"Ih... Suami nggak berperasaan, kasih saku kek atau gimana! Kalo ada tukang bakso lewat gimana? Apalagi kalo ada pangsit nya, mana tahan godaan guenya!" kesal Adinda.
Adinda masuk ke dalam rumah untuk membersihkan badannya. Bermain PS sampai jam 2 siang. Setelah itu ia tertidur tak terasa jam menunjukkan pukul 3 sore, Ben pun sudah pulang dari sekolah.
"Ini anak tidur apa mati? Masa dadi tadi sampe sekarang belum bangun?" bingung Ben.
Ben berganti pakaian dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sudah lengket. Baru keluar dari kamar mandi, ponselnya berbunyi.
"Halo yah..."
"......"
"Memangnya ada apa?"
"......."
"Kenapa?"
"......."
"Oke-oke! Aku ke sana sekarang!"
"......"
"Ok!"
Ben segera memakai baju dan pergi ke rumah Adinda tanpa mengajak Adinda. Ben mendapat telfon dari ayahnya kalau Mama Adinda sedang sakit.
(◕ᴥ◕)
Di rumah Adinda.
Ben langsung masuk dan mencari mertuanya ke seluruh penjuru rumah, ia menemukan nya di kamar.
"Mama... Mama sakit apa?" tanya Ben sedikit panik.
"Ben... Kamu di sini?" kaget Mama Adinda yang sudab terbaring lemas di atas kasur.
"Ayo ke rumah sakit!" ajak Ben.
"Kami nggak kasih tau Adinda kan?"
"Enggak kok ma, "
Ben mencari bantuan tetangga dan membawa mama mertua nya ke rumah sakit.
(◕ᴥ◕)
Di rumah sakit.
Beberapa perawat membawa Mama Adinda untuk menjalani prosedur medis, namun saat di pindahkan ke kursi roda, Ben terkejut saat rambut mama mertua nya terjatuh. Ia mengambil rambut itu.
"Wig?" kaget Ben.
Kenapa Mama memakai Wig? - bingung Ben.
Setelah di tangani dokter dan di pindahkan ke ruang perawatan, Ben pergi menemui dokter yang menangani mertua nya.
"Dok... Mana saya itu sebenarnya sakit apa?" tanya Ben.
"Mas nya nggak tau?"
"Nggak, " jawab Ben.
"Ibu ini sudah menderita kanker otak stadium 4. Masnya nggak tau sama sekali?"
Ben hanya menggeleng, pikirannya masih kacau tak percaya.
"Ibu ini sering ke sini tapi sama orang lain, bukan mas. Ibu ini sering ke sini untuk menjalani komoterapi, "
"Apakah ada kesempatan untuk sembuh?" tanya Ben dengan suara serak menahan kesedihannya.
"Ada, tapi sangat kecil, karena kanker ini sudah stadium 4, "
"Lakukan yang terbaik! Saya ambil peluang itu walau hanya 0,5 %!" tegas Ben.
"Baik... Masnya yang sabar ya! Terus berdoa sama yang di atas mas, "
Ben duduk lemas di kursi tunggu, mertuanya menyimpan rahasia serapi ini, bahkan ia dan Adinda pun tidak tahu? Ben kembali menelfon orang tuanya.
"Halo yah..."
"Halo boy... Gimana? Udah ke rumah?"
"Ayah bisa pulang sekarang nggak?
"Kenapa boy? Ada masalah?"
"Mama... Kena kanker otak stadium 4, tolong yah segera pulang! Aku dan Adinda butuh ayah.."
"Apa kondisinya drop?!"
"Ya!"
"Oke-oke! Tunggu Ayah, sekarang kamu di mana?"
"Di rumah sakit xxx"
"Oke!"
Ben terkejut melihat kedua orang tuanya datang secepat ini.
"Ayah Bunda naik apa ke sini? Kok cepet banget?" tanya Ben bingung.
"Mobil, " jawab Bunda.
"Dari Singapore?"
"Boy... Sebenarnya selama ini kita nggak kemana-mana! Kita selalu dampingi Mama nya Adinda buat terapi, " jelas Ayah.
"Jadi ayah sama bunda udah tau? Kenapa nggak kasih tau Ben sih!" kesal Ben.
"Mama Adinda yang larang, bahkan Ayah mertua kamu, Lena dan keluarga nya pun juga tidak di beri tau. Alasan nya kami menikahkan kalian berdua semuda ini karena permintaan Mama Adinda, " jelas Bunda.
Ben hanya terdiam tak percaya dengan apa yang ia dengar. Ia tidak bisa memberikan Adinda kembali merasakan apa itu kehilangan.
"Yah... Lakukan apa pun untuk Mama!" pinta Ben.
"Pasti my boy! Pasti!" jawab Ayah.
(◕ᴥ◕)
Di rumah keluarga Cameron.
Ben secepat nya pulang agar Adinda tidak curiga, ia melihat Adinda masih tertidur tanpa bergerak.
"Dia benar-benar ratu tidur!" gumam Ben sambil mengelus rambut Adinda.
Tuhan... Jangan biarkan dia kehilangan lagi! Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika itu terjadi - batin Ben.
Merasa ada yang menyentuh, Adinda membuka matanya berat.
"Ben..." ucap Adinda dengan suara serak nya karena bangun tidur.
"Makan dulu gih... Lo laper kan pasti? Atau mau keluar cari makanan lain?" tanya Ben lembut.
"Tumben baik, " cibir Adinda.
"Mau nggak?"
"Oke!"
"Sana ganti baju, gue tunggu di bawah ya, " ucap Ben lembut.
Ben keluar menunggu Adinda di bawah, sementara Adinda keheranan dengan sikap Ben yang tiba-tiba menjadi lembut.
Adinda turun dengan celana pensil ¾ dan Hoodie putih, rambut nya di kuncir kuda dan wajah yang hanya memakai bedak serta lipgloss.
"Yuk jalan, " ajak Ben.
Dia cantik - batin Ben.
Keren juga ni anak. Nggak malu-maluin kalo di ajak jalan - batin Adinda.
(◕ᴥ◕)
Di alun-alun kota.
Mereka berjalan bersama dan berhenti di sebuah warung penyetan. Membeli 2 porsi ayam penyet dan 2 gelas es teh.
"Kenapa Lo baik banget hari ini?" tanya Adinda heran.
"Hah? Nggak boleh?" tanya Ben.
"Ya bukannya gitu... Tapi rasanya aneh aja, " jawab Adinda.
"Aneh gimana? Bukannya Lo lebih suka gue yang kayak gini dari pada gue yang cuek?" tanya Ben.
"Iya sih... Tapi jangan terlalu sering lah, " ujar Adinda.
"Emang kenapa?"
"Gue takut baper, "
"Nggak usah takut, karena gue yang lebih dulu baper sama Lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush My Husband [TAMAT]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Adinda Alethenia dijodohkan dengan crush nya sendiri. Ben Cameron adalah ketus OSIS di salah satu sekolah SMA Cemara. Laki-laki dengan ketampanan nya yang sungguh membuat hati para kaum hawa meleleh. Putra tunggal di k...