Bab 20 Bully

4.5K 168 0
                                    

"So-sorry... Gue nggak bermaksud bentak-bentak Lo kok, udah jangan nangis, " ucap Ben.

"Kok Lo bisa tau sih? Lo nyolong buku catetan BK ya?" tanya Adinda.

"......."

Gue kira dia nangis anjir! - batin Ben.

"Jangan bilangin Mama yaa... Please!" pinta Adinda.

"Kalo gitu, bersihin taman ini!" ujar Ben.

"Iya-iya, " jawab Adinda pasrah.

"Gue tinggal dulu, " ujar Ben sambil berlalu pergi.

Ben pun pergi meninggalkan Adinda, Adinda bingung harus dari mana mulai membersihkan taman itu.

"Huh... Jadi males! Pengen ke kantin tapi takut di aduin sama Ben!" gumam Adinda kesal.

Terpaksa, Adinda membersihkan taman. Tiap 5 menit sekali, ia beristirahat untuk main hp.

"Eh anjir, dari tadi gue nyapu kok nggak selesai-selesai sih!" kesal Adinda.

"Ya kapan selesainya Adinda, dari tadi istirahat mulu!" protes author

"Ah bacot!" kesal Adinda.

Tiba-tiba muncul sebuah ide si otak Adinda.

"Ke kantin ah, haus gue... Masalah Ben pikir belakangan, " ide Adinda.

Adinda pergi menuju kantin, tenggorokan nya mulai kering. Namun pandangan Adinda tertuju pada beberapa orang yang sedang menggerumbul di sudut sekolah.

"Eh pada ngapain tuh? Ghibah ya? Ini kan masih jam pelajaran, " bingung Adinda.

Adinda pergi menghampiri mereka, terdapat 3 gadis. Namun saat Adinda mendekat, ia melihat kalau seorang siswa dengan penampilan mencolok hendak memukul siswi yang memakai kacamata. Adinda pun sedikit berlari lalu menahan tangan gadis dengan penampilan mencolok itu.

"Dasar...!!!" kesal Amel.

"Rasain tuh!" kompor Luna.

Seett..

"Aww... Aww..." keluh Amel.

"Heh, siapa Lo?" tanya Luna.

"Kalian ngapain? Teman kok mukul-mukul?" tanya Adinda.

"Aww... Lepasin! Lepasin nggak!" bentak Amel.

Adinda melepaskan tangan Amel dengan sedikit menghempas tangannya.

"Heh, siapa Lo berani banget ikut campur urusan orang?" tanya Amel tak suka.

"Gue? Manusia kayak Lo nggak perlu tau siaoa gue. Lo ikut gue, " ajak Adinda sambil menarik tangan gadis yang memakai kacamata.

"Heh, urusan kita belum selesai ya!" bentak Amel dengan menarik bahu Adinda.

Adinda menghempaskan tangan Amel tak suka, Adinda memang gadis yang bandel dan sulit di atur, namun tak pernah ada kata 'Pembullyan' di kamus hidupnya.

"Gak usah sentuh-sentuh!" tegas Adinda.

"Apa hak Lo ikut campur urusan kita hah!" bentak Amel.

"Lo juga nggak punya hak buat mukul dia ya! Ayo pergi!" tegas Adinda.

Batu saja Adinda berbalik hendak pergi, Amel menjambak rambut Adinda kebelakang.

"Aww... Eh bangke, lepasin!" keluh Adinda.

"Mel lepasin Mel!" pinta siswi berkacamata.

"Lo siapa sampe sok banget mau lawan gue?" tanya Amel.

Adinda hendak melayangkan pukulan kerasnya ke wajah Amel, namun tangan nya langsung di tahan.

"Amel! Adinda! Apa yang kalian lakukan!" bentak Bu Arum, si guru BK sekolah.

"Aww... Bu tolongin saya Bu!" teriak Adinda.

Amel pun melepaskan jambakannua, Bu Arum pun langsung menyeret mereka berempat ke ruang BK untuk di sidang.

(◕ᴥ◕)

Di ruang BK.

"Apa yang terjadi? Kenapa kalian berkelahi? Seperti anak TK saja! Kalian ini bisa merusak citra sekolah terbaik kita!" tegas Bu Arum.

"Dia Bu yang mulai duluan, " tuduh Amel.

"Bu... Bu... Kalian saya yang mulai duluan, kenapa saya yang jadi korban?" tanya Adinda dengan nada sinis dan mengejek.

"Bu dia bohong! Dia duluan yang..." ucap Amel terpotong.

"Amel! Ini kecewa sama kamu! Ayah kamu itu orang terpandang tapi kenapa sikap kamu seperti ini? Saya tidak bisa mentolerir pembullyan! Amel kamu di skors 3 hari! Dan Adinda, mama kamu akan masuk catatan lagi!" tegas Bu Arum.

"Loh Bu, kok cuma saya yang si skors sih! Dia dan lainnya gimana?" tanya Amel tak terima.

"Adinda memang bandel, tapi dia tidak pernah membully teman-teman nya! Kamu pikir pembullyan itu keren? Kalian sekarang boleh keluar! Kecuali Adinda! Ada yang mau saya bicarakan dengan dia, " tegas Bu Arum.

"Duh... " gumam Adinda.

"Baik Bu, "

Semua keluar tidak suka, gadis berkacamata tadi masih menunggu Adinda di luar. Adinda sudah pasrah dengan keadaan sekarang.

"Kenapa Bu? Ada apa? Saya pasrah deh Bu kalau ibu mau catet mama saya lagi ataupun panggilan orang tua, " ujar Adinda pasrah.

Bu Arum menatap Adinda dengan tatapan yang tidak bisa di artikan, Adinda takut kalau ibunya di panggil ke sekolah dan kena marah di rumah.

Duh gimana nih nasib gue! Niat mau nolongin orang malah kena masalah sendiri - batin Adinda.

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang