Bab 53 Kelenturan

2.3K 119 3
                                    

Selesai ganti baju, Adinda keluar dengan piyama yang besar dan panjang. Ben sedikit aneh melihat nya, Ben mendekat dan hendak bertanya, namun Adinda mundur selangkah.

"Lo kenapa? Kok pake baju kayak gitu?" tanya Ben.

Adinda duduk dia atas ranjang lalu menjawab. "Nggak papa. Cuma dingin aja cuaca nya, "

"Dingin? Bukannya ini udah mulai musim panas?"

"Dingin... Nih lihat, gue kedinginan, "

"Oh ya udah..."

Adinda guys lebih dulu, setelah Adinda tidur dengan perasaan was-was, barulah Ben menyusul.

(◕ᴥ◕)

Pagi hari.

Karena perasaan was-was membuat Adinda sedikit tidak nyenyak tidur nya, ia terbangun lebih dulu saat suara adzan subuh.

Aelah... Gara-gara si Ben, gue nggak bisa tidur nyenyak semaleman! - batin Adinda kesal.

Adinda ingin bangun dan segera mengambil wudhu, namun badannya terasa berat. Ia membuka selimut di badan nya.

"Astagfirullah... Sejak kapan ni tangan ada di sini?" Adinda bergumam.

Saat membuka selimut, Adinda mendapati tangan kekar Ben yang sudah melingkar di perutnya..tapi ia bingung, kapan Ben memeluknya, dan kenapa ia tidak menyadari nya.

Adinda pelan-pelan melepaskan tangan Ben, lalu segera pergi mandi. Ia bersiap dengan diam-diam agar Ben tak bangun.

"Huh... Moga-moga tu anak budeg dulu buat sekarang!" gumam Adinds.

Adinda memasukkan susu dsn beberapa camilan diet yang kemarin ia beli. Ia diam-diam turun untuk sarapan semangkuk oatmeal tanpa ketahuan siapapun. Kemungkinan Ayah dan Bunda Ben masuk belum keluar kamar.

"Bi... Tolong buatain ini ya buat sarapan, " pinta Adinda.

"Iya non..."

Pembantu keluarga Cameron keheranan karena tidak biasanya Adinda sarapan makanan seperti ini.

Pembantu tadi memberikan semangkuk oatmeal. "Ini non..."

"Makasih Bi..." ucap Adinda lirih.

"Kenapa nggak sarapan nasi non? Kan bibi udah buat sarapan banyak, "

"Nggak papa... Kata temenku ini enak makanya aku nyoba. Tapi jangan bilang siapa-siapa ya bi, biar makanan ku gak dibuang, "

"Suap non!"

Selesai sarapan, Adinda langsung bertangkai ke sekolah dengan sepedanya, berharap kalau kalori hari ini semakin turun. Tepat selesai berangkat, Adinda turun dari kamar

"Bi... Lihat Adinda nggak? Dari pagi kok nggak ada?" tanya Ben.

"Tadi sih kayanya mau berangkat duluan den, kayanya ada tugas sekolah!"

"Oh ya udah..." jawab Ben cuek. "Pasti tu anak nggak ngerjain PR lagi!"

(◕ᴥ◕)

Di sekolah.

Sudah ada Diva di kelas yang masuk sibuk dengan Cushion dan Lip Tint nya.

"Eh... Dinda, gimana dietnya? Masih inget kan?" tanya Diva.

"Masih lah... Laper banget gue, biasanya pagi gue sarapan seporsi penuh nasi goreng..." melas Adinda.

Diva memberikan Adinda senyum manis. "Sabar ya... Yang pertama itu emang sekali sulit! Kalau udah terbiasa, pasti nggak kerasa berat!"

Adinda duduk di bangkunya dan mengeluarkan camilan rendah lemak, "selama diet, gue boleh makan ini buat Brunch kan?"

*Brunch adalah gabungan dari kata Breakfast and Lunch, yang berarti makan di tengah-tengah waktu sarapan dan makan siang.

"Boleh... Tapi jangan banyak-banyak! Tapi encer juga otak Lo tau makanan ginian?" tanya Diva.

"Sekarang udah ada tembok canggih pembantu dan peringan pekerjaan manusia yang di sebut internet!'

"Udah nggak usah jelasin seolah-olah anak IT. Tugas sejarah udah? Sini gue nyontek!'

"Sejarah?"

Adinda mengingat-ingat apakah ada tugas hari ini, sampai ia ingat kalau ada tugas sejarah yang jawaban nya panjang kali lebar kali tinggi di kuadrat kan lali pindah ruas kanan, ruas kiri, yang menghasilkan satuan meter kubik.

"Mati gue! Lupa kaga kerjain!" ucap Adinda panik.

"Hai semua...." sapa Lena yang baru datang.

"Lena!!!" panggil Adinda dan Diva bersamaan.

"Hei Din... Div... Tumben berangkat pagi?" tanya Lena.

"Lena... Kan Lena baik, cantik, pinter, rajin, berakhlak mulia, tidak sombong, keturunan Nabi Adam dan Siti Hawa, calon penghuni surga... Nyontek tugas sejarah dong, " rayu Adinda.

"Oh... Ini ada di tas, mending kalian kerjain lebih ceper buat bisa selesai. Semaleman gue kerjain sampe tangan gue sakit, " ucap Lena.

"Ok, mana jawaban nya?" tanya Adinda sambil mengulurkan tangannya. Lena pun memberikan jawaban tugas sejarah pada Adinda.

"Makasih..."

"Siapp...!!!"

Diva sedang asik menyiapkan alat tulis sementara Adinda bengonh menatap jawaban tugas yang harus ia tulis.

"Kenapa Din?" tanya Lena.

"Ini...."

Jawaban Adinda terpotong karena Diva lebih dulu menyahut kertas jawaban di tangan Adinda, Diva semakin terkejut, hanya ada 5 soal saja, tapi jawaban nya 2 lembar kertas folio bolak-balik.

"Ini... Boleh di ringkas nggak?" tanya Diva.

"Oh itu udah gue ringkas dari 10 halaman. Itu udah yang paling sedikit, " jawab Lena.

Ingin rasanya Adinda menyobek jawaban di hadapannya lalu pergi bolos seperti biasa.

"Ini kayaknya guru nya radak ya?" ucap Adinda.

"Ku menangis..."

Diva dan Adinda semangat 45 mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru sejarah. Untung saja pelajaran sejarah merupakan pelajaran terakhir sebelum pulang.

(◕ᴥ◕)

Pulang sekolah.

Diva dan Adinda berjalan menuju ruang ganti dan memakai seragam olahraga menuju lapangan.

"Hari ini belajar apa Div?" tanya Adinda semangat.

"Belajar kelenturan dulu... Buat gak gampang cedera, " jawab Diva.

Adinda sedikit kecewa. "Kenapa nggak langsung yang di lempar-lempar itu?"

"Ngawur aja! Jangan langsung lempar-lemparan, nanti nggak tau tekniknya bisa jatuh terus patah tulang loh..."

"Lah... Nggak jadi ikut gue, ntar patah tulang guenya!"

"No no no no... Nggak bisa, udah sampe sini pokonya harus ikut "

Diva langsung menarik Adinda menuju lapangan untuk bergabung dengan yang lain. Mereka melakukan pemanasan terlebih dahulu

"Oke, pertama coba cium lutut kalian!"

Adinda berusaha keras untuk mencium lututnya, namun tetao saja tangannya tidak sampai.

"Ayolah... Dikit lagi..." gumam Adinda.

Diva yang melihat Adinda berinisiatif untuk membantu nya.

"Kalo mau cium lutut itu gini..."

"Aaaahh.... Aduh sakit woy! Sakit sakit sakit anjir! Sumpah sakit aaaaa lepasin!" teriak Adinda kesakitan.

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang