Ara membelalakkan matanya terkejut mendengar pertanyaan Bu Arum. Tiba-tiba saja ia sedikit gugup untuk menjawab.
"Ara jawab!"
Ara gugup dsn mulutnya seolah kelu, ia bingung harus apa saat ini. "M-maksud ibu apa ya? Saya nggak ngerti, saya kan saksi Bu..."
"Tapi ada orang lain yang kasih kesaksian kalo kamu pelakunya, kamu juga di tuduh memindahkan Rahma secara sengaja karena Amel adalah satu-satunya saksi yang sebenarnya saat itu."
Ara semakin gugup, ia tak mengira rencana nya bisa berantakan seperti ini. "Bu, ibu pasti salah paham. Buat apa sih saya lakukan itu semua? Ibu tau sendiri kan saya ini seperti apa di sekolah?"
"Ya masalahnya, gak semua orang memiliki sifat yang sama Ara... Ada juga manusia yang beda tempat beda sifat, makanya ibu tanya sama kamu."
"T-tapo saya nggak mungkin ngelakuin itu bu... Itu pasti fitnah, daya nggak ngelakuin hal itu Bu!" Ara tetao bersikeras membantah untuk menutupi kesalahannya.
"Ara lebih baik kamu jujur, di sini disaksikan banyak orang dsn bukti, saksi juga korban ada. Hal yang di ucapkan para saksi dan korban sama Ra, kalo kamu jujur mungkin hukumannya nggak akan terlalu berat Ra..." Bu Arum tetao gigih membujuk Ara untuk jujur.
Ayah Ara bolak-balik menutupi wajahnya dengan kedua tangannya seolah-olah malu dengan jadian ini.
"Ara... Kamu jujur aja, jangan buat masalah ini semakin rumit. Semua bukti sudah mendukung nak." Bu Arum masih berharap kalau Ara akan mengaku dengan sendirinya.
Ara semakin bingung dan terpojok, ia semakin tertekan saat melihat orang-orang menatapnya sambil diam-diam membicarakan nya
"Terserah ibu mau gimana, pokonya saya nggak mau ngaku sama masalah ini! Saya nggak salah, itu semua kecelakaan bukan sengaja!" Bentak Aravyang semakin terpojok.
Bu Arum terkejut dengan jawaban Ara. "Apa maksud kecelakaan? Awal pertama masalah ini, kamu bilang kalo semua ini sengaja dan di lakukan Adinda. Kenapa sekarang berubah?"
"M-maksud saya nggak gitu Bu, s-saya bisa jelasin semuanya. Saya nggak buat semua kecelakaan ini Bu!"
Ara tak henti-hentinya membantah ucapan Bu Arum. Namun, Bu Arum justru semakin yakin kalau pelakunya adalah Ara.
"Baik Ara kamu bisa kembali ke kelas dulu, kita lakukan pertemuan lagi Minggu depan ya!"
Bu Arum mengantarkan Ara keluar dengan baik-baik. Setelah itu Bu Arum kembali melanjutkan pertemuan tadi.
Ara berjalan dengan pandangan kosong dan seperti orang lemas tak berdayanya, sesekali ia menabrak anak lain karena tak fokus.
*"Gimana nih, kalo sampe ketahuan bahaya. Reputasi gue bakal hancur, dan mama papa pasi malu. Gue pasti jadi hinaan 1 sekolah, apa yang harus gue lakuin sekarang?!"* Pikir Ara yang masih bingung.
Tanpa sadar ia berjalan menuju parkiran mobil, ia berjalan tak fokus karena otaknya tengah berpikir keras. "Siapa sih yang sebenarnya laporin gue? Rahma kan udah gue singkirkan juga, siapa yang berani ngelakuin itu semua?"
"Gue!"
Mendamba sahutan seseorang, Ara menengok dan mencari sumber suara tersebut. Amel melihat Ara dengan sinis sambil bersandar di mobil.
Ara terkejut dan langsung menghampiri Amel dengan akting terbaiknya. "Amel, Lo kok ke sini? Ngapain? Emang nya udah sembuh ya? Ayo aku anter ke dalam mobil, baru aja nanti sore gue mau jenguk Lo."
Amel spontan menepis tangan Ara yang hendak meraih nya. "Jangan sentuh gue gue alergi sama pengkhianat!" Kata Amel dengan sinis.
"Hah? M-maksud Lo apaan sih, gue gak paham sama kata-kata Lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush My Husband [TAMAT]
Roman pour Adolescents[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Adinda Alethenia dijodohkan dengan crush nya sendiri. Ben Cameron adalah ketus OSIS di salah satu sekolah SMA Cemara. Laki-laki dengan ketampanan nya yang sungguh membuat hati para kaum hawa meleleh. Putra tunggal di k...