Di mall
Adinda sudah janjian untuk bertemu Diva dan Nanya di sebuah cafe. Ia menemui kedua temannya itu langsung bergegas menuju salin langganan Diva.
"Nggak lama kan di sini?" Tanya Adinda.
Diva menatap datar Adinda. "Lama sih enggak... Tapi nggak secepat kita order Go-Food. Udah Lo diem, kita manjain diri kita hari ini ok!"
"Ok..."
Diva, Naya dan Adinda benar-benar memanjakan dirinya hari ini. Mereka melakukan body spa, hairstyling, manicure, pedicure, selama berjam-jam.
Setelah selesai, mereka keluar dari salon sambil meregangkan punggung nya yang pegal karena terlalu lama duduk.
"Ya Allah... Dulu aja nggak suka ke salon, sekarang sekali ke salon sampe mau tidur di salon rasanya!" Keluh Adinda sambil memegangi punggung nya.
"Iya... Aku juga jarang nyalon paling cuma temenin mama aja sih..." Sela Naya.
Diva merangkul pundak kedua sahabatnya. "Iya okey guys... Cantik itu emang nggak gampang! Perlu banyak perjuangan, dan cantiknya cewek itu bisa di ukur dari tebalnya dompet. Bukannya gue matre, tapi gue realistis!"
"Iya sih... Uang gak bisa beli kebahagiaan, tapi kalo pengen bahagia juga perlu uang kan?" Tanya Naya
"That's right!"
"Ya udah... Habis ini kemana?" Tanya Adinda.
Diva melihat ke sekeliling nya. "Bali baju, parfum, sepatu, tas, sama make up!"
"Ok gas..."
Mereka bertiga pergi memborong pakaian bagus, parfum mahal, sepatu branded, tas mewah, alat-alat kecantikan dan make up yang mereka suka.
Begitu banyak paper bag yang ada di tangan Adinda, ia tak lagi ragu untuk membeli sesuatu. Ia benar-benar bertekad mengalahkan Ara dari segi manapun. Ia tak tahu untuk menggunakan kartu ATM pemberian Ben.
"Kalian laper nggak sih?" Tanya Adinda.
Naya mengangguk-anggukkan. Diva melihat ke sekeliling nya. "makan di sana yuk!" Ajak Diva.
"Kuy..."
(◕ᴥ◕)
Di tempat makan.
Mereka bertiga memesan makanan dan mengobrol santai melepaskan penat setelah lama berbelanja.
"Lo sama Ben gimana Din?" Tanya Diva tiba-tiba.
Adinda menghentikan acara makan nya. Ia menatap Diva dengan ragu. "Ng-nggak tau..."
"Ini sih pandangan pribadi gue, gue nggak maksa Lo ikutin sih. Tapi menurut gue, lebih baik Lo baikan deh sama Ben. Waktu itu kan dia juga punya pertimbangan sendiri buat lakuin itu semua..." Ujar Diva.
Naya mengangguk setuju. "Iya Din..m Kaka Ben itu baik dan pinter kok, pasti tau jalan keluarnya. Jangan lama-lama diemin dia Din, dia pasti rindu banget sama kamu."
Adinda menghela napas. "Hah... Sebenernya gue pengen banget segera balik sama dia, tapi entah kenapa gue masih ragu, gak jelas alasannya apa, gue merasa kalau ini bukan waktu yang tepat buat balik ke rumah."
Diva memegangi pundak Adinda. "Din... Menurut gue, Lo bakal lebih aman dan terlindungi kalo Lo bareng Ben lagi. Dan semuanya bakal jadi lebih mudah, nggak akan terlalu sulit lagi."
"Iya Din... Di rumah Kak Ben kan ada perpustakaan pribadi yang gede, fasilitas apapun juga ada, dan semua pasti lebih gampang buat di lakuin, dan kamu lebih cepet kalahin Ara!" Ujar Naya menyemangati Adinda.
Adinda diem sejenak, memikirkan kata-kata kedua sahabatnya. "Iya deh, Nandi gue pikirin lagi."
"Semangat Din!"
Adinda tersenyum melihat kedua sahabatnya yang selalu menemani nya dalam kondisi apapun. Dulu Adinda pikir, memiliki sahabat pria akan lebih mudah. Namun kenyataannya, dalam beberapa situasi, sahabat perempuan akan lebih mengerti.
Selesai makan, mereka berjalan untuk kelantai bawah. Adinda berhenti di depan Gramedia dan melihat tumpukan buku-buku di dalam.
Diva ikut menghentikan langkahnya. "Kenapa Din? Mau beli buku?" Tanya Diva.
Adinda berpikir sejenak. "Iya deh, yuk temenin gue beli buku dulu! Belanjaan nya di titipin dulu aja!"
"Ok..."
Mereka bertiga menitipkan belanjaan nya lalu berkeliling mencari buku-buku m diva membeli buku tentang tips diet, tips merawat wajah, dan tips make up. Naya membeli beberapa novel dan kamus bahasa Mandarin.
Adinda sedang bingung melihat buku-buku berjudul 'Tips Lulus SNMPTN dan SBMPTN' ia benar-benar ingin belajar sekarang, karena bingung, Adinda langsung membeli semua buku yang ia inginkan.
Bahkan tanpa ragu membeli buku matematika dasar. Diva yang melihatnya pun heran. "Kok Lo beli buku matematika dasar? Kenapa nggak beli matematika yang itu?" Tanya Diva sambil menunjuk sebuah buku..
Adinda menunjukkan smirk-nya "tenang aja Div! Otak gue nggak sebotoh itu, selama ini gue nggak bisa karena nggak belajar dasarnya. Setelah gue kuasai semua dasar matematika, ilmu matematika serumit apapun pasti gampang!"
"Oh... Semangat Din! Gue pengen belajar matematika, tapi gue mau lanjutin sekolah Kadek aja hehe..." Gurau Diva.
"Kuliah jurusan apapun itu, bukan prioritas gue saat ini. Yang jadi prioritas gue sekarang itu untuk jadi nomor 1. Dan gue bakal buat Ara bertekuk lutut di bawah gue!" Adinda berkata-kata dengan tegas.
(◕ᴥ◕)
Keesokan nya.
Adinda sudah memantapkan hatinya, ia ingin kembali ke rumah Ben. Jika belum bisa berbaikan dengan Ben, setidaknya ia bisa meminjam kisi-kisi beberapa mata pelajaran ujian dari Ben.
Cklekk...
Adinda membuka pintu rumah Ben, ia membawa koper sendiri yang berisi baju-baju baru, make up, alat-alat kecantikan dan buku-buku barunya.
Bunda yang kebetulan sedang di dapur pun mendengar ada seseorang yang masuk. Ia melihat nya dan langsung memeluk Adinda erat.
"Ya Allah Din... Akhirnya kamu pulang juga nak! Bunda kangen banget sama kamu! gimana kadaan kamu sekarang? Baik-baik aja kan? Tenang aja ya, Ben dan Ayah pasti bakal selesaikan semua nya!" Kata Bunda.
Adinda hanya mengangguk sambil tersenyum. "Bun... Adinda mau ke atas dulu ya, Adinda capek..."
"Iya..."
Bunda tak terlalu memaksa Adinda karena tidak ingin melukai hati Adinda dulu. Adinda mau kembali ke rumah saja merupakan keajaiban.
Adinda menaiki satu persatu tangga dengan ragu, akan canggung jika saat masuk kamar ternyata ada Ben. Adinda bingung harus menyapanya dengan apa.
(◕ᴥ◕)
Di kamar Ben
Dengan penuh ketahuan, Adinda membuka pintu, berharap Ben sedang tidak ada di kamar.
Cklekk...
Adinda menengok ke kanan dan kiri, sepi fan tidak ada orang. Adinda bernafas lega, ia masuk dan langsung menata alat-alat barunya.. memasukkan baju-baju barunya kedalam lemari dan mengeluarkan baju yang sepertinya tidak akan terpakai lagi.
"Ini baju masih bagus... Tapi nggak tau mau di pake kapan lagi, sayang sih... Tapi gak papa deh, kumpulin aja dulu!" Gumam Adinda.
Ben tiba-tiba keluar dari ruang shalat di kamarnya, masih menggunakan baju Koko dan sarung nya. Ben berdiri teriak melihat Adinda di hadapannya.
"Ha-hai..." Sapa Adinda basa-basi.
Ben melangkah kakinya cepat lalu memeluk Adinda erat. Seperti mimpi untuknya, baru saja ia berdoa agar Adinda kembali.
"Akhirnya Lo balik Din! Gue khawatir banget sama Lo, gue kangen sama Lo dan gue pengen banget lindungin Lo saat ini!" Kara Ben yang masih memeluk Adinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush My Husband [TAMAT]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Adinda Alethenia dijodohkan dengan crush nya sendiri. Ben Cameron adalah ketus OSIS di salah satu sekolah SMA Cemara. Laki-laki dengan ketampanan nya yang sungguh membuat hati para kaum hawa meleleh. Putra tunggal di k...