Adinda sedikit menghempaskan tangan Ben yang sudah melihat-lihat seluruh tubuh nya.
"Ih apaan sih! Gue nggak papa kali! Kayak baru pulang perang aja, " ujar Adinda jengkel.
"Loh... Kan emang baru pulang perang, melawan ketidakadilan!" jawab Ben.
"Ah serah Lo dah..."
"Tadi di dalem gimana?"
"Gimana apanya? Ya biasa aja lah!"
"Yakin? Mereka nggak ngapa-ngapain Lo kan?" tanya Ben risau.
"Nggak, Ben Cameron! Gue baik-baik aja dan nggak kenapa-napa!" jawab Adinda yang semakin kesal.
"Ya udah... Gue balik dulu ya, kan udah ada Ben. Ya di jaga istri nya, jangan sampe berantem lagi!" pesan Ayah Rafid menyela.
"Siap Yah!"
"Yaudah... Ayah pergi dulu ya, daahh..."
Rafid baru saja pergi, Ben dan Adinda berencana kembali ke kelas. Namun batu saja melangkahkan kakinya pergi, Adinda kembali di panggil oleh Bu Arum.
Bu Arum membuka pintu. "Loh masih di sini? Nah kebetulan deh, ayo masuk lagi!" pinta Bu Arum.
Adinda bergumam. "Aduh... Kenapa lagi ini? Barusan kan baru selesai, "
"Jangan takut, ayo aku dampingi masuk!" ucap Ben menyemangati sambil memegang tangan Adinda.
Mereka berdua masuk kembali untuk menghadap Bu Arum. Entah apalagi sekarang.
Adinda duduk di depan Bu Arum. "Jadi kenapa lagi Bu? Bukannya udah selesai?"
"Ini Ben kenapa di sini? Perasaan... Saya cuma manggil Adinda deh, "
"Emangnya nggak boleh by?"
"Boleh sih, tapi bukannya... Oh, jangan-jangan kalian berdua anak anunya ya..." tanya Bu Arum sambil senyam-senyum.
"Anu? Anu apa bu?" Adinda bingung.
"Ituloh... Masa nggak tau sih?"
"Apa sih bu? Nggak paham saya, " jawab Ben jengkel.
"Kalian pacaran kan? Hayo ngaku... Eh, mana mungkin kalian pacaran? Kan kalian sering berantem, nggak-nggak, pasti saya salah..."
Ben semakin jengkel dengan kata-kata Bu Arum. "Emangnya kenapa kalo kamu pacaran Bu? Nggak boleh? Dia memang pacar saya!"
Adinda sedikit menyenggol Ben dengan mata melotot, namun Ben mengabaikan nya.
"Hah? Kalian pacaran? Maksud nya... Bener-bener pacaran?" kaget Bu Arum.
"Biasa aja kali bh lihat nya... Kayak nggak pernah lihat orang pacaran aja, " ejek Ben.
Adinda kembali menyenggol Ben, tapi Ben justru membalasnya dengan kedipan mata kanan nya.
"Kalian nggak bercanda?" Bu Arum bertanya memastikan.
"Allahuakbar... Kami serius Bu..." Ben semakin jengkel karena Bu Arum yang tak kunjung percaya.
"Udah Bu luapkan! Jadi tadi ibu manggil saya kenapa? Buat apa?" Adinda menyela agar pembicaraan ini tidak semakin panjang.
Bu Arum memperbaiki posisi duduknya. "Ehem, jadi begini... Meski masalahnya udah selesai dan berakhir dengan baik, pihak sekolah tetap harus memberikan sanksi Karana pelanggaran kamu. Kamu berkelahiran di sekolah dan masih berseragam. "
"Terus hukuman nya apa Bu?" tanya Adinda.
"Bu..m jangan yang berat-berat ya, " Ben membujuk Bu Arum.
"Ini ada surat peringatan untuk kamu, segera bersihkan musholla dan kamu rapikan lapangan olahraga ya. Kembalikan alat-alat olahraga di ruang peralatan, sekarang kerjakan!" tegas Bu Arum.
"Hah? Sekarang?" Adinda terkejut dengan hukuman nya.
"Iya, nggak usah kaget. Sana bersihkan, Ben jangan coba-coba bantuin! Ini hukuman Adinda dia bolos, telat dan bikin onar itu ibu masih diam. Tapi tidak untuk yang ini, harus di kerjakan dan di selesaikan hari ini!"
"Yah bu.mm nanti siang kan panas, " Adinda memprotes.
"Justru kalau nggak mau panas, sekarang langsung mulai!"
"Ah iya deh Bu, iya... Ibu itu guru, saya murid. Walau saya yang benar, saya tetep kalah. Apalagi saat saya salah, " jawab Adinda pasrah.
"Ya sudah sana mulai!"
Adinda keluar dengan lesu, Ben menariknya mendekat ke laboratorium Kimia. Tempat nya agak sepi, Ben memarahi Adinda karena berkelahi.
"Lo ini gimana sih? Cewek kok bisa dapet SP? Ini SP ke berapa?" tanya Ben.
Adinda tidak memperhatikan. "Tenang aja... Ini masih yang pertama!"
"Justru masih yang pertama! Gak usah di ulangi lagi. Gue nggak mau Lo kenapa-napa dan nggak mau Lo diledekin anak-anak! Meski gue Ketus OSIS, gue tetep nggak bisa ngapa-ngapain kalo emang Lo salah. Jadi tolong rubah sikap Lo ya! Jangan berantem lagi kayak gini!" pinta Ben.
"Iya-iya... Udah ah, mau mulai. Keburu siang, nanti panas!" ujar Adinda cuek.
Ben menarik tangan Adinda, membuat Adinda terpojok di dinding. Badannya langsung di tahan oleh Ben, Ben mendekatkan badannya agar Adinda tidak lari.
"Eh... Lo apa-apaan sih? Lepasin, gue mau pergi, " ucap Adinda menutupi jantung nya yang berdebar.
"Gue ngomong di dengerinnya! Gue ngomong gini juga buat kebaikan Lo!"
"Iya-iya lepasin ih, gue mau pergi!!"
"Janji dulu! Haji nggak bakal kayak gini lagi, belajar jadi cewek yang bener dan nggak bandel lagi!"
"Ah enggak-enggak! Lepasin!"
Ben geram, " ko Lo nggak mau janji, gue cium sekarang di sekolah!"
"Cium aja kalo berani!" adinda menantang.
Ben mendekatkan wajahnya untuk mengancam Adinda, Adinda rusak bisa menahan lagi ancaman Ben.
"Iya-iya gue janji, gue janji! Lepasin..."
"Oke... Jangan lupa sama janji Lo, ini bukan sekedar ancaman. Gue nggak pernah main-main! Berani langgar janji, gue minta hak gue sebagai suami dari Lo!" Ben berbisik.
Bisikan Ben membuat Adinda geli, ia langsung mendorong tubuh Ben dan langsung lari secepat kilat.
Ben terkekeh. "Takut juga ternyata... Gue kira gak kenal takut tu cewek, "
(◕ᴥ◕)
Di lapangan.
Adinda dengan gigih membersihkan musholla lalu membersihkan lapangan olahraga. Ia mengembalikan beberapa alat olah ke ruang alat. Namun ada kejadian di lapangan yang membuat nya kesal dan marah.
Ada beberapa anak yang masih berolahraga sedang melihat Adinda bersih-bersih. Mereka berbisik menggunjingkan Adinda.
"Eh ini Adinda kan?"
"Iya tuh, "
"Dasar cewek nggak tau malu!"
"Gue kerjain ah..."
"Iya-iya ide bagus!"
Salah satu gadis itu memegang bola basket, mereka langsung melempar bola itu dengan sengaja ke arah Adinda.
Buagg...
Pas sekali, lemparan itu mengenai kepala Adinda. Sejenak Adinda terdiam karena kepalanya pusing. Lalu ia berdiri dan melihat anak-anak yang tadi melempari nya bola.
Adinda memegang kepalanya yang masih pusing. "Eh anjir! Lo pada punya masalah apa ma gue hah? Maju sini Lo pada woy! Nggak punya mata ya Lo? Perlu gue buka matanya? Maju sini ayo baku hantam anjim!" ucap Adinda begitu saja karena kesal.
Tanpa sadar, diam-diam ada sepasang mata yang tengah menatap Adinda tajam.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush My Husband [TAMAT]
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Adinda Alethenia dijodohkan dengan crush nya sendiri. Ben Cameron adalah ketus OSIS di salah satu sekolah SMA Cemara. Laki-laki dengan ketampanan nya yang sungguh membuat hati para kaum hawa meleleh. Putra tunggal di k...