Ben berlari mengejar Adinda, Ben menggedor-gedor pintu kamar tamu agar Adinda membukanya, tapi tetap saja pintu tertutup.
Ben berteriak dari luar dengan harapan Adinda akan membukakan pintu untuknya. "Din... Adinda! Buka dulu Din, gue minta maaf... Tadi nggak sengaja. Gue nggak niat gitu, tapi tolong ngertiin gue Din! Buka Din... Jangan kayak gini Din..."
Mendengar suara keributan, Ayah Ben turun untuk mengecek keadaan. Ayah Ben kebingungan melihat Ben yang menggedor-gedor pintu.
"Boy... Kamu ngapain di situ. Gedor-gedor pintu buat apaan? Tinggal masuk aja lah..." ujar Ayah Ben.
Ben berjalan menghampiri ayahnya, merasa kalau Ben sedang terkena masalah, ayahnya mengajak Ben duduk di sofa.
"Sini duduk dulu sama ayah..." ucap Ayah Ben sambil menepuk-nepuk sofa.
Ben duduk di samping ayahnya dengan ekspresi kacau. "Yah... Ayah pernah berantem sama Bunda?" tanya Ben.
"Kamu ini tanya apaan sih? Ya jelas pernah lah, sering juga, tapi selalu berakhir baik. Kenapa tanya gitu? Kamu berantem sama Adinda?" tanya Ayah Ben dengan senyumnya yang mengembang.
Ben menjawab pertanyaan ayahnya dengan anggukan. Ayahnya mengelus kepala Ben lembut. "Emang berantem karena apa? Kon adinda sampe marah gitu? Adinda kan bukan tipikal anak emosian..."
"Masalah nilai yah..."
Ayah Ben mengerutkan dahi. "Nilai? Emang nilainya kenapa? Ada apa?"
"Jadi hari ini kan pembagian rapor, tadi Ben lihat rapor Adinda. Banyak nilai Adinda yang jauh di bawah KKM. Ben sih niatnya mau kasih masukan aja, tapi karena terlalu capek dan emosi, Ben malah nggak sengaja bentak Adinda. Sekarang Adinda tersinggung, marah dan lagi hindarin Ben. Sekarang Ben harus apa dong yah?" tanya Ben meminta masukan.
"Gini ya... Cewek itu kadang kalem tapi kadang juga pecicilan. Kamu lihat bunda kamu, orang nya emang banyak tingkah, tapi sebenarnya hatinya sensitif. Dikit-dikit tersinggung, dikit-dikit marah, ayah sering berantem dan jengkel sama sifat bunda kamu. Tapi mau gimana lagi? Ayah nikah sama bunda itu pilihan ayah, mau nggak mau ayah harus terima bunda apa adanya, bukan ada apanya... Dan ingat juga pepatah lama ini ya, orang nikah itu bukan semata-mata karena menjalankan ibadah, tapi harus bisa mengimbangi semuanya. Contohnya, kalau yang satu api, yang satu harus air. Yang satu panas, yang satu harus dingin!"
Ben berpikir sejenak. "Maksud ayah... Kalo ada masalah, yang satu marah, yang satu lagi harus bisa tenang dan ademin suasana?"
"Nah itu kamu paham! Kita sebagai suami harus bisa tegas sama istri, tapi tegas bukan berat keras atau memukul kan? Kita harus bisa tegas tapi jangan sampai menyakiti perasaan istri dengan sengaja. Ingat boy, bunda kamu itu perempuan, Tante kamu perempuan, sepupu kamu banyak yang perempuan, jadi jangan sekali-kali kamu menyakiti hati perempuan. Kalo kamu berani menyakiti hati perempuan dengan sengaja, sama aja kamu menyakiti hati bunda kamu, orang yang melahirkan kamu. Meski ayah ini orang tua kamu, bukan berarti ayah bisa selalu ikut campur sama urusan kamu, soalnya kamu udah punya rumah tangga. Ayah yakin kamu udah dewasa dan bisa menyelesaikan semuanya. Semangat ya boy!"
Ben merespon ucapan Ayahnya dengan senyum dan anggukan. Ben sedikit setang dan membaik setelah bercerita dengan ayahnya.
"Makasih yah udah mau dengerin Ben cerita dan mau kasih masukan..."
"Iya... Ya udah, ayah mau nonton TV dulu ya! Kamu baik-baik sama Adinda, masa depan kamu masih panjang!" ucap Ayah Ben sambil beranjak pergi.
"Siap yah..."
Ben memilih membiarkan Adinda sejenak agar lebih tenang, ia tak mau masalah semakin memanas karena di bahas dengan perasaan yang kacau.
(◕ᴥ◕)
Di dalam kamar tamu.
Adinda diam-diam meneteskan air matanya sambil memeluk guling di samping nya. Tanpa menyiapkan apa yang ia perlukan besok, Adinda tertidur di kamar tamu.
(◕ᴥ◕)
Lagi hari pukul 04.30
Entah kenapa Adinda terbangun lebih awal hari ini, ia keluar diam-diam dan melihat jam dinding. Adinda diam-diam masuk ke kamar Ben untuk mengambil kostum Cheerleader, dompet, ponsel dan kunci motor.
Ia diam+di menulis pesan di Sticky Note lalu menempelkan nya di pintu kulkas dapur.
Bi... Nanti kalo orang-orang nyariin Dinda, bilangin aja Dinda ke rumah Diva buat main. Love you bi....
Adinda pergi ke garasi, diam-diam menuntun motornya sampai ke jalan raya. Setelah keluar dari kawasan rumah Cameron, Adinda menyalakan motor nya. Mengendarai motor nya secepat mungkin menuju rumah Diva.
"Moga aja tu anak udah bangun... Belum bangun, gue tabrak pintu rumahnya!" gumam Adinda di jalan.
(◕ᴥ◕)
Di rumah Diva
Nampak rumah Diva sedikit gelap dan minim penerangan, mungkin karena adzan belum berkumandang dan matahari juga belum menampakkan dirinya. Adinda menelfon Diva agar keluar rumah.
"Angkat dong woy... Ni anak ngapain sih!"
"Halo... Maaf, nomor yang anda tuju sedang sibuk, orang nya masih tidur. Silahkan hubungi setelah Diva bangun!"
"Heh... Ini gue! Bangun nak..."
"Siapa? Pak Rudi ya?"
"Pak Rudi palalu peang! Adinda, sayang..."
"Hah? Adinda? Ngapain jam segini telfon sih? Mau jemput matahari ya Lo?"
"Turun gih... Gue di bawah..."
"Nggak usah nge-prank! Nggak lucu! Ngapain pagi-pagi kesini! Udah gue tutup ya, gue masih ngantuk!"
"Lo nggak turun sekarang, gue tabrak pintu rumah Lo!"
"Coba aja kalo berani!"
Diva mematikan ponselnya sebelum Adinda berkata-kata, Adinda kesal sendiri. Ia menyalakan motor Ninja Kawasaki 4 milik Ben itu, lali mulai memblayer dengan suara sedikit keras.
Brumm... Brumm...
Diva terkejut mendengar suara mesin motor, ia langsung berlari turun untuk membuka pintu. Alangkah terkejutnya ia saat melihat Adinda dengan muka bantalnya.
"Adinda? Lo beneran di sini? Ini gue nggak mimpi kan?" tanya Diva tak percaya.
"Perlu gue tabrak bisa bangun? Yuk ikut gue!" ajak Adinda.
"Kemana?"
"Udah ikut aja napa!"
"Kemana dulu?"
"Dahlah ayo naik!"
Dengan nyawa yang belum terkumpul, dan baju piyama nya, Diva naik motor bersama Adinda. Adinda memutar balikkan motor nya lalu pergi begitu saja tanpa aba-aba.
"Din... Yang bener aja deh, ini mau kemana? Gue masih ngantuk, rambut berantakan, baju gini doang, gimana kalo fans gue lihat?" tanya Diva khawatir.
"Santai... Gue tinggal bilang kalo Lo orang gila, pasti mereka pikir kalo salah orang..."
"Lo yang gila! Adzan aja belum, ini mau kemana?"
"Menurut Lo kita kemana?"
(◕ᴥ◕)
Salam hangat dari Adinda^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush My Husband [TAMAT]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Adinda Alethenia dijodohkan dengan crush nya sendiri. Ben Cameron adalah ketus OSIS di salah satu sekolah SMA Cemara. Laki-laki dengan ketampanan nya yang sungguh membuat hati para kaum hawa meleleh. Putra tunggal di k...