dan Lena yang sejak tadi menguping pun menghampiri Adinda.
"Ngapain itu si penghuni neraka ke sini? Mau minta tolong apa gimana?" Tanya Lena sinis.
Diva pun memegang tangan Adinda. "Gue bingung deh sama si Ara, mah dia apa sih? Perasaan jahat banget kata-kata nya. Dia kasar banget."
Lena memutar bola matanya jengah. "Ya biasalah... Masa Lo bafu nyadar kalo itu orang punya 2 muka! Gue aja bingung mau nampar muka yang mana dulu..."
Diva langsung berdiri di depan Adinda dsn memegang kedua pundak Adinda erat. "Din! Lo jangan diem aja, Lo harus berubah! Gue tau aslinya Lo itu cantik dan pintar, cuma Lo nggak mau ngasah. Maka dari itu, ayo sekarang berubah! Kita bungkam tu anak setan pake kenyataan!"
"Iya Din, ayo berubah! Lo pasti bisa, Lo harus lebih baik daripada dia biar dia nggak bisa rendahin Lo lagi! Lo harus bisa!" Lena menyemangati Adinda.
Adinda berpikir, memang kata-kata kedua sahabatnya ini ada benarnya. "Anjing kan biasanya cuma menggonggong. Kalo gue nggak galak, gimana tu anjing bisa diem! Yang ada malah di gigit guenya!" Pikir Adinda.
"Ayo semangat kalahin tu anak, buktiin kalo Lo bisa!"
"Semangat Din!"
Adinda memantapkan hatinya, ia benar-benar ingin berubah saat ini. Ia lebih suka kalau Ara bungkam karena kenyataan. Orang-orang pasti tak akan meragukan Adinda lagi jika Adinda berubah.
"Oke, gue bakal berubah! Kalian harus bantuin gue ya!" Pinta Adinda dengan semangat.
"Ok, masalah fashion and make up, serahin semua sama gue, pasti beres!" Kata Diva bersemangat.
Lena tersenyum. "Kalo pengen banyak buku buat belajar... Ke rumah gue, gue punya perpustakaan pribadi di rumah."
Adinda memeluk kedua sahabatnya dengan penuh kasih. "Makasih banget... Kalian selalu ada buat gue, padahal gue bener-bener down saat ini!"
Diva dan Lena membalas pelukan Adinda. "Sama-sama... Gue paling nggak suka ada orang semena-mena! Itu anak disekolahkan buat di bina, tapi kalo nggak bisa di bina.... Lebih baik di binasakan!" Tegas Lena.
"Apapun pilihan Lo... Kita berdua pasti dukung kok Din! Semangat ya..."
"Thanks guys..."
Dugg... Dugg... Dugg...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush My Husband [TAMAT]
Jugendliteratur[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Adinda Alethenia dijodohkan dengan crush nya sendiri. Ben Cameron adalah ketus OSIS di salah satu sekolah SMA Cemara. Laki-laki dengan ketampanan nya yang sungguh membuat hati para kaum hawa meleleh. Putra tunggal di k...