Bab 17 kenangan

5.6K 192 0
                                    

"Ah males dengerin Lo ngoceh, gue tidur duluan!" ujar Adinda malas.

"Lo yang ngoceh!" kesal Ben.

Adinda dan Ben pun tidur bersama kembali satu ranjang tanpa berpikir yang aneh-aneh, karena para dasarnya mereka berdua sudah aneh.

(◕ᴥ◕)

Pagi hari.

Mentari belum memunculkan sinar indahnya, Ben sudah bangun untuk menunaikan sholat subuh. Setelah itu ia sedikit berolahraga, melakukan beberapa push up dan sit up untuk tetap menjadi bentuk badannya. Meski Ben itu kutu buku, ia tetap mementingkan bentuk tubuhnya agar selalu sehat dan bagus.

"Dinn... Din bangun! Udah pagi woy! Sekolah!" ucap Ben sambil membangunkan Adinda yang masih berlayar di pulau mimpinya.

"Hmm..." jawab Adinda yang masih menutup mata dan tidak berpindah tempat dari posisi nya.

"Bangun woy! Sekolah!" ucap Ben dengan sedikit berteriak.

"Ah aelah... Ntar lagi!" tolak Adinda.

"Bangun woy! Ntar kesiangan! Mau gue hukum?" tanya Ben.

"Ah bentaran lagi!" kesal Adinda yang masih tetap menutup mata.

"Jangan salahin gue kalo gerbang gue tutup lebih awal!" ancam Ben.

"Ah aelah, gue gak akan telat! Gue naik motor, tinggal ngebut!" kesal Adinda yang malah memeluk guling nya

"Lo bangun sekarang atau gue siram pake air?"  ancam Ben.

Adinda tak menggubris dan malah kembali tidur, Ben paling bencin saat Adinda bermalas-malasan atau tidak mau disiplin seperti ini.

Ben punya ide, dia mengambil air satu gayung dan di bawa kembali ke dekat Adinda. Ia mencelupkan tangannya ke air lalu memercikkan air wajah Adinda.

"Bangun... Bangun..." ucap Ben sambil memercikkan air.

"Ihh.." kesal Adinda.

Adinda hanya mengusap wajahnya dan tetap tidak mau membuka mata.

"Bangun sekarang atau gue siram!" ancam Ben.

"Ih, tujuan hidup Lo buat gangguin gue mulu ya!" kesal Adinda.

"Bangun Adinda Athelenia!" tegas Ben.

Adinda tak menggubris nya dan malah menepis tangan Ben, dan akhirnya

Byuurr...

Karena Adinda menepis tangan Ben, gayung yang di bawa oleh Ben terjatuh. Airnya pun menyiram wajah imut Adinda.

"Ah anjing!" kaget Adinda sambil duduk karena tersiram air.

"Akhirnya bangun juga, gue kira mati, " ledek Ben.

"Heh tega banget sih Lo nyiram gue!" kesal Adinda sambil mengusap jidatnya yang kejatuhan gayung.

"Siapa yang siram? Kan elo yang nepis tangan gue, ya jatuhlah gayung nya, " jawab Ben enteng.

"Ihhh... Bangsat! Anjing! Babi!" gerutu Adinda.

Pakk...

Ben memukul ringan mulut Adinda yang terus menerus mengeluarkan bahasa karma.

"Lo itu cewek!" peringat Ben.

"Baru tau?" tanya Adinda ketus.

"Sana mandi, nanti masuk angin!" peringat Ben.

"Dasar kampret!" kesal Adinda.

Adinda beranjak dengan badan basah kuyup karena tersiram air segayung tadi, sementara Ben hanya tersenyum tipis melihat Adinda yang mengumpat-umpat.

Selesai ganti baju, ia turun ke bawah untuk sarapan. Mamanya hanya melongok tidak percaya dengan penampilan Adinda, adinda memang sering seperti ini. Hanya saat ada acara penting dan akan upacara saja, Adinda akan memakai seragam lengkap.

"Ya Allah Dinda... Kamu mau nonton konser apa sekolah sih?" Tanya Mama Adinda.

"Sebenernya pengen nonton konser sih ma, boleh bolos sehari aja nggak ma?" tanya Adinda.

"Boleh... Asal nggak makan dua hari, " ancam Mama Adinda.

Tidaakk...

Adinda paling takut saat mamanya mengancam tidak akan memberi makanan ataupun tidak mau memasak. Baginya masakkan mamanya adalah yang ter-the best. Tapi tetap, tak ada niatnya untuk Adinda belajar memasak, baginya itu hanya membuang-buang waktu. Entah apa yang sebenarnya ada di otak Adinda itu.

"Jangan ya maa... Mama kan baik, Dinda nggak bakal bolos lagi deh, " ujar Adinda.

"Makan, lake baju yang bener trus pengen berangkat ke sekolah!" tegas Ma Adinda.

"Hih... Iya deh ma, " jawan Adinda sedikit kesal.

"Pagi mama ku cantik, " sapa Ayah Rafid.

"Pagi juga sayang, " sapa Mama.

"Tumben udah hidup jam segini?" tanya Adinda.

"Ayah tampol juga kamu lama-lama pake piring, " kesal Ayah.

"Dinda bilangin mama bweee..." ledek Adinda.

"Lah, kagak berani maju sendiri!" ledek Ayah.

"Loss... Nggak rewel!" ucap Adinda sambil menunjukkan ke-5 jaritnya dan hanya jari tengah dan jari manis yang di tekuk.

"Pagi ma.. yah.. " sapa Ben yang baru turun.

"Pagi Ben...nih buruan sarapan, " ujar Mama.

"Iya ma, " jawab Ben.

"Ma... Ayah langsung berangkat ya, soalnya ada yang mau booking restoran buat acara penting, " ujar Ayah sambil mengambil roti tawar dengan selai coklat.

"Nggak ke pagian kah?" tanya Ma.

"Nggak, duluan ya ma! Dadah mantu sama anak ayah paling gesrek!" ledek Ayah sambil mencium kening Mama dan mencubit pipi Adinda.

"Oi sakit!" kesal Adinda.

"Daahh semua..." ujar Ayah sambil pergi.

"Almamater Lo mana Din?" tanya Ben.

"Lah iya lupa, " jawan Adinda.

Adinda pergi kembali ke kamarnya untuk mengambil almamater nya. Bisa di hukum suruh membersihkan lapangan nanti kalo nggak bawa almamater.

"Nah udah keren kan!" ujar Adinda.

Adinda menali almamater di pinggang, kebiasaan Adinda deh. Kalau pulang pasti almamater nya lecek semua.

Bruumm...

"Kayak kenal itu suara motor? Ah ada yang lain lewat kali ya, " gumam Adinda.

Adinda turun dan mengambil tasnya di ruang makan, ia meninggalkan Ben yang masih makan.

Ya Allah... Kenapa penampilan istri ku seperti ini? - batin Ben saat melihat penampilan Adinda.

"Ma udah... Uang jajan mana ma?" tanya Adinda.

"Kamu kalo di kasih yang jajan lebih pasti malah keluyuran dan kadang bolos pelajaran! Kami pikir Mama nggak tau? Nggak ada uang saku hari ini!" tegas Mama.

"Lah ma, kok gitu!" kesal Adinda.

"Nggak ada protes!" tegas Mama.

"Hutang Gean aja deh, " gumam Adinda.

"Jangan hutang temen-temen kamu!" ujar Mama dengan sedikit teriak.

"Ni emak-emak tau aja deh, " ucap Adinda.

"Sama sekolah yang bener!" ujar Mama.

"Oke ma, Dinda berangkat, " jawab Adinda.

Adinda dengan senang hati pergi ke garasi untuk mengambil motor sport merah kesukaan nya. Dan saat di garasi ia tercengang. Tak ada motor apapun di garasi

"Mama!!!" teriak Adinda.

Mama yang mendengar nya pun langsung lari ke garasi rumahnya.

"Mama! Motor Dinda mana? Di ciri maling ya?" tanya Adinda panik.

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang