Di rumah sakit
Rahma sedang duduk di samping Amel yang masih tertidur. Rahma sering di hantui rasa bersalah sejak berbohong atas kejadian Amel yang sebenarnya.
"Hai Mel, apa kabar? Gue nggak baik-baik aja, sekarang gue lagi bingung banget. Kalo gue ngaku, bokap gue pasti di pecat, gue dikeluarin dari sekolah dan keluarga gue bakal dapat banyak masalah. Tapi kalo gue diem, gue juga merasa bersalah banget sama Lo dan Adinda. Kenapa gue harus di tempatin di situasi kayak gini sih!" Kata Rahma tanpa sadar.
Rahma menyelesaikan kata-katanya lalu pergi meninggalkan Amel yang masih tertidur. Amel sebenarnya mulai bangun dan mendengar kata-kata Rahma, namun karena Rahma risau, Amel hanya diam mendengarkan.
Amel perlahan duduk dan melihat Rahma pergi. "Maksud dia apa? Merasa bersalah? Kenapa? Kenapa dia curhat ke gue,m, emangnya dia dulu temen gue?" Bingung Amel.
Karena gegar otak yang dialami Amel, ia sedikit kesulitan mengingat masa lalunya. Tapi kata dokter, seiring waktu pasti akan pulih dengan sendirinya.
Sekilas bayangan tentang Amel yang jatuh di tangga muncul tiba-tiba di otak Amel. Itu membuat Amel sedikit kesakitan, terutama di bagian kepala.
"Aww... Aww..." Keluh Amel sambil memegangi kepalanya. "Ingatan apa itu tadi? Kenapa gue jatuh? Apa itu kejadian waktu gue jatuh? Tapi kata dokter, gue mungkin aja berhalusinasi karena cedera di kepala... Terus itu tadi apa?" Tanya Amel.
(◕ᴥ◕)
2 hari kemudian.
Rahma kembali ke rumah sakit untuk menjenguk Amel. Karena kejadian kemarin-kemarin, Amel benar-benar berusaha mengingat kejadian saat ia jatuh.
Begitu mendengar Rahma yang mendekat, Amel langsung berpura-pura tidur. Rahma duduk dan menaruh parcel buah di atas meja. "Hai Mel, gimana kabar Lo hari ini? Kemarin Lo lagi tidur, sekarang tidur lagi? Huh... Mungkin ini cara Tuhan buat ngurangin rasa bersalah gue." Pikir Rahma saat melihat Amel yang tertidur.
Rahma duduk dengan tatapan sendu. "Gimana Mel? Gue masih sama aja, gue bener-bener pengen jujur ke semua orang. Sebenci-bencinya gue ke Adinda, gue nggak berani main-main sama nyawa."
Tak terasa, hampir 10 hati Rahma terus datang dan menceritakan serpihan-serpihan kejadian jatuhnya Amel. Tapi Amel benar-benar tak yakin, ia tak ingin kondisi nya yang lupa ingatan dimanfaatkan oleh orang lain, ia akan berbicara saat ia bener-bener ingat semuanya.
Kini ingatan Amel sudah pulih 70% namun ingatan tentang jatuhnya ia masih remang-remang. Tiap kali ia ingin mengingatnya, kelapangan langsung terasa sakit.
(◕ᴥ◕)
Di sisi lain
Adinda telah menjalani masa skorsing nya, ini hari pertama masuk sekolah sebagai kelas 12. Dan entah kenapa, berita tentang jatuhnya Amel, menyebar dengan begitu cepat.
Adinda turun dari mobil sport Ben yang berwarna hitam, terdapat kacamata hitam mahal yang bertengger di batang hidungnya
Ia melepaskan kacamata nya dengan anggun. Memakai sedikit make up tipis, baju yang rapi, tercium aroma wangi serta penampilan yang sempurna membuat Adinda sedikit tidak di kenali anak lain.
"Mau gue temenin masuk kelas?" Tanya Ben.
Adinda tersenyum. "Nggak usah... Gue udah nggak selemah duku! Gue masuk kelas dulu ya..." Adinda melambai dengan anggun.
Ben hanya memperhatikan Adinda dari jauh dengan cemas, ia takut opini anak-anak lain mempengaruhi nya.
Maxime terkejut kagum melihat Adinda yang begitu cantik hari ini. Rambutnya tergerai dan terlihat lembut mengkilapkan. Padahal sebelumnya, Adinda benar-benar jarang menggerai rambut nya.
Maxime menghampiri Adinda. "Hai... Ini Adinda kan?" Tanya Maxime memastikan.
Adinda menatap Maxime lalu tersebut miring. "Iyalah... Emang siapa lagi? Dewi Fortuna?"
"Gila! Lo cantik banget Din! Lo berubah banget ya sekarang!"
"Udah di cibir, kalo nggak berubah ya rugi!"
"Sip deh! Gue dukung..."
Sepanjang koridor, anak-anak memperhatikan Adinda dan Maxime yang berjalan sejajar. Ada yang kagum, ada yang iri dsn juga ada yang menjelek-jelekkan Adinda dari belakang karena sudah mengenali nya.
"Emang ya... Orang-orang cuka berani ngomong dibelakang doang, giliran berhadapan langsung nyalinya ciut! Pecundang!" Ejek Adinda dengan terus terang.
Salah satu siswi yang menjelek-jelekkan Adinda tersinggung. Ia menjelek-jelekkan Adinda secara langsung karena terprovokasi.
"Heh, belagu banget Lo! Pembunuh aja bangga!"
Adinda tersenyum miring, tikus masuk jebakan. Adinda berhenti melangkah dan menghadapi langsung siswi itu dengan santai. "Kata siapa gue pembunuh MC
"Kata orang-orang! Semua orang di sekolah ini juga tau kalo Lo itu pembunuh!'
"Heh..." Adinda tekekeh sinis. "Lucu ya.... Pertama, gue nggak bisa di sebut pembunuh hanya karena gosip, kedua, gue nggak butuh siapapun, dan ketiga, jika emang gue bunuh orang, nyatanya nggak ada bukti fisik tuh!"
"Halah jangan ngeles Lo! Sok pinter banget!"
Adinda menunjukkan smirk-nya. "Jangan asal ngomong, ikut Lo udah di atas 17 tahun, karena kata-kata Lo, gue bisa tuntut Lo dengan tuntutan pencemaran nama baik. Menurut pasal 310 ayat (1) KUHP, menurut R. Soesilo, kuis dapat di lakukan maka pencemaran nama baik itu harus dilakukan dengan cara menuduh seseorang telah melakukan perbuatannya yang tertentu dengan maksud tuduhan itu akan tersiar atau diketahui banyak orang banyak. Oleh karena itu, tidak ada ketentuan yang menyebutkan bahwa barang bukti berbentuk surat diperlukan dalam membuktikan pencemaran nama baik secara lisan. Yang terpenting adalah bahwa tuduhan tersebut dilakukan di depan orang banyak."
Siswi itu terlihat gelagapan mendengar kata-kata Adinda yang begitu tepat sasaran.
Adinda hanya tersenyum miring. "CCTV ada, saksi banyak ini juga ada, kurang apa lagi? Minta surat keterangan sekolah itu gampang bagi gue."
"Lo!!!" Siswi itu hendak menunjuk Adinda namun kembali menggenggam tangannya karena merasa diposisi yang tidak menguntungkan.
"Cukup Rokib dan Atid yang nyatet perbuatan gue, mulut kotor Lo nggak usah ikut campur! Cukup Tuhan yang menghakimi gue, akhlak Lo gak usah sok-sokan ikut campur tangan! Otak doang plus, akhlak nya minus!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush My Husband [TAMAT]
Roman pour Adolescents[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Adinda Alethenia dijodohkan dengan crush nya sendiri. Ben Cameron adalah ketus OSIS di salah satu sekolah SMA Cemara. Laki-laki dengan ketampanan nya yang sungguh membuat hati para kaum hawa meleleh. Putra tunggal di k...