Bab 115 Good Timing

5.9K 114 4
                                    

"Lah iya, ah dahlah! Gue mo obatin dulu!"

Ara menatap wajah Adinda yang tampak lebih khawatir dan takut daripada dirinya yang sedang terluka. "Apa bener mereka cuma pacaran biasa? Kenapa bisa mesra-mesraan seleluasa ini? Dan gue nggak cemburu lagi liat mereka?" Pikir Ara yang membuatnya sedikit bingung.

Perlahan-lahan Ben membersihkan seluruh darah dadi telapak tangan Ara, membersihkan lukanya dengan alkohol, mengoleskan obat merah lalu membalut tangan Ara dengan perban.

"Oke, selesai!" Ucap Ben yang lega setelah membalur luka Ara dengan baik.

"Hah akhirnya! Ada yang salah nggak tadi? Jangan-jangan ada yang salah, arah kapasnya ketinggian di dalam luka? Atau yang lain?" Tanya Adinda khawatir.

Ben menatap Adinda datar. "Din, ini cuma luka biasa, gue cuma bersihin terus kasih obat. Bukan gue bedah terus gue jahit!"

"Oh..." Jawab Adinda santai. "lah, lukanya dalam apa nggak? Kalo dalam, ayo bawa ke dokter! Siapa tau perlu di Jagir kan!" Adinda tiba-tiba berpikir jauh dan panik sendiri.

"Gak mau! Gak usah lebay! Gue nggak kenapa-kenapa!" Bantah Ara dengan tegas.

"Tapi kalo tiba-tiba infeksi, terus sakit, terus..."

"Hais sudahlah! Kan udah gue obatin lukanya, sayang. Gak bakal kenapa-kenapa, nanti juga sembuh sendiri sering berjalan nya waktu." Ben menyela kata-kata Adinda agar tidak semakin khawatir.

"Beneran nggak papa?" Tanya Adinda dengan puppy eyes. Ben mengangguk menanggapi kata-kata Adinda.

Adinda mengelus dada lega, ia mengambil ponsel di sakunya lalu pergi sedikit menjauh. "Lo berdua tunggu di sini duku, gue balik bentar lagi!" Pinta Adinda sambil berjalan menjauh.

Selagi Adinda menjauh, Ara iseng bertanya pada Ben. "Lo nggak di marahin apa sama bokap nyokap Lo gara-gara sedekat itu sama Adinda? Ya gue tau dia pacar Lo, tapi menurut gue, kalian terlalu dekat dan terlalu mesra. Kalo di luar negeri sih udah biasa pacaran kayak gitu, tapi ini kan di Indo." Ara mengutarakan opininya.

Ben mengangkat salah satu alisnya. "Lo kenapa tanya gitu? Lo cemburu?" tanya Ben to the point.

"Bukan gitu... Menurut gue, Lo terlalu mesra aja gitu sama dia."

Ben menghela nafas panjang. "Huh, dengerin kata-kata gue, gue gak bakal ulang atau jelasin. Tapi kalo Lo berani nyebar apa yang gue omongin kalo ini, urusan Lo panjang sama gue! Gue gak maung kali ini!" Tegas Ben dengan nada mengancam.

Ara sedikit kikuk melihat tatapan Ben yang benar-benar tajam dan mengintimidasi. "I-iya deh, apaan?" Tanyanya.

"Adinda itu istri gue!"

Ara membelalakkan matanya tak percaya. "M-maksud Lo? K-kalian kan masih sekolah, mana mungkin udah nikah? Bercanda Lo gak lucu sumpah!" Ara menggeleng tak percaya.

"Gue nggak bercanda dan gue serius! Menurut Lo, apakah dengan kepribadian gue yang kayak gini, gue berani main peluk cewek yang bukan muhrim gue? Apa gue berani minta cium sama cewek yang. Uma status pacar gue?" Tanya Ben dengan serius.

Ara masih menggelengkan tak percaya dengan apa yang ia dengar. Hatinya terlalu kacau namun tak saling, ia merasa biasa aja mendengar kata-kata Ben.

Sementara itu di sisi lain. Adinda menelfon Maxime untuk datang mendampingi Ara di sini. Tak mungkin ia terus menemani Ara.

Halo, Lo dimana?"

"Lagi nongkrong Din, kenapa?"

"Buruan ke rumah sakit, sepupu Lo lagi drop noh! Gak tau ke rumah sakit bawa siapa."

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang