Bab 61 Cari om-om

2.4K 124 0
                                    

"Lo kenapa sih? Kenapa kayak gini?" tanya Adinda iseng.

"Siapa yang nyuruh Lo pake baju kayak gitu?"

"Ini? Kan kostum Cheerleader, ya wajar kalo gue pake ini!"

"Ya setidaknya pake legging lah, atau pake celana, itu pendek banget tau nggak!"

Adinda mengerutkan keningnya. "Ya kalo pake celana... Malah nggak kompak dong!"

"Ya itu terlalu pendek! Nggak enak dilihat tau nggak!"

"Ya udah iya, nanti gue ganti! Sekarang mah kemana?"

Ben tak menjawab pertanyaan Adinda, ia hanya langsung menyalakan mesin mobil dan melaju begitu saja.

"Lo... Cemburu ya?" tanya Adinda disela-sela perjalanan.

"Dih... Buat apa gue cemburu? Gak guna!"

Melihat wajah kesal Ben, Adinda memiliki ide aneh untuk mengerjai Ben. Macet karena padatnya lali lintas tak bisa dihindarkan, apalagi di kota besar seperti Jakarta. Di sela-sela perjalanan, Adinda mulai menjahili Ben.

Adinda melepaskan jaket Ben dari pinggang nya kali menaruhnya di jok belakang. "Makasih jaketnya ya..."

"Hm..."

"Lo cemburu kan? Banyak cowok-cowok yang liatin dan sorakin gue, dan gue juga pake baju terbuka gini, Lo pasti cemburu. Fiks, asli Lo cemburu!"

Ben menengok dengan ekspresi aneh nya. "Dih... Sape Lu? Ke-pd an bener deh, halunya ketinggian!"

"No... Lo pasti cemburu, secara gue cantik, baik, lemah lembut, kalem, nggak banyak tingkah, cerdas, mempesona, dan apalagi gue sekarang kan sexy abis gitu..."

"Diem atau gue turunin di jalan!"

"Lah bagus dong! Gue kan seksi abis, nanti siapa tau di culik om-om, eh om-om nya ganteng abis, modelnya kayak Verrell Bramasta, terus body nya kayak Joe Taslim. Otw KUA gue!"

Ben menahan rasa kesal di hatinya. "Siapa juga yang mau sama cewek bobrok kayak Lo! Apa bagusnya punya perut kotak-kotak muka ganteng, kaya tapi udah punya istri!"

Adinda langsung antusias menjawab pertanyaan Ben, Adinda membenarkan posisi duduknya lali menjawab pertanyaan Ben. "Ya bagus lay... Bayangin aja kalo cowok punya dada bidang, gue sebagai cewek pasti merasa terlindungi, terus lengannya yang berotot tiba-tiba meluk gue dari belakang, oh iya... Otot perut nya kotak-kotak, Allahuakbar... Gue bangun di samping orang begitu mah, menolak bangun! Rasanya anjir banget!"

Ben tak bisa menahan kekesalan nya lagi. "Lengab berotot, badan bagus, perut kotak-kotak, pinter, ganteng, kaya? Matanya tolong dibuka, suami yang lagi di samping Lo ini kayak gitu! Berani cari om-om di luar, pulang gue mutilasi Lo!"

"Iya-iya, nggak nyari om-om. Tapi kalo om-om nyari gue, beda cerita ya!"

Ben sekali kesal dengan jawaban Adinda, ia menengok ke arah Adinda dengan tatapan membunuh. Sedangkan Adinda hanya santai, dan perlahan-lahan sedikit menarik roknya ke atas sambil mengedipkan salah satu matanya.

"Astagfirullah... Untung bukan zina lagi!" gumam Ben.

Adinda tertawa dalam hati melihat Ben yang salah tingkah, sifat usilnya belum puas. Saat mobil mulai berjalan, Adinda kembali usil. Tangannya mulai memasuki baju Ben dan sengaja menyentuh otot-otot Ben yang sudah terbentuk.

Ckiitt....

Mobil berhenti mendadak, Untung saja di jalanan yang sedikit sepi. Ben menghempaskan tangan Adinda dari perutnya.

"Lo apa-apaan sih Din! Jangan kayak gitu, bahaya tau nggak?" kesal Ben.

Adinda hanya tersenyum manis. "Ya gue kepo gimana rasanya nyentuh perut berotot. Rasanya pengen raba-raba..."

Ben melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, Adinda ingin tertawa sepuasnya setelah mengusili Ben. Ingin rasanya ia balas dendam atas bentakan Ben semalam.

(◕ᴥ◕)

Rumah keluarga Cameron

Mobil Ben memasuki garasi, Ben langsung menggendong Adinda dan menaruhnya di pundak seperti penculik.

"Woy apa-apaan sih! Lepasin, turunin gue!" berontak Adinda.

"Ini nanya baru di culik mas-mas!"

Ben tetap menggendong Adinda yang memberontak, ia membawa Adinda menuju kamarnya. Bunda Ben yang baru saja pulang dadi GOR melihat nya langsung bingung sekaligus girang saat tau ada peluang untuk memiliki cucu.

(◕ᴥ◕)

Di kamar.

"Ben lepasin gue, turunin nggak!"

Brukk...

Ben menjatuhkan Adinda di atas kasur, Ben pun berada di atas badan Adinda, Ben mencengkram kuat kedua tangan Adinda ke atas.

"Ben apa-apaan sih! Turun nggak, turun!" bentak Adinda.

"Ini data bidang diciptain buat ngelindungin Lo, ini perut kotak-kotak gue latih buat Lo milikin, dan semua badan gue itu punya Lo! Jangan pernah mikir mau cari cowok lain! Sekarang sentuh aja sentuh, gue nggak takut! Ni elus perut gue, sekalian gue peluk sampe subuh!" tantang Ben.

"Ben... Lo apa-apaan sih, gue kan anu, itu... Cuma bercanda, nggak serius, udahlah turun dulu!" ucap Ben sambil memalingkan wajahnya yang memerah.

"Kenapa? Tadi di mobil inisiatif duluan kan? Ayo sekarang lanjut lagi, Lo istri gue, Lo boleh sentuh semuanya, nggak dosa, dari pada gue disentuh cewek lain, mending Lo yang sentuh, Lo yang pegang dan Lo yang milikin semuanya!"

Adinda memalingkan wajahnya, detak jantung nya berpacu kencang tak beraturan, wajahnya sudah semerah tomat, ingin segera lari tapi cengkraman tangan Ben terlalu kuat.

"Kenapa diem? Perlu gue mulai?" tanya Ben memecah keheningan.

"A-apaan sih, apanya yang dimulai, jangan konyol deh..."

Cklekk...

Pintu terbuka lebar, Bunda Ben batu saja ingin masuk ke kamar dan membawakan kotak kado untuk Ben, tapi justru adegan yang tak semestinya dilihat, diperhatikan secara seksama oleh sang Bunda.

"Maaf... Bunda nggak lihat, kalian lanjut aja lanjut! Bunda nggak di sini!" teriak Bunda sambil secepatnya menutup pintunya.

Adinda dan Ben gugup seketika, Ben langsung melompat ke samping kasur dan segera melihat ponselnya, Adinda lambat pura-pura memainkan banyak di tangan nya.

Bunda yang ada di kuat kamar langsung berfantasi ria.

"Ya ampun... Nggak ngira Ben udah gede, Ben juga macho banget, nggak ngira itu anak gagah bener, " gumam Bunda sambil menelangkupkan kedua tangan nya. "Ayah... Bentar lagi kita punya cucu!" teriak Bunda sambil berlari turun.

(◕ᴥ◕)

Di dalam kamar

"Ehem itu... Anu, gue mau ke sekolah dulu! Lupa tadi harus ke sekolah..." ucap Ben basa-basi.

"Hm? Iya, jangan lupa bernapas, eh maksud nya jangan lupa tetep hidup, astagfirullah... Maksud nya jangan lupa hati-hati!" ucap Adinda yang selalu salah karena terlalu gugup.

"Iya... Lo, juga jangan cari om-om! Gue pergi dulu!"

Ben langsung berlari keluar tanpa memperhatikan situasi, secepat kilat Ben berlari turun mengindari Adinda.

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang