Bab 14 Bolos

6.2K 225 0
                                    

"Emm... Nonton film yah, " jawab Ben

"What! Malam pertama cuma nonton film? Suka banget nyia-nyiain kesempatan sih! Walau si Adinda itu petangkailan gak jelas, sebenarnya dia seksi juga loh, " ucap Ayah Rafid dengan entengnya sambil meletakkan sikunya di pundak Ben.

Ben benar-benar kikuk, ia tak pernah membicarakan hal seperti ini sebelumnya. Ia merasa kalau gak seperti ini itu tabu untuk di bicarakan.

"Uhm, ayo joging lagi yah!" Elak Ben.

"Emang kenapa kok cuman nonton film? Oh jalan-jalan film yang 'anu' ya..." Ledek Rafid.

Ya Tuhan, kenapa Ayah mertuaku se-gesrek istriku! - batin Ben.

"Dinda itu lagi... Astaga aku lupa!" Ucap Ben sambil berhenti karena mengingat sesuatu.

"Lupa apa?" Tanya Rafid.

"Dinda lagi gak sholat!" Ucap Ben.

"Terus?" Tanya Rafid mengerutkan dahinya.

Ben langsung berlari sekencang-kencangnya untuk pulang dan menemui Adinda.

"Eh! Menantu! Tunggu!" teriak Rafid dramatis.

Cklek...

"Assalamualaikum!" Ucap Ben.

"Waalaikumsalam... Kok udah balik?" Tanya Mama Adinda.

"Dinda mana Ma?" Tanya Ben.

"Masih di kamar lah, " jawab Mama Adinda.

Ben langsung berlari naik ke lantai 2 untuk melihat keadaan Adinda.

"Din... " Panggil Ben.

Adinda meringkuk sambil kedua tangannya memegangi perutnya. Dahinya berkerut dan tampak menahan rasa sakit.

Ben kembali turun dan memasukkan air panas ke dalam botol Tupperware seadanya. Lalu ia kembali naik ke atas.

"Din... Kamu berbaring yang lurus!" Pinta Ben.

"Sakit Benn.." keluh Adinda

"Nurut ya! Kalo nurut nggak bakal sakit lagi deh, " pinta Ben.

Perlahan Adinda menurut dan berbaring lurus, tangannya di taruh di samping badannya. Ben pun menempelkan botol Tupperware tadi ke atas perut Adinda.

"Gimana? Udah enakan?" Tanya Ben.

"Hmmm..." Jawab Adinda.

Sudah sejak dulu kalau Adinda akan merasakan sakit di perutnya tiap haid. Beberapa kali Adinda bisa menahan, tapi tiap beberapa bulan sekali sakit nya akan berkali-kali lipat. Bahkan saat SMP Lena sering mengantar Adinda pulang karena tidak kuat pelajaran.

Matahari mulai naik, jam menunjukkan pukul 07.00 pagi. Mereka berdua turun untuk pergi sarapan.

"Ayo sarapan Din.. Ben, " panggil Mama Adinda.

"Iya Ma!" Jawab Adinda.

"Ya Allah... Kamu kenapa? Wajahmu pucat sekali?" Tanya Mama Adinda.

"Biasa ma, nyeri!" Jawab Adinda.

"Masih sering ya nak?" Tanya Mama Adinda.

"Cuma beberapa bulan sekali kok ma kalo yang parah, " jawab Adinda.

"Mama dulu juga pernah nggak Ma?" Tanya Ben.

"Pernah, waktu itu Mama masih muda, " jawab Mama Adinda.

"Trus hilangnya gimana Ma?" Tanya Ben.

"Maman dulu sakit kaya Adinda, terus waktu udah punya anak mulai berkurang, setelah melahirkan Adinda juga udah hilang, dan nggak pernah merasakan sakit lagi, " jelas Mama Adinda.

"....."

Semua diam saat tau pengalaman Mama Adinda. Memiliki anak? Bukankah Ben dan Adinda terlalu muda untuk itu?

"Nggak ada obatnya atau yang lain guru? Atau therapy gitu?" Tanya Ben.

"Kalo yanh mama tau sih nggak, " jawab Mama Adinda.

Usia kami baru 17 tahun! Mana mungkin punya anak - batin Ben.

"Sudahlah ayo makan!" Pinta Adinda.

"Jadi karena ini, tadi kamu tinggalin Ayah di kalan?" Tanya Rafid.

"Hehe... Maaf Yah, " jawab Ben.

"Suaminya di layani dong Din! Di ambilin dong makanannya!" Pinta Mama Adinda.

"Haih... Iya-iya, " jawab Adinda terpaksa.

"Nggak usah Din, aku ambil sendiri aja, " tolak Ben.

"Shh.." jawab Adinda sambil menempelkan telunjuknya di bibir nya.

Adinda mengambilkan makanan untuk Ben. Nge-crush Ben hampir 3 tahun membuatnya sampai jenuh jika hanya untuk mengetahui apa yang di sukai dan tidak di sukai Ben.

"Nih..." Ucap Adinda.

Adinda mengambilkan sepiring nasi goreng, satu telur ceplok dan bawang goreng di atasnya untuk Ben.

"Makasih, " jawab Ben.

Dia sampe hafal dengan apa yang aku suka? - batin Ben.

Apa yang susah! Porsi makanan kami sama - batin Adinda.

(◕ᴥ◕)

Jam sudah menunjukkan pukul 08.00. Adinda sibuk dengan genjrang-genjreng gitar, Ben main game online, Mama Fita dan Ayah Rafid pergi ke restoran.

"Lah... Bosen banget sih! Nggak ada kegiatan!" Kesal Adinda.

"Trus mau apa?" Tanya Ben yang masih fokus dengan game online nya.

"Ya ngapain gitu..." Ucap Adinda.

Ting Tong... Ting Tong..

Bel rumah berbunyi, awalnya asisten rumah tangga Adinda hendak membukanya. Namun Adinda mencegah nya dan hendak membukanya sendiri Karana dia juga tidak ada kerjaan.

"Bi... Biar Dinda aja yang buka!" Pinta Adinda.

"Baik Non!"

Adinda melangkahkan kakinya dan hendak membuka pintu.

Cklekk..

Pintu terbuka, Adinda terkejut dengan siapa yang datang.

"Ka-kalian ngapain di sini?" Tanya Adinda.

"Ada pelajaran bahasa Inggris di sekolah, jadi kita bolos aja!" Ucap Dean.

"Awalnya sih cuma mau ngumpet di kantin, tapi kita inget Lo kagak masuk, " ucap Gean.

"Jadi kita ke sini deh, mau minta makan!" Ucap Lena yang membuat Adinda sepenuhnya kaget.

"Lo juga ikut bolos?" Tanya Adinda.

"Iyalah..." Jawab Lena.

Adinda bingung harus apa, Ben kan masih di dalam. Sementara teman-teman nya tidak tau kalau Adinda sudah menikah. Kecuali Lena.

"Kita masuk..." Ujar Dean sambil menerobos masuk.

"Heh... Tunggu dulu! Jangan masuk woy!" Teriak Adinda.

Mereka bertiga tidak menggubris Adinda dan langsung menghampiri Ben yang sedang duduk di ruang tamu.

"Woy bro..." Sapa Dean.

"Anu itu... Dia tadi kerjain PR sama gue, " gugup Adinda.

"Kalian ngapain di sini? Dan masih pake seragam?" Tanya Ben.

"Kalian juga ngapain berduaan di sini?" Tanya Dean.

"Ehm itu..." Gugup Adinda.

"Dan satu minggu yang lalu, gue liat Lo sekeluarga ke sini, " ujar Dean.

"Hayoo... " Ledek Gean dan Lena.

"Itu anuuu... " Bingung Adinda.

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang