Brukk...
Belum sempat menjawab, Adinda sudah terlebih dahulu jatuh pingsan. Dengan sigap Ben langsung menangkap tubuh Adinda
"Adinda... Din... Dinda... Bangun Din!" ucap Ben yang berusahalah menyadarkan Adinda.
Ben langsung mengambil ponselnya, ia menelpon supir pribadi nya untuk me jemput di sekolah. Ben langsung menggendong Adinda ala bridal style keluar.
(◕ᴥ◕)
Tidak lama Ben menunggu, mobil jemputan nya sudah sampai. Ben langsung memasukkan Adinda ke dalam mobil
"Mau kemana mas? Mbak Adinda kenapa?" tanya supir pribadi Ben.
"Pingsan pak, langsung ke rumah!" ujar Ben.
"Nggak ke rumah sakit aja mas?"
"Nggak usah, biar saya telfon Om Zaki aja, " jawab Ben.
Supir pribadi Ben langsung melajukan mobilnya menuju rumah Ben. Untungnya besok sudah libur akhir pekan, jadi akan ada alasan untuk menginap di rumahnya. Ben tidak mau mertuanya tau keadaan Adinda yang seperti ini.
(◕ᴥ◕)
Di rumah Ben.
Mobil mulai masuk ke kawasan rumah Ben. Terlihat sebuah rumah mewah tingkat dengan halaman yang luas. Keluarga Ben memang kaya, mereka memiliki perusahaan minuman yang sudah terkenal.
Ben langsung menggendong Adinda menuju kamarnya, ia sudah menelfon Om Zaki sejak di dalam mobil. Tak butuh waktu lama, Om Zaki datang.
"Ben, siapa yang sakit?" tanya Om Zaki yang datang masih dengan jubah dokternya.
"Adinda om, " jawab Ben.
"Adinda? Sakit apa? Kok bisa?" kaget Om Zaki.
Zaki adalah seorang Dokter di rumah sakit ternama, yang juga menjadi dokter pribadi keluarga Cameron.
"Tadi dia ke kunci di kamar mandi, terus badannya basah kena air, " jelas Ben.
"Kok bisa sih?" tanya Zaki.
Zaki duduk di ranjang, ia mulai memeriksa Adinda. Ia menempelkan stetoskop di dada Adinda untuk mengecek detak jantung Adinda, tangan Zaki di tempelkan ke dahi Adinda, ia mengecek suhu tubuh Adinda menggunakan termometer.
"Gimana om keadaan Adinda?" tanya Ben.
"Dia nggak papa, tapi dia demam. Kamu harus sering-sering cek suhu tubuhnya ya, nanti kasih dia Paracetamol biar panasnya cepetan turun, " jelas Om Zaki
"Oh iya, tapi kenapa dia pingsan om?" tanya Ben.
"Daya tahan tubuhnya melemah, terkunci di tempat yang lembab dan basah yang basah membuat tubuhnya bekerja keras agar dia tidak kedinginan. Tapi karena terlalu dingin, akhirnya tubuhnya tidak kuat lalu jatuh pingsan, " jelas Om Zaki.
"Oh gitu, terus kakinya gimana Om?" tanya Ben.
"Kaki? Emang kakinya kenapa?" tanya Om Zaki.
"Tadi dia waktu jalan pincang om, " jawab Ben.
Zaki mengecek kaki Adinda, pergelangan kakinya sedikit membengkak.
"Kayaknya keseleo deh, setelah ini kamu kompres pake es ya biar nggak bengkak lagi, " ujar Om Zaki.
"Iya om, tapi Dinda beberapa nggak papa kan Om?" tanya Ben.
"Iya nggak papa, kalau ada apa-apa lagi nanti kamu segera hubungi Om ya!" pinta Zaki.
"Ok Om, makasih, " ucap Ben.
"Om pergi dulu ya, tadi masih ada pasien di rumah sakit, " ujar Om Zaki.
"Iya om, " jawab Ben.
Setelah mengantar Zaki keluar, Ben segera pergi ke apotek untuk membeli Paracetamol dan kompres penurun panas.
Dengan telaten Ben memasangkan kompres ke dahi Adinda, Ben juga mengompres kaki Adinda agar tidak bengkak lagi. Ben mengeringkan rambut Adinda menggunakan Hair dryer, memberikan selimut dan memasakkan bubur untuk Adinda.
Perlahan mata Adinda terbuka, ia melihat Ben yang tertidur pulas di sebelah nya. Adinda masih saja memandangi Ben.
Lo nggak berubah ya, tetep ganteng dari dulu sampai sekarang. Gue tetep kagum sama paras Lo yang ganteng ini! - batin Adinda.
"Ah mikir apaan sih! Duh pusingnya..." keluh Adinda
Adinda yang lemas mencoba membangunkan Ben, perut nya benar-benar tidak bisa berbohong.
"Ben... Ben... Benn.. bangun!" ucap Adinda sambil membangunkan Ben.
"Hmm... Lo udah sadar? Gimana? Masih kerasa pusing atau apapun?" tanya Ben yang baru bangun.
"Gue lapar, " jawab Adinda.
"Bentar, "
Ben keluar untuk mengambil bubur yang ia masak tadi, ia mengambilnya lalu membawanya masuk.
"Nih... Sini gue bantu bangun, " ucap Ben.
Ben membantu Adinda untuk bangun, ia mulai menyendok makanan dan berniat untuk menyuapi Adinda.
"Nih makan..." ucap Ben.
"Gue bisa makan sendiri kok, " ujar Adinda.
"Udah deh, Lo sakit! Jangan songong, nih makan, " ucap Ben sambil menyuapi Adinda.
Ben menyuapi Adinda sampai habis, setelah habis, Ben bertanya pada Adinda apa yang terjadi.
"Sebenarnya apa sih yang terjadi?" tanya Ben
"Gue nggak tau, waktu gue ke kamar mandi tiba-tiba gue ke kunci. Setelah teriak, gue di guyur air sampe badan gue basah semua. Terus gue denger suara Amel yang ngomong kalau dia yang ngelakuin itu semua, " jelas Adinda.
"Jadi ini semua ulah Amel?" tanya Ben.
"Iya, " jawab Adinda.
Ben mengepalkan tangannya marah, hatinya benar-benar panas saat ini. Ingin sekali menghajar orang yang berani membuat istrinya seperti ini.
"Lo tunggu bentar ya, " pinta Ben.
"Mau kemana?" tanya Adinda.
"Ke dapur balikin ini nih, " ucap Ben sambil menunjuk piring bekas bubur Adinda tadi.
"Oh, "
Ben membawa piring kotor tadi menuju dapur, ia pergi ke ruang pribadi nya. Ia duduk di sofa lalu menelfon ayahnya.
"Halo ayah..."
"Halo anak ayah... Kenapa? Ada apa?"
"Ben mau ayah ngomong sama kepsek! Suruh kasih tindakan ke siswi bernama Amel Ayudia!"
"Loh kenapa? Ada masalah?"
"Dia celakain Adinda! Sekarang lebih baik Ayah yang bertindak sebelum aku sendiri yang turun tangan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush My Husband [TAMAT]
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Adinda Alethenia dijodohkan dengan crush nya sendiri. Ben Cameron adalah ketus OSIS di salah satu sekolah SMA Cemara. Laki-laki dengan ketampanan nya yang sungguh membuat hati para kaum hawa meleleh. Putra tunggal di k...