Bab 109 Pertanyaan

1.4K 74 0
                                    

Keesokan nya, Ben masih tak melihat sedikit pun pergerakan dari Ara. Ia semakin tak sabat lagi, ia mencari Ara dan pergi memberikan nya peringatan.

Ben mencengkram erat tangan Ara. "Lo masih keras kepala nggak mau ngakuin kesalahan Lo?"

"Aw apa sih Ben? Lepasin! Ben lepasin!" Keluh Ara yang kesakitan.

Ben menghempas tangan Ara kasar. "Gue kemarin udah peringatin Lo ya! Jangan salahin gue kalo gue bertindak kasar!'

"Apa sih Ben? Gue nggak paham maksud Lo tau nggak!"

Tanpa menggubris perkataan Ara, Ben langsung pergi meninggalkan Ara sendirian.

"Hahahaha... Mau ngapain aja juga percuma, karena Rahma nggak ada dsn Amel nggak bisa kasih kesaksian!" Gumam Ara yang merasa menang.

(◕ᴥ◕)

Di ruang BK.

Tok... Tok... Tok...

Ben mengetuk pintu ruang BK. Sebuah suara menyuruh Ben segera masuk kedalam. Ben pun membuka pintu itu dan menyapa Bu Arum.

"Selamat pagi Bu..."

"Loh Ben, pagi... Ada apa kesini pagi-pagi?" Tanya Bu Arum santai.

"Bu saya mau jelasin! Sebenernya yang buat Amel celaka itu bukan Adinda tapi Ara Bu!" Ujar Ben dengan tegas.

Bu Arum terkekeh kecil. "Hehe, kamu ini masih aja obsesi sama kasus itu? Tapi kasus itu sudah selesai Ben, dan nggak ada yang bisa di salahkan."

Ben tetap membantah. "Tidak Bu! Ara yang salah saya bisa buktikan dan saya punya buktinya!"

Bu Arum mengangkat salah satu aslinya, Taur wajahnya mulai meragu. Ben mengeluarkan ponselnya dan membiarkan Bu Arum mendengarkan rekaman itu.

Bu Arum terkejut mendengar rekaman itu. Ia tak menyangka atas apa yang terjadi, di Bu Arum menatap Ben penuh tanda tanya.

"Rekaman ini saya dapatkan saat saya berkunjung ke rumah sakit dan menengok Mel Bu. Rahma adalah saksi sebenarnya, tapi Ara sudah memindahkan dia ke sekolah lain."

Bu Arum masih menatap Ben tak percaya, karena selama ini, Ara yang ia kenal adalah Ara siswi cantik dan teladan dari sekolah.

"Lalu tunggu apa lagi Bu? Mau sampai kapan menyalahkan orang lain atas kesalahan Ara. Apa hanya karena kekuasaan orang tuanya? Tapi maaf Bu, bukannya sombong, kekuasaan keluarga Ara nggak ada apa-apanya dibanding kan keluarga saya. Dari awal saya melarang keras keluarga saya terlalu ikut campur masalah ini karena janji saya pada Adinda bawa saya akan menemukan buktinya dengan tangan saya sendiri! Jadi sebelum keluarga saja bertindak, tolong atasi masalah ini segera!" Pinta Ben dengan sungguh-sungguh.

"Baik-baik! Kirimkan rekaman itu ke saya, jangan hapus dari hp kamu ya, ibu akan segera diskusikan masalah ini dengan lara staf sekolah!" Jawab Bu Arum tegas.

Ben mengangguk lega. "Iya Bu, terimakasih karena sudah mau menangani perkara ini dengan sigap. Saya permisi dulu Bu..."

"Iya, ibu juga makasih ke kamu karena kamu sudah temuin bukti ini susah-susah. Tanpa kamu, mungkin ini akan jadi penyesalan terbesar ibu karena menuduh orang yang tidak bersalah." Bu Arum menepuk-nepuk pundak Ben bangga.

"Iya Bu, saya permisi dulu."

"Iya nak..."

Ben keluar dengan percaya diri dari ruang BK. Ia segera menemui Adinda karena sudah tidak sabar.

(◕ᴥ◕)

Di kelas Adinda.

Ben menarik Adinda keluar untuk berbicara secara pribadi. Adinda hanya menurut karena tak tau kemana arah pembicaraan ini.

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang