Bab 26 Wangi

4.7K 178 0
                                    

"Dia celakain Adinda! Sekarang lebih baik ayah yang bertindak sebelum aku sendiri yang turun tangan!"

"Apa? Adinda di celakai? Bagaimana bisa? Di mana kalian sekarang?"

"Kami sudah ada di rumah, Adinda sedang demam karena di kunci di kamar mandi 1 jam dengan keadaan badan basah kuyup, "

"Apa? Ayah tutup dulu! Ayah akan urus!".

"Ya, aku minta tolong yah..."

"Serahkan saja semua pada Ayah, "

Ben mematikan telfon nya, ini sama sekali bukan Ben. Ben tidak pernah mengadu pada ayahnya selama ini, saat mempunyai masalah, Ben lebih suka memendamnya lalu menyelesaikan semua sendiri.

"Amel... Jangan salahin gue kalo gue tega sama Lo!" gumam Ben.

Ben kembali ke kamarnya untuk mengecek suhu Adinda dia mengecek nya menggunakan termometer

"Hmm.. udah nggak terlalu panas lagi, " ucap Ben.

"Makasih udah mau jagain gue, " ujar Adinda.

Ben melongo sejenak mendengar Adinda berterima kasih.

"Apa? Bisa Lo ulangi nggak?" tanya Ben.

"Makasih udah mau bagian gue, " jawab Adinda dengan sedikit keras.

"Bisa ngomong sekali lagi? Gue mau rekam, " ujar Ben.

"Ih alay banget sih Lo, " cibir Adinda.

"Langka tau nggak!" jawab Ben.

"Idie..."

Ben pergi menuju meja belajar nya di ruang pribadi nya. Ben memang mempunyai ruang pribadi sendiri, isinya meja belajar, komputer, dan ratusan bahkan ribuan buku.

Ia membawa buku nya ke kamarnya, ia duduk di samping Adinda sambil membaca buku nya.

"Hp gue tadi mati gara-gara kena air, oh iya hp gue!" panik Adinda.

Adinda langsung hendak duduk untuk mencari ponselnya, tapi badannya di tahan oleh Ben.

"Udah nggak udah banyak tingkah, tidur yang baik. Hp Lo nanti urusan gue, " ucap Ben.

"Tapi ada foto papa di hp itu!" ucap Adinda.

"Papa?" tanya Ben.

Dengan segera Adinda menutup mulutnya.

"Gampang, nanti jadi urusan gue, " jawab Ben.

Blushy...

Adinda tersipu malu saat melihat Ben tergas seperti sekarang.

(◕ᴥ◕)

Malam hari.

Panas Adinda kembali naik, dia sedikit menggigil karena demam nya, meski Ben sudah memasangkan kompres dan meminumkan Paracetamol, tetap saja tak berpengaruh. Akhirnya Ben memiliki ide.

Byuurr... Byuurr...

Ben masuk ke kamar mandi untuk mandi, malam-malam ia mandi dan keluar hanya dengan celana pendeknya. Tanpa memakai baju, ia langsung berbaring di samping Adinda.

Ben memeluk Adinda erat, entah kenapa Ben berkepikiran melakukan seperti ini..

Adinda yang awalnya menggigil, perlahan menjadi lebih tenang. Ben pun akhirnya ikut tertidur juga.

(◕ᴥ◕)

Pukul 02.00 pagi.

Karena badannya yang panas, Adinda tidak bisa tidur nyenyak, ia sedikit mengerjapkan matanya, ia melihat Ben yang sedang melaksanakan sholat malam.

Dia tampan, kaya dan tahan agama. Dia benar-benar imam yang baik, di usianya yang masih muda, sudah ada tanggung jawab berat di pundaknya. Bisakah kamu berbagi beban? Ia berbagi beban hidup nya, aku berbagi beban di hatiku - batin Adinda.

Adinda kembali terlelap saat masih memandangi Ben. Setelah sholat, Ben kembali mengecek keadaan Adinda.

"Huh... Kapan demamnya turun?" gumam Ben.

Ben tidur di sebelah Adinda sambil mendekap erat tubuh Adinda.

Adakah kesempatan untukku di hatimu? - batin Ben.

(◕ᴥ◕)

Pagi hari.

Adinda membuka matanya saat mentari sudah naik, ia melihat jam di dinding. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Sudah di pastikan kalau dia tidak masuk sekolah.

"Sudah bangun?" tanya Ben.

Adinda terkejut mendengar suara yang ia kenal, ia menengok. Alangkah terkejutnya ia saat melihat Ben sedang duduk di samping nya sambil membaca buku.

"Lo nggak masuk sekolah?" tanya Adinda.

"Nggak, "

"Kenapa?" tanya Adinda.

"Males jelasin, " jawab Ben simpel.

Ben menutup bukunya, ia mengambil sebuah handuk dari lemarinya.

"Bii... Bi Iyem..." panggil Ben.

"Iya Den, kenapa?" tanya Bu Iyem, asisten rumah tangga keluarga Cameron.

"Tolong bantuin Dinda bersihin badannya ya, " pinta Ben.

"Iya Den, " jawab Bi Iyem.

"Gue nggak mau mandi, nanti aja, " tolak Adinda.

"Jangan banyak tingkah, sana mandi! Ada air anget kalo Lo nggak mau mandi air dingin, " jawab Ben.

"Ayo Non Dinda, bibi anter, " ucap Bi Iyem.

"Aaaa.... Males mandi Ben, nanti aja ya... Badan gue masih panas nih, " tolak Adinda.

"Jangan banyak alasan! Gue udah cek suhu badan Lo. Mumpung suhunya udah turun, sana mandi. Masih perawan kok bau, " ledek Ben.

"Enak aja! Gue wangi ya!" bantah Adinda.

"Nggak mandi dari kemarin ngomong wangi?" tanya Ben.

"Iya sih, dari kemarin gue belum mandi ya. Eh, apa-apaan sih Lo!" kesal Adinda.

"Udah sana mandi!" perintah Ben.

"Non Adinda masih perawan?" tanya Bi Iyem.

Krik... Krik..

Tiba-tiba suasana langsung sunyi mendadak setelah Bi Iyem melontarkan sebuah pertanyaan.

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang