Bab 28 Kenapa di sini

4K 188 0
                                    

Begitu film di mulai, mereka berdua membelalakkan mata tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

"Ben matiin!" teriak Adinda.

Ben langsung berlari dan mengeluarkan kadernya dari DVD agar film Berhenti, mereka berdua terdiam sejenak tak percaya dengan apa yang mereka lihat.

"Bu-buang aja itu kaset, " gugup Adinda sambil memalingkan wajahnya.

"Iya, " jawab Ben.

Mereka membelalakkan mata saat melihat ada adegan ciuman yang panas di TV, lebih gampang ngomong, film itu adalah film 21+

Mereka tidak berani saling memandang, mereka saling canggung dengan keberadaan masing-masing.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk, "

"Den... Di cariin temen-temen nya, " ujar Bi Iyem.

"Oh iya Bi, suruh nunggu bentar, " jawab Ben.

Ben turun dulu untuk melihat siapa yang datang, dan merekalah pelaku utamanya. Dean, Gean dan Lena sedang menunggu di bawah.

"Ben... Dinda mana?" tanya Lena.

"Bentar, " ketus Ben.

"Perasaan gue aja apa gimana ya? Aura Ben kok suram gitu, " ujar Dean.

"Iya anjir, ngeri gue liatnya, " ujar Gean.

Ben naik ke atas untuk memanggil Adinda, Adinda pun turun dengan rasa marah di harinya karena di kerjai oleh Dean dkk.

"Din... Lo kenapa sakit?" tanya Dean.

"Iya, gue tanya mama Lo tadi katanya Lo di sini, " ujar Lena.

"Kemaren kemana aja kok ngilang?" tanya Gean.

Buagg...

Sebuah bantal sofa melayang ke wajah manis Dean, Dean terkejut karena nya.

"Eh Lo kenapa sih Din?" tanya Dean.

"Lo ngasih apaan ke Ben buat kado pernikahan kita?" tanya Adinda suram.

"Oh hahahaha... Gimana? Manteb kan?" tanya Dean tanpa rasa bersalah.

Buagg...

Adinda kembali melemparkan bantal sofa ke wajah Dean, Dean yang kesal juga ikut-ikutan melemparkan bantal ke Adinda.

"Woi... Lo kenapa ngasih begituan anjirr!"

"Karma oy... Lo juga sering kerjain gue!"

"Tapi gue gak ngasih Lo begituan!"

"Kita gak udah ikut-ikutan ya Len, " ujar Gean.

"Iya Gen, kita diem aja, " jawab Lena.

"Haih... Lama-lama bisa jadi kebun binatang ini ruang tamu!" cibir Ben.

"Tapi Lo pernah naro sepeda gue di atas pohon!"

"Udah bertahun-tahun masih aja di inget-inget!"

Buagg...

Adinda terkena lemparan bantal Dean pas di kening nya.

"Aww..." keluh Adinda.

"Din... Sorry-sorry gue nggak sengaja, " ujar Dean.

"Din, Lo nggak papa?" tanya Ben.

"Anjir! Mata Lo tari dimana ogeb? Gila ya Lo! Dasar temen laknat Lo! Nggak ada akhlak!" kesal Adinda sambil memegangi kepalanya yang semakin pusing.

"Sorry gue nggak sengaja, " ujar Dean.

"Belom pernah di tampol beton ya Lo!" kesal Adinda.

"Assalamualaikum, " ujar Maxime yang baru datang.

"Waalaikumsalam, "

"Sorry Din... Gue nggak sengaja, " ujar Dean.

"Ah nggak papa kok Den, kan Lo nggak sengaja. Aduh... Kepala gue pusing, " ucap Adinda lembut.

"???"

Maxime langsung hendak memegangi Adinda agar tidak jatuh, namun Ben lebih dulu memegangi Adinda.

"Lo kenapa Din?" tanya Maxime.

"Lo nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Ben.

Adinda langsung menghempaskan tangan Ben lalu berakting seolah ia sangat pusing.

"Aduh... Kepalaku..." keluh Adinda..

Maxime langsung memegangi tangan Adinda, ia menarik Adinda agar duduk di sofa.

Dasar istri gak ada akhlak! - batin Ben kesal.

"Bi... Tolong bikinin minum, " ujar Ben datar.

"Iya den, "

"Kalian ngapain ke sini?" tanya Ben.

"Kita mau itu mau latihan band, kita tunggu Adinda di sekolah malah nggak datang-datang. Hpnya juga mati, " jelas Dean.

"Dan Lo?" tanya Ben pada Maxime dengan nada tak suka.

"Oh tadi aku mau ikut latihan, soalnya beberapa hari yang lalu Adinda minta tolong di ajarin main gitar sama bass. Aku kerumahnya, katanya dia ada di rumah kamu, " jelas Maxime.

Ben langsung memandang sinis ke arah Adinda, sedangkan Adinda langsung mengalihkan pandangannya bagai manusia tanpa dosa.

"Mulai sekarang kalian kalo mau latihan band, di rumah gue aja!" tegas Ben.

"Alatnya gimana?" tanya Lena.

Ben mengeluarkan ponselnya dan menelfon seseorang, mereka mengobrol bersama. Setelah sekitar 30 menit kemudian, datang sebuah mobil yang menurunkan alat-alat seperti gitar, bass, drum, piano dll.

"Wah... Sultan ni anak, " ujar Dean.

"Nggak usah nunda, yuk latihan sekarang sambil coba alat baru, " ajak Gean.

"Otw, " sela Lena.

"Lo duduk aja! Lo kan lagi 'pusing', " ujar Ben.

Adinda hanya mengerutkan bibirnya tidak puas karena kata-kata Ben. Setelah itu mereka semua pergi ke ruangan yang sudah di siapkan oleh Ben.

"Ini ruang latihan kalian, " ujar Ben.

"Thanks sultan, " ujar Dean.

"Hmm, "

Ben mengambil sebuah buku lalu ikut duduk di samping Adinda, Adinda bingung.

"Lo kenapa di sini?" tanya Adinda.

"Ini kan rumah gue, ya terserah gue lah, " jawab Ben.

"Iya tau, tapi bukannya Lo lebih suka kalo suasana belajar yang tenang kayak kuburan, " heran Adinda.

"Terserah gue lah, " ketus Ben.

"Lah... Aneh deh, " ujar Adinda tak pedulipeduli.

Kalo gue pergi, trus Lo bisa mesra-mesraan sama Maxime gitu? - batin Ben.

JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, DAN VOTE 🙏

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang