Bab 105 Terlalu Polos

1.6K 87 0
                                    

Di toilet

Setelah mencuci tangan, Adinda keluar dadi toilet. Namun ternyata, Maxime sudah menunggu nya diluar. Tanpa aba-aba, Adinda langsung ditarik ke sebuah tempat yang lebih sepi.

"Ngapain ke sini Max? Yuk balik..."

"Tunggu Din! Gue ngomong sesuatu!"

Adinda menghentikan langkahnya dan merespon Maxime. "Iya ngomong apa? Ngomong aja nggak papa..."

Maxime menghela nafas panjang agar tidak gugup. "Gue suka sama Lo Din... gue tau Lo udah punya pacar, tapi tolong kasih kesempatan gue buat ngejar Lo..."

"Hah?"

"Please Din, gue bener-bener suka sama Lo. Tiap kali Lo ketawa, gue ikut bangga, tiap Lo seneng, gue ikut seneng, dan tiap kalo Lo sedih, gue selalu pengen ngelindungin Lo...." Ujar Maxime meyakinkan Adinda.

"Ya tapi kan gue udah ada Ben... Mana mungkin gue khianati dia."

"Gue nggak minta Lo khianati dia, cukup kasih kesempatan buat gue ngejar Lo Din!" Pinta Maxime sambil memegangi kedua tangan Adinda.

"Gila Lo Max!"

Adinda berbalik dan hendak pergi meninggalkan Maxime, namun tangan Maxime lebih dulu menarik tangan Adinda hingga Adinda berbalik lagi.

"Plis Din, kasih gue kesempatan!" Pinta Maxime.

"Lo itu ngantuk apa gimana? Kita temenan selama ini, gue sayang sama Lo cuma sebagai teman, gak lebih. Rasa Sayang gue ke Lo itu sama kayak rasa sayang gue Dean, Gean, Naya, Diva, Lena. Gue nggak ada perasaan lebih ke Lo!" Jawab Adinda dengan nada tegas nya.

"Ya terus gimana? Gue juga nggak bisa bendung perasa gue sendiri;"

"Lo sadar nggak? Dengan cara kayak gini, pelan-pelan Lo rusak hubungan pertemanan kita. Dan gue nggak mau kehilangan temen kayak Lo, kenapa Lo harus kayak gini?" Adinda tetap tegas agar tidak terkesan selalu memberi harapan pada Maxime.

"Ya Lo selalu baik ke gue, perlakuan Lo ke gue bikin gue suka sama Lo Din!" Jawab Maxime.

Adinda menggeleng tak percaya. "Perlakukan gue ke Lo itu sama kayak perlakukan gue ke anak lain. Kira semua sama, kira temen. Oke, dulu gue pernah ngagumi Lo, tapi cuma sebatas perasaan kagum karena hati gue dadi awal udah milih Ben."

"Ya Lo kan bisa kasih waktu ke gue buat buktiin semuanya Din! Jangan langsung ambil keputusan gini!"

"Justru semakin lama gue ulur masalah ini, sama aja gue kasih harapan ke Lo, dan Lo nggak mau terlihat jahat gara-gara masalah ini!"

Adinda berbalik dan langsung pergi, Maxime marah lalu menendang kursi didekatkannya. Ia marah pada keadaan.

"Kenapa harus Ben? Kenapa harus dia? Ben aja punya kesempatan, kenapa gue nggak?!" Kesal Maxime.

Maxime mengatur nafasnya yang naik turun karena marah. Adinda langsung mengambil tasnya di meja dan pergi pulang.

"Din mau kemana? Din!!! Adinda!!!"

Panggilan teman-temannya tak di hiraukan lagi oleh Adinda. Ia hanya berjalan lurus sambil memesan taksi online lewat ponselnya.

Adinda pulang menggunakan taksi online dan menahan amarahnya. Rasa dihatinya benar-benar tidak jelas saat ini. Ia tidak marah, sedih, terkejut ataupun malu, seolah-olah Adinda tak merasakan rasa apapun.

(◕ᴥ◕)

Di rumah Keluarga Cameron.

Adinda langsung berjalan menuju kamarnya, ia menghempaskan tubuhnya ke ranjang.

"Sorry Max, gue gini karena nggak pengen masih Lo harapan lebih..." Gumam Adinda.

Adinda mengambil ponselnya lalu mengabari Ben kalau dirinya sudah pulang. Ia juga mengirimkan pesan pada Dean untuk tukar tempat duduk.

Adinda
Dean.... Besok tikar tempat duduk ya!!!
Gue duduk sama Naya

Begitu banyak balasan dari Dean, Adinda tak membacanya karena malas. Ia memilih memberitahukan wajahnya dari make up lalu tidur.

(◕ᴥ◕)

Besoknya di sekolah

Adinda berjalan memasuki kelas, tatapan penuh harap ia dapatkan dari Maxime. Adinda hanya menatap lurus ke depan melewati bangkunya dan duduk di samping Naya.

Naya menengok dsn bertanya. "Kok kamu di sini? Bukannya kamu duduk di depan?" Tanya Naya.

"Gue tukeran tempat duduk sama Dena, kemaren udah bilang kok." Jawab Adinda.

"Oh oke, tapi kamu nggak kenapa-kenapa kan? Terus kemarin kok tiba-tiba pulang tanpa kasih kabar?" Tanya Naya khawatir.

"Gue nggak papa, tiba-tiba nggak enak badan aja."

"Oh... Tapi hari uni nggak sakit kan?"

"Nggak kok..."

Berhari-hari Adinda mendiamkan Maxime. Tentu Maxime selalu berusaha kembali akrab dengan Adinda, tapi Adinda masih kekeuh dan tidak mau merespon Maxime.

Maxime bingung harus apa lagi karena Adinda berubah menjadi sangat dingin. "Adinda lama-lama makin jauh sama gue..." Pikir Maxime.

Ting...

Pesan masuk ke nomor Maxime, ia pun membaca pesan itu.

+62821 xxxx xxxx
Gimana? Berhasil?

Maxime
Heh, asalkan Lo tau ya! Gue ngelakuin ini semua karena inisiatif gue sendiri! Karena pilihan gue sendiri, bukan karena perintah Lo!
Gue baru sadar kalo gue bego banget karena pernah mau di perintah sama orang kayak Lo!

+62821 xxxx xxxx
Rooftop, Istura ke-2

Maxime seolah-olah ingin membanting lalu membuang ponselnya karena kesal.

(◕ᴥ◕)

Istirahat ke-2

Adinda tak sengaja melihat Maxime yang celingukan seolah tak ingin diikuti oleh siapapun. Hal itu justru membuat Adinda semakin penasaran.

"Maxime kenapa kayak gitu ya? Kelihatan was-was banget deh!" Pikir Adinda.

Adinda mengikut kemanapun Maxime pergi, ia juga ikut naik ke rooftop, tapi sedikit jauh dari Maxime. Adinda terkejut saat melihat ada Ara di sana.

"Kenapa di cewek kampret ada di sini?"

Adinda sedikit mendekat untuk mendengar pembicaraan mereka namun masih bersembunyi.

"Jadi gimana? Berhasil?" Tanya Ara antusias

"Lo siapa sih! Ngurus banget sama urusan orang!" Jawab Maxime jutek.

Ara tertawa. "Hahaha... Gak usah banyak gaya, Lo ada di sini juga kan karena perintah gue. Jadi gimana, di terima nggak?"

"Heh, asal Lo tau ya!!! Gue nembak Adinda Ify karena gue bener-bener suka sama dia, bukan karena perintah Lo! Jadi jangan ke-pdan deh Lo! Perasaan gue ke dia itu nyata!" Jawab Maxime dengan tegas.

Adinda yang mendengar pembicaraan mereka pun terdiam, tiba-tiba ia berpikir kalau pertemuan nya dengan Maxime itu hanya palsu.

"Mana ada perasaan tulus? Lo kan masih ngejar-ngejar Laura sepupu gue. Makanya Lo mau gue perintah asalkan gue bantu Lo deketin Laura." Jawab Ara.

Maxime memalingkan wajahnya sejenak. "Setelah gue datang ke sini, gue tau kalo perasaan gue ke Laura itu obsesi, bukan cinta. Dan perasaan cinta gue itu cuma buat Adinda!"

"Bohong! Lebih baik kita jalani rencana kita dari asap! Bentar lagi ada kompetisi di sekolah kab? Buat perasaan Adinda berantakan, buat dia susah konsentrasi, dan buat dia kalah! Gue pengen dia jadi candaan 1 sekolah!" Ara membeberkan rencana nya.

"Gak bakal!"

Prok... Prok... Prok...

Adinda berdiri dan berjalan menghampiri mereka berdua m Ara tampak sedikit panik karena tiba-tiba melihat Adinda.

"Wow, hebat ya! Nggak bisa jatuhin gue dari depan, akhirnya jatuhin gue dari belaka. Dan Maxime, gue nggak nyangka kalo cowok bisa akting sebaik ini. Padahal gue tulus anggep Lo temen m ini gue yang terlalu polos apa kalian yang terlalu munafik ya?" Ejek Adinda.

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang