Bab 51 Diet (3)

2.2K 112 1
                                    

Yang bener saja, hanya ada salad sayur dengan porsi jumbo di mangkuk Adinda. Adinda terdiam tak percaya dengan apa yang di berikan oleh temannya ini.

"Gue masih manusia loh ini...." ujar Adinda.

"Iya tau, "

"Ini sayur doang loh..."

"Iya tau, "

"Aku bukan kambing loh..."

"Yang makan daun-daunan bukan cuma kambing Din... Manusia juga butuh sayur, " jawab Diva dengan datar.

"Ini rasanya kayak apa?"

"Hmm... Enak banget deh pokonya. Manis, asem, seger, pokonya enak. Cobain deh..."

"Ini bisa di makan?"

"Ya bisa lah!"

"Gak beracun?"

"Masa gue mau racunin temen sendiri sih, Din?"

"Boleh di makan?"

"Boleh... Yang banyak aja, "

Dengan berat hati Adinda memakan sedikit demi sedikit salad sayur di depannya. Hatinya meng-iyakan, mulut nya menolak, perut nya berteriak lapar. Lalu mana yang harus di turuti Adinda?

Mama... Doakan Adinda baik-baik saja setelah ini! - batin Adinda.

Adinda memakannya sampai habis, pastinya secara terpaksa. Setelah makan, ia istirahat sebentar lalu berolahraga bersama Diva.

(◕ᴥ◕)

Di ruang olahraga.

Terdapat ruang olahraga di rumah Diva. Pastinya Diva yang meminta ruangan itu hanya ruangan kosong besar dengan cermin besar dan beberapa alat GYM.

"Tadaaa... Hari ini kita belajar yang ringan-ringan dulu aja! Nanti kalo ydah terbiasa, kita tambah porsi olahraga nya!" ucap Diva bersemangat.

"Emang beda?"

"Ya beda lah! Masa nggak tau?" tanya Diva yang dibalas gelengan kepala oleh Adinda. "Emang Lo nggak pernah olahraga ya di rumah?"

"Engga, kan di sekolah udah olahraga seminggu sekali, berarti di rumah nggak usah!" jawab Adinda percaya diri.

Diva menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Heran gue! Pacar Lo atlit basket berprestasi, tapi Lo malah model cewek kayak gini!"

"Apa sih? Yang penting kan udah olahraga. Walaupun seminggu sekali, " jawab Adinda menghindar.

Diva hanya mengelus dadanya berusaha bersabar dengan teman yang ketidaknormalan nya melewati batas wajar ini.

"Oke, Lo ganti baju pake baju olahraga ya! Ntar gue ambilin!" ucap Diva.

Diva masuk untuk mengambil beberapa pakaian olahraga nya..ia meminjamkan sport singlet dan legging ¾ warna biru dongker.

"Nih sana ganti baju!"

Adinda membentangkan baju yang di berikan oleh Diva. Ia terdiam sejenak melihat nya.

"Lo suruh gue pake ini?" tanya Adinda tidak percaya.

"Iya! Tenang aja, papa gue masih tugas di luar kota. Mama tadi pergi arisan sama temen-temen nya. Jadi santai aja, nggak ada siapa-siapa di rumah ini selain kita!" jawab Diva meyakinkan.

"Oh..."

Adinda berjalan menuju ruang ganti dengan langkah ragu. Pasalnya, ia belum pernah memakai pakaian terbuka seperti ini di depan orang lain.

Adinda keluar dengan sport style yang cukup cocok di badan Adinda. Warna biru dongker yang di padukan dengan putihnya kulit Adinda tampak begitu cocok.

"Wow... Baru nyadar gue kalo punya temen berlemak astaga!" ucap Diva nerocos.

Adinda melihat perutnya yang rata, menurut nya tidak berlemak. Hanya memang tidak memiliki ABS seperti Diva. Tapi tetap saja Adinda tidak nyaman dengan pakaian yang ia kenakan.

"Ok, yuk mulai pemanasan!"

Adinda dan Diva memulai olahraga dengan beberapa gerakan pemanasan sederhana. Lalu Adinda di suruh mencoba memakai Treadmill.

"Ok... Durasi pertama 10 menurut aja ok!" ucap Diva.

"Div... Di sekolah aja gue nggak kuat lagi, apalagi lari sambil pake beginian!" ucap Adinda.

"Kuat! Pasti kuat! Ayo semangat!"

Diva menyemangati Adinda untuk berlari di atas Treadmill. Awalnya memang baik-baik saja, tapi setelah beberapa saat, Adinda mulai lelah dan kesulitan mengimbangi ritme Treadmill.

"Div... Sumpah gue capek! Gue nggak kuat!" keluh Adinda.

"Ayo semangat! 1 menit lagi Din!" sorak Diva menyemangati.

Adinda bersemangat karena mendengar tinggal 1 menit lagi. Ia terus berlari dan memaksakan diri nya.

"Udah pa belum sih? 1 menit kok lama banget?"

"1 menit lagi! Tadi 1 menit lebih, "

Adinda memutar bola matanya jengah, ia melanjutkan berlari agar segera selesai. Kemauan nya terlalu keras untuk menyerah di tengah jalan.

"Udah? Tinggal berapa detik?"

"50 detik!"

"Hah? Masa dari tadi cuma berkurang 10 detik? Nggak salah!"

"Mentor di sini siapa sih?"

"Ck!"

Adinda berlari lagi sambil menghitung mundur sendiri dalam hatinya karena tidak percaya dengan ucapan Diva.

"Udah kan?"

"Udah? Udah dari mananya? Masih 30 detik tau nggak!"

"Lah... Tadi bilang 50 detik? Gue hitung sendiri udah selesai kok!"

"Mungkin Lo salah kali... Lo kak matematika remedi 4x, gue pake alat, udah nurut aja!"

Adinda menurut, langkahnya semakin panjang namun ritme larinya di kurangi karena semakin lelah.

"Berapa lagi Div?"

"20 detik lagi!"

"Etdah.... Dari tadi belum selesai-selesai, itu ngitungnya berapa jam ya?!"

"Nah tinggal 10 detik lagi!"

Dengan tenaga ekstra Adinda berhasil menyelesaikan lari dengan Treadmill..ia langsung terkapar lemas di atas lantai dengan keringat yang bercucuran.

"Ya Allah... Gue nggak jadi Cheers aja deh! Latihan nya terlalu berat buat gue yang santuy!" ucap Adinda dengan keringat bercucuran.

"Mana ada? Nggak bisa! Udan daftar nggak bisa keluar!" tegas Diva

Adinda hanya ingin menangis tanpa suara saat ini. Ia ingin pulang, makan ayam lalu nonton film, atau setidaknya main game online.

(◕ᴥ◕)

Selesai olahraga

Setelah olahraga Adinda berkemas untuk pulang. Ia berterimakasih pada Diva lalu meminta Ben menjemput nya.

"Makasih loh ya... Jangan sering-sering, sekali aja ini ya!" gurau Adinda.

"Wah.... Ide bagus, berarti lain kali porsinya harus di tambah 4x lipat ya, kan jarang, " jawab Diva.

"Ah nggak jadi! Setiap hari aja asal dikit-dikit! Ya udah makasih buat hari ini ya dan pamitan sama mama Lo!"

"Siiaaapp..."

Adinda masuk mobil lalu pergi pula bersama Ben.

(◕ᴥ◕)

Di mobil.

"Lo tadi ada acara apa di rumah dia?" tanya Ben tiba-tiba.

"Kerjain tugas!"

"Tugas? Tumben... Biasa nggak pernah kerjain, Lo kan lebih sering nyontek ke Lena daripadanya ngerjain sendiri!"

"Kerjain salah... Nggak kerjain tambah salah, heran sama dunia ini!"

"Ya udah nggak usah heran... Lo udah makan? Pengen makan apa? Gue beliin sekarang!"

Adinda bersembahyang mendengar akan dibelikan makanan oleh Ben. Adinda langsung berpikir, Ia yang enaknya ia makan.

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang