Mata keduanya terpaku begitu saja, tak berani mengatakan sepatah katapun. Waktu seolah berhenti untuk keduanya, entah harus panik atau senang.
Perlahan namun pasti, Ben turun dari kasur dsn menyelinap keluar. Adinda masih bengong dan bingung, otaknya blank seketika.
"Apa itu tadi? First kiss kayak di film-film kah?" gumam Adinda sambil menyentuh bibirnya.
Adinda hanya berkedip tanpa berkata.
Apaan tadi? Kita nggak sengaja kan? Gue harus apa? Gue harus apa? Nanti kalo ketemu harus ngapain?" teriak Adinda dalam hati.Ben turun ke bawah dan mengambil air minum untuk menenangkan hatinya yang sedang terobrak-abrik karena hak tadi.
"Astagfirullah! Kenapa gue setakut ini? Dia kan istri gue, ya boleh-boleh aja mau ngapa-ngapain! Kan udah sah, balik aja deh ke atas. Cowok apaan gue cuman kayak gini nggak berani!" ucap Ben memberanikan diri.
Ben berbalik dan menaiki satu persatu tangga yang ada, namun di tengah-tengah tangga muncul sedikit keraguan di hatinya.
"Tapi kalo gue ke sana lagi mau ngapain? Harus ngomong apa! Kan canggung banget, nggak mungkin gue tiba-tiba nyelonong dan langsung biasa aja!" pikir Ben.
Ben akhirnya memilih duduk di tangga dan berpikir, "Harus nyapa? Tapi kayak gimana? Hay Din, sorry tadi nggak sengaja, lupain aja ya! Ya Allah, berdosa sekali diriku ini!" kesal Ben.
"Sayang, maafin aku ya... Tadi itu karena kamu yang tiba-tiba nengok aja gitu..." kata Ben sambil menirukan gaya pacar imut. "Gue kan gak pernah bertingkah imut! Pasti aneh lah..."
"Itu biasa jika kita sudah menikah Kitty, its okay baby girl..." ucap Ben dengan suara beratnya. "Dih amit-amit! Kayak om-om pedo gue!"
Kenan yang melihatnya Ben ngomong sendiri pun merasa aneh, ia menghampiri Ben. "Ben... Lo nggak papa? Lo masih sehat kan?"
"Hah? Nggak papa bang, Akhmad masih sehat!"
"Nggak dingin duduk di lantai?"
Ben langsung berdiri saat sadar dirinya duduk di tangga yang dingin. "Eh iya! Makasih udah ngingetin..."
"Ngapain Lo di sini? Kayak mikir negara aja!"
"Nggak papa kok bang, cuma mikir buat persiapan Study Tour sekolah aja..."
"Oh ya udah kalo gitu gue masuk kamar dulu ya! Oh iya lupa! Kayaknya Lo tidur sendiri malam ini, Dinda lagi mau nonton film sampe pagi tuh bareng temen-temen nya! Sabar ya bro..." ucap Kenan sambil menepuk-nepuk pundak Ben.
"Nggak papa bang, gue masuk kamar dulu ya bang..."
"Oke!"
Dalam hati Ben sudah berpesta ria, mendengar Adinda tak ada di kamar, Ben langsung otw ke kamar. Tapi sesampainya di kamar, tidak sesuai ekspektasi. Di sana Ben sekali terbayang-bayang kejadian tadi.
"Ya Allah! Bisa gila gue lama-lama! Harus apa ya? Yang tenang, harus fokus dan butuh konsentrasi tinggi!" Ben berpikir apa yang harus dia lakukan. "Nah belajar aja, "
Ben langsung dengan semangat pergi ke supermarket terdekat dan membeli alat tulis seadanya. Kembali ke kamar dan Seacrhing beberapa contoh soal di internet.
(◕ᴥ◕)
Di kamar Diva dan Naya.
Mereka bertiga sedang duduk dengan beragam camilan di depannya. Menunggu film bioskop yang belum sempat mereka tonton, untungnya Diva bisa streaming lewat aplikasi streaming film dan di sambungkan ke TV.
"Adinda! Kunci pintunya!" perintah Diva.
"Siap!"
"Naya, tutup tirai jendela!"
"Udah..."
ctak...
Diva juga sudah mematikan saklar lampu lalu menggantikan dengan lampu lebih redup. Ia juga menyediakan sekotak tisu untuk berjaga-jaga.
"Anjir... Kenapa harus gini sih? Padahal mau nonton film doang, kayak mau lihat film apaan aja..." cibir Adinda.
"Iya deh... Kayak mau lihat film yang iya-iya aja, " tambah Naya.Diva menengok dan berusaha meyakinkan ketiga temannya. "Ini filmnya bagus banget tau nggak! Menguras air mata, jiwa, raga, nafsu dan tenaga! Pokonya semuanya... Trailernya pokonya gini nih..." ucap Diva sambil menunjukkan jari jempolnya.
"Yang bener aja deh, ini film nya yang mana sih. Yang jelas Napa kalo kasih informasi!" kesal Lena.
"Ini filmnya 18+ karena film luar negeri. Di luar negeri, usia 18 itu usia standar dewasa. Lo Indonesia kan 17 dapet KTP, berarti kita udah dewasa dan boleh nonton film ini..." jelas Diva dengan pd-nya.
Lena menatap Diva datar. "Lo dapet teori konspirasi ini dari mana? Anda jenius sekali sayang..."
"Ini filmnya boleh di tonton remaja kan?" tanya Adinda sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Boleh... Yang gak boleh itu 21+, kalo ini boleh kok..." ujar Diva seolah tanpa beban.
"Ya Allah, jika memang ini dosa... Biarkan Diva yang menanggung dosaku Ya Allah. Dia pelopor ini semua..." kata Adinda sambil tangan menengadah dan menghadap ke atas.
"Dasar nggak ada akhlak!" cibir Diva.
"Shh... Film nya udah mulai..."
Mereka berempat serius menonton film yang sedang di putar. Dan ternyata itu adalah film yang biasa, hanya ada sedikit kontak fisik yang tidak pantas di tonton anak kecil. Namun mereka begitu antusias karena kisah romantis yang begitu tragis.
"Eh ya ampun! Kasian cewek nya, masa si cowok milih cewek lain sih!" ucap Naya terbawa suasana.
Diva ikut berkomentar. "Salah sendiri, udah tau suka tapi malah diem. Nih kan, sekarang cowoknya di rebut cewek lain. Udah bunuh diri aja sana, lagian ini 2022 sayang. Nggak jamannya nunggu cowok yang ngomong duluan, cewek juga bisa ngomong suka duluan kali..."
"Tapi malu kan Diva kalo cewek ngomong duluan, nanti kalo di tolak gimana?" tanya Naya yang merasa kalau film ini seperti posisinya saat ini.
"Beda kebiasaan negara sayang... Kalo di Indonesia ya kalah sama gengsi sayang... Kalo di luar negeri kan udah biasa cewek ngomong duluan, udah lumrah! Kalo gue mah... Kalo emang suka ya ngomong, kalo diem apa gunanya punya mulut?" tanya Lena yang masih fokus dengan filmnya.
"Gas terus mbak... Jangan kasih kendor!" ucap Diva memprovokasi.
Naya merasa seperti terinspirasi, ia takut kalau Dean akan berpaling seperti sebelumnya..
"Apa aku ngomong aja ke Dean kalo aku suka dianya? Tapi kalo di tolak? Lagian gimana cara ngomong? Aku kan nggak punya keberanian lebih kayak Adinda, Lena dan Diva..." pikir Naya dalam hati.
Tiba-tiba muncul scene kiss yang mendadak. Sang tokoh utama pria tiba-tiba mencium tokoh utama wanita yang tidak berani mengungkapkan cinta padanya.
"Wuaahh..." ucap Diva yang terpesona dengan scene ini.
Naya secepat kilat menutupi matanya dengan jari yang terbuka. Sementara Adinda menelan ludah melihat nya. Keinginan nya untuk melupakan kejadian tadi dengan nonton film gagal total. Kini ia malah teringat detik-detik Ben tak sengaja menciuman nya.
Hingga tibalah scene saat keesokan nya kedua tokoh bertemu kembali namun sang tokoh utama wanita bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa.
"Eh gila! Kemarin habis di cium loh.... Kok malah biasa aja sih? Nggak gugup apa?" tanya Adinda.
Diva menjawab dengan mulutnya, tapi matanya masih terpaku ke layar TV. "Kenapa harus gugup? Kan semua udah terjadi, lagian di cium orang yang kita suka nggak salah kali. Itu juga salah satu strik buat hubungan kita sama doi nggak semakin menjauh. Bayangin aja, doi suka kita, tapi kita canggung sama dia, lama kelamaan doi kabur lah sayang..."
"Oh... Jadi harus biasa aja gitu setelah terjadi hal-hal kayak gitu?" tanya Adinda dengan serius.
"Iyalah! Eh btw kok Lo serius banget sih? Emangnya kenapa tanya-tanya masalah hal gini?" tanya Diva dengan nada penuh selidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush My Husband [TAMAT]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Adinda Alethenia dijodohkan dengan crush nya sendiri. Ben Cameron adalah ketus OSIS di salah satu sekolah SMA Cemara. Laki-laki dengan ketampanan nya yang sungguh membuat hati para kaum hawa meleleh. Putra tunggal di k...