Bab 23 Tidak mudah di tindas

3.9K 158 0
                                    

Ara benar-benar ingin menampar Adinda saat ini, namun tangannya tertahan saat mendengar suara yang ia kenal.

"ADINDA!"

Semua mata memandang ke arah sumber suara. Ben masuk ke dalam kelas dan melihat keadaan Adinda.

"Ben..." sapa Ara.

"Kamu ngapain di sini Ra?" tanya Ben.

"Ini... Lagi ada urusan sama Adinda, " jawab Ara lembut.

"Lo sendiri ngapain ke sini?" tanya Adinda.

"Ikut gue, gue mau ngomong sesuatu sama Lo!" ajak Ben.

"Nggak bisa! Gue mau selesai-in masalah ini dulu!" tegas Adinda.

"Din!" tegas Ben.

"Please! Bentar lagi, tunggu gue di luar 5 menit lagi!" pinta Adinda.

"Gue tunggu Lo di luar!" ujar Ben sambil pergi.

"Dia udah pergi, Lo mau ngomong apa tadi?" tanya Adinda.

"Tolong maafin Amel lah Din, " pinta Ara.

"Suruh yang punya masalah ke sini! Minta maaf sama Naya, baru gue maafin!" tegas Adinda.

"Udah maafin aja kenapa sih Din, " bujuk Dean.

"Diem Lo Den! Jangan mentang-mentang dia Arabelle, dia bisa menutupi kesalahan orang lain!" bentak Adinda.

"Gue nggak ikut-ikutan, " ujar Lena menepi.

"Aku anak polos, " sela Gean.

"Din udah Din biarin aja, " bujuk Naya.

"Nggak bisa Nay! Manusia kayak dia, kalo nggak di kasih pelajaran nggak bakal kapok, " ujar Adinda.

"Suruh Amel ke sini minta maaf sama Naya!" tegas Adinda.

Belum sempat Ara menjawab, Adinda sudah keluar menemui Ben.

"Apaan?" tanya Adinda tanpa rasa bersalah.

"Ikut gue, " ajak Ben.

Ben menarik tangan Adinda, ia membawa Adinda ke rooftop untuk berbicara.

(◕ᴥ◕)

Di Rooftop

"Kenapa sih Ben?" tanya Adinda.

"Lo bisa nggak, sehari aja nggak bikin ulah?" tanya Ben.

"Masalah apaan? Gue nggak ngapa-ngapain tuh, " jawab Adinda.

"Masih berani jawab?" tanya Ben.

"Udah deh, gak usah berlagak kayak polisi yang lagi nginterkgasi aja! Jelasin gue salah apa?" tanya Adinda.

"Lo kenapa dapet masalah dari Amel sih? Lo tau nggak dia anaknya kayak gimana? Dia bakal terus-terusan cari masalah sama Lo setelah ini, " peringat Ben.

"Biarin aja, kalo capek nanti juga berenti, " jawab Adinda santai.

"Dia punya latar belakang keluarga yang nggak biasa Din!" kesal Ben.

"Trus kenapa? Suami gue kan lebih berkuasa daripada keluarga dia, " jawab Adinda santai.

"Tapi nggak bisa gue terus-terusan awasin dan lindungin Lo, " ucap Ben.

"Gue masih bisa buat jaga diri sendiri, " jawab Adinda.

"Bukan itu masalahnya! Lo bisa nggak! Nggak usah ikut campur urusan orang lain! Gue akui buat Lo baik mau nolongin orang. Tapi dengan cara kayak gini, lama-lama Lo sendiri yang kena masalah, " kesal Ben.

"Terus... Lo pikir gue harus diem aja waktu liat anak lain di pukuli? Di bully? Di hajar? Di olok-olok bahkan merusak derajat sekolah dia?" tanya Adinda.

"Apa?" kaget Ben.

"Udah deh, gue mau turun!" kesal Adinda.

Adinda melangkahkan kakinya untuk turun, namun Ben berteriak.

"Gue cuma khawatir sama Lo Din! Amel itu anak yang nggak bisa di usik!" teriak Ben.

Adinda berbalik dengan tenang, ia memandang Ben dengan pandangan mata yang belum pernah ia tunjukkan pada Ben.

"Tenang aja, di antara seluruh siswa sekolah ini, selain Lo... Nggak ada yang sanggup ngadepin gue! Gue nggak gampang di tindas!" ujar Adinda dengan tatapan mata yang tajam dan senyum seringai nya.

Haih... Gue yakin lo bisa adepin semua orang Din! Tapi gue nggak yakin kalo Lo bisa adepin mereka saat keroyokan! - batin Ben.

(◕ᴥ◕)

Di kelas.

Adinda masuk ke kelas, alangkah terkejutnya saat ia melihat siapa yang datang.

"Nay... Gue..."

"Minta maaf Mel!" tegas Ara.

"Nay... Gue minat maaf, " ujar Amel.

"Iya nggak papa kok Mel, gue udah maafin Lo kok, " jawab Naya.

"Makasih ya Naya, kamu baik banget, " sela Ara.

"Wah wah wah... Udah minta maaf nih?" ledek Adinda.

"Kak Ara... Ayo pergi!" ajak Amel.

"Lah kenapa pergi? Ngambek kah?" bingung Adinda.

"Lain kali nggak usah kasih toleransi buat orang kayak dia Nay, " ujar Adinda.

"Nggak papa kok Din, penting dia udah mau minta maaf, " jawab Naya.

"Lo terlalu baik Nay, hati-hati nanti bisa di manfaatin orang, " peringat Adinda.

"Iya Din, " jawab Naya.

Bel berbunyi, pelajaran terus berlangsung. Saat guru sedang menulis di papan, ada anak yang selfie, menggambar, baca komik, nge-game online, oh iya Dean dan Ridho--teman satu kelas sedang adu panco. Adinda, Lena, Naya dan Gean jadi supporter. Tak lama bel pulang berbunyi.

"Baik anak-anak, sekian pelajaran hari ini... Sampai bertemu besok, "

"Iya Bu, "

"Nggak ketemu pun saat senang kok Bu, " gumam Adinda.

"Dinda... Tolong bawakan buku saya ke kantor ya, "

"Iya Bu, " jawab Adinda malas

Baru saja seneng, Adinda sudah harus mondar-mandir lagi untuk membantu guru. Adinda pergi ke kantor untuk mengantarkan buku guru, lalu ia pergi terlebih dahulu ke toilet.

(◕ᴥ◕)

Di toilet.

Adinda masuk ke dalam toilet, lalu ia hendak membuka pintu nya, namun tak bisa terbuka.

"Loh... Loh... Loh... Kenapa nih?" kaget Adinda.

Adinda berulang kali berusaha membuka pintunya, namun tetap saja tidak bisa terbuka.

"Ah sialan! Jangan-jangan ke kunci? Woy... Yang di luar, tolong bukain dong!" teriak Adinda.

Byuurr...

Seember air pun membasahi badan Adinda secara tiba-tiba, Adinda terkejut karena tiba-tiba tersiram air dari atas.

"Woy kampret! Ulah siapa nih!" teriak Adinda kesal.

"Kenapa? Kaget?"

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang