Maxime terkekeh sinis. "Heh... Lo nggak usah halu ketinggian deh! Mana mungkin Adinda itu istri Lo, kalian itu. Asih SMA. Udah mending Lo pergi, ini urusan gue sama Adinda dan Lo gak usah ikut campur!"
Maxime dan Ben saling melempar tatapan sinis serta tajam. Adinda benar-benar bingung dan kikuk dengan situasi ini.
Tangan kanannya di cengkraman oleh Ben, sementara tangan kirinya di Cengkareng oleh Maxime.
Adinda sedikit menghempaskan tangan kirinya hingga cengkraman Maxime terlepas. "Max, lepasin! Kalo mau ngomong di luar Ajaz gue mau bayar ini dulu. Lo pikir ni toko punya kakek Lo apa?!"
Adinda berjlaa dengan langkah kasar menuju kasur dan membayar beberapa batang yang ia beli. Sedangkan Ben dan Maxime menunggu di luar dengan suasana yang mencengkram dan selalu bersitegang.
Adinda menatap Maxime serius. "Max tolong... Gue udah anggep Lo temen dengan tulus, gue juga nggak ngira Lo bisa khianatin gue. Tapi untuk pengkhianat itu bener-bener hak yang nggak bisa gue toleransi. Jadi tolong Lo gak usah ganggu gue lagi, kita jalan masing-masing mulai sekarang!" Tegas Adinda.
"T-tapi Din, gue punya alasan... Perasaan gue ke elo itu nyata, bukan mainan! Din tolong masih gue kesempatan!" Maxime kembali hendak memegang tangan Adinda.
Dengan lebih dulu Adinda menepis tangan Maxime. "Sorry, tapi gue udah ada hak paten. Gue udah ada yang punya, sah secara agama dan hukum. Lo nggak bisa lakuin apapun lagi, gue emang bukan jodoh Lo Max. Gue istri sah Ben, jadi Lo jangan ganggu gue lagi please! Gue pergi dulu Max, ayy ayo pergi!" Adinda menarik tangan Ben lalu pergi meninggalkan Maxime.
Maxime tertunduk lemas, ia tak mengira kalau ia benar-benar sudah tak punya kesempatan itu. Maxime mengacak-acak rambut nya sendiri karena kesal, ia tak peduli lagi dengan sekitarnya.
(◕ᴥ◕)
Adinda mengajak Ben kembali ke Alun-alun untuk meneruskan makan es krim, mereka berdua kembali duduk dan saling menatap canggung.
"L-lo..."
Kata itu terucap secara bersamaan dari mulut Adinda dan Ben. Kini suasana di antara mereka semakin canggung.
"Lo duluan aja..."
"Hah? Enggak, Lo dulu aja..."
Meraka kembali saling terdiam, Adinda kesal sendi dengan timing ini, ia pun membuka pembicaraan. "Lo kok bisa di sana tadi? Bukannya Lo nunggu di sini?" Tanya Adinda.
"Awalnya gue duduk di sini liatin Lo dari jauh, tapi tiba-tiba gue liat Maxime yang juga masuk ke sana. Gue khawatir dan nyusul aja, ternyata bener, dia ganggu Lo." Ben menjelaskan.
"Oh..."
"Terus Lo tadi kenapa mau ngakuin hubungan kita? Katanya nunggu lulus SMA dulu baru publik?" Tanya Ben penasaran.
Adinda gelegapan dengan pertanyaan Ben. "Em... Ng-nggak papa kok, cuma bosen aja di ganggu Max terus. Makanya gue kasih alasan buat dia menjauh selamanya. Lagian yang pertama kan Lo yang bilang, gue cuma terusin aja."
"Oh..." Mereka kembali sama-sama terdiam. Ben lama-lama kesal dengan suasana ini, "ah elah... Kenapa timingnya jadi kayak gini sih? Udah ayo ngobrol kayak biasanya, atau makam ni es krim, udah mulai leleh noh." Ujar Ben yang jengkel.
"I-iya deh..."
Meraka berdua kembali memakan es krim itu sampai habis lalu berjalan-jalan di sekitar alun-alun untuk menikmati suasana malam.
"Enak banget ya suasananya... Nggak terlalu dingin, tapi juga nggak panas." Celetuk Adinda.
"Dan di temenin sama istri, beuuhh enaknya bukan maen." Gurau Ben.
![](https://img.wattpad.com/cover/313387937-288-k147362.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush My Husband [TAMAT]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Adinda Alethenia dijodohkan dengan crush nya sendiri. Ben Cameron adalah ketus OSIS di salah satu sekolah SMA Cemara. Laki-laki dengan ketampanan nya yang sungguh membuat hati para kaum hawa meleleh. Putra tunggal di k...