Bab 31 Kepanasan

4.2K 156 0
                                    

Adinda pun membuka plastik yang satunya, ia terdiam sejenak. Lalu Adinda mengeluarkan isinya.

"Ini..."

"Buat Lo, " jawab Ben.

Adinda mengeluarkan sebuah kontak ponsel dari dalam plastik, ia melihat dengan seksama dan berharap ini bukan mimpi.

"Ini buat gue?" tanya Adinda.

"Iyalah, masa buat Bi Iyem, " jawab Ben.

"Oh... Sebenarnya aku pengen bukan tipe ini sih, tapi nggak papa lah dari pada nggak ada, " jawab Adinda santai.

Tanpa mengucapkan terimakasih, Adinda langsung pergi begitu saja.

"What? Tau gitu nggak usah beliin hp mahal-mahal buat dia!" kesal Ben.

(◕ᴥ◕)

Di kamar.

Adinda jingkrak-jingkrak di dalam kamar melihat ponselnya yang baru, walau bukan seperti keinginan nya setidaknya ini lebih mahal daripada yang dia inginkan.

"Wuhu... Hp gue baru coy! Hp gue baru! Hp gue baru! Tak gintang-gintang, " Adinda bersenandung ria.

Tapi kalo di pikir-pikir sweet juga tu anak. Eh apaan sih! Tapi nggak bohong, kalo gini caranya... Lama-lama gue baper, - batin Adinda

Asinda langsung menyalakan ponsel barunya, ia tidak menyangka sudah ada banyak foto-foto papanya bahkan foto yang sebelumnya tidak ada di hp lamanya. Data-data lama Adinda pun sudah ada di ponsel barunya.

(◕ᴥ◕)

Pukul 9 malam Adinda tidur, Ben batu saja selesai menonton bola, ia melihat istri kecilnya yang seperti nya tertidur pulas. Dengan langkah yang halus, Ben beranjak ke ranjang.

Ben menyibakkan rambut Adinda, melihat setiap jengkal wajah Adinda. Hidung kecil mungil, mata bulat dengan bola mata coklat terang, bulu mata yang lentik hitam, dan bibirnya yang merah tipis kecil imut. Benar-benar pemandangan indah untuk Ben.

Cup...

Ben mengecup kening Adinda, "Good night my wife, "

(◕ᴥ◕)

Hari Senin

Tanpa alasan yang jelas, Mama Adinda seperti mengusir Adinda dan Ben. Mamanya meminta Adinda dan Ben tinggal di rumah keluarga Ben. Padahal alasannya biar Adinda lebih bertanggung jawab.

Pagi-pagi sekali Ben sudah mengadakan parade untuk membangunkan Adinda, dengan berat hati Adinda bangun lebih awal hari ini.

"Sarapan buruan, ayo sekolah!" ajak Ben.

"Hmm..."

Adinda berjalan tak semangat menuju garasi, berangkat pukul 06.15? Astaga, bahkan biasanya Adinda belum bangun jam segitu.

"Ben... Ini masih jam 06.15 loh? Rumah Lo ke sekolah cuma 5 menit! Kenapa sepagi ini sih!" gerutu Adinda.

"Buka gerbang, dan ngurus persiapan upacara di sekolah, " jawab Ben.

"Aelah... Pak satpam kan ada, terus buat upacara buat jadi urusan yang jadi petugas kali, " protes Adinda.

"Jadi ketua OSIS itu bukan cuma menyandang jabatan doang, tapi kewajiban juga di jalankan. Anggap aja belajar tanggung jawab, " jelas Ben.

"Aelah... Besok-besok kan masih bisa, " bantah Adinda.

"Tanggung jawab di dunia aja di tunda-tunda, trus nanti tanggung jawab sama yang di atas gimana?" tanya Ben.

"Ah bodo serah Lo dah!" kesal Adinda.

Adinda dan Ben berjalan menuju garasi, Ben mengambil sepedanya. Adinda langsung protes.

"Kalo Lo berangkat make sepeda, gue nggak mau sekolah, " ketus Adinda.

"Huh... Kenapa lagi?" tanya Ben.

"Capek, Lo yang nyetir sepeda mah nggak kenapa-kenapa. Yang di bonjengin sakit di punggung, " protes Adinda.

"Ck, tunggu di luar, " Ben berdecak.

"Hmm..."

Adinda pun menunggu di luar. Ben mengambil kunci mobil nya lalu keluar dengan mobil sport berwarna hitam miliknya.

"Yuk..." ajak Ben.

"Dasar holang kayah!" cibir Adinda.

Adinda masuk ke dalam mobil lalu berpikir sejenak tentang kehidupan nya yang sekarang.

Nggak papa sih motor di ambil, lagian suami punya mobil bagus. Hehehe... Emang ya kehidupan Adinda selalu di sertai keberuntungan, - batin Adinda sambil senyum-senyum.

"Kenapa Lo? Gangguan?" tanya Ben.

"Anak aja Lo ngomong! Btw, Lo beneran udah bisa nyetir mobil?" tanya Adinda memastikan.

Ben mengerutkan keningnya, "kenapa emangnya?"

"Ya gue khawatir aja kalo naik mobil sama orang yang tidak berpengalaman, " sindir Adinda.

"Naik sepeda di protes, baik motor katanya rambut rusak lah ini lah itu lah, naik mobil juga di protes, " cibir Adinda.

"Yee... Gue kan nanya, "

"Tenang aja gue udah punya SIM, "

(◕ᴥ◕)

Di sekolah.

Seperti biasa Adinda mengikuti upacara sambil diperhatikan oleh banyak guru karena benar-benar tidak biasa kalau Adinda tidak telat di hari Senin.

"Kantin dulu gimana abis upacara?" tanya Adinda.

"Nggak lah, " jawab Lena.

"Napa oy?" tanya Dean.

"Gue denger ada anak baru di sekolah kita, " jawab Lena.

"Kok gue nggak tau?" tanya Adinda, Gean dan Dean barengan.

"Kalo Adinda mah bendahara kudet, kalo Lo mah kebanyakan Ara, " cibir Lena

"Sialan!"

(◕ᴥ◕)

Di kelas.

Adinda langsung duduk di kursi nya lalu mengeluarkan kipas elektrolit dari dalan tasnya.

"Panas Din?" tanya Maxime.

"Tau nih, kayaknya mau ujian tapi panasnya nauzubillah, " ucap Adinda.

"Iya sih, agak gerah hari ini, " jawab Maxime.

"Kapan nih AC kelas kita di benerin, " kesal Adinda.

"Yang itu baru bikin gue gerah, " sela Lena dan Gean.

"Apa oy?"

Pak Rudi datang bersama seorang siswi perempat cantik dan memiliki tubuh yang menarik.

"Hari ini kalian ada temen baru... Yeeyy..."

Krik... Krik...

Kelas benar-benar sepi tanpa ada respon dari anak-anak lain. Karena anak-anak lain sedang kepanasan.

"Ehem... Kamu perkenalkan diri, "

"Hai... Nama saya Diva, saya harap kita bisa jadi teman baik, " ujar siswi baru.

"Baik Diva... Saya tinggal dulu, kamu terserah mau duduk sama siapa. Saya mau sarapan dulu, " ucap Pak Rudi tidak peduli.

"Udah kelasnya mbuluk, dapet kepala sekolah gesrek pula, " cibir Adinda.

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang