Bab 89 Juara 2

1.3K 84 3
                                    

Mendengar ucapan Ayahnya, Adinda terperangah tak percaya. Ia merasa kalau sudah belajar dengan benar. Meski Adinda pemalas, tapi kemampuan Adinda belajar saat sudah niat tak di ragukan lagi.

Dean dan Gean tertawa mendengarnya. "Hahaha... Juara 2 ngakak!" tawa Dean.

"Pasti 2 dari belakang..." sela Gean.

Adinda terdiam sejenak. "Ayah nggak bercanda kan? Mana mungkin, aku belajar bener-bener kok! Nggak bohong! Dan aku kerjain semuanya dengan jujur!" adinda tetao membantah.

Rafid menghela nafas. "Iya tau, kamu belajar dengan serius. Tapi masa nggak bisa juara 1? Kan tinggal dikit lagi, selisih nilai kamu sama yang juara 1!"

Adinda terkejut mendengar nya. Dean dan Gean membulatkan matanya saat mendengar kata-kata Om Rafid.

"M-maksudnya?" tanya Adinda yang masih. Belum paham dengan kata-kata ayahnya.

"Kamu juara 2! Dan selisih nilai kamu sama yang juara 1 itu cuma 5. Kenapa nggak di tambah sih? Buat sekalian juara 1!" jelas Rafid geregetan karena nilai Adinda.

Adinda membulatkan matanya dan menutup mulutnya karena terkejut tak percaya. "Masa sih om? Maksud nya Dinda juara 2 dari depan?"

"Iyaaa... Masa masih kurang jelas?"

Adinda langsung jingkrak-jingkrak senang sedangkan Dean dan Gean hanya melongo tak percaya.

Dean menyahut rapor Adinda. "Sini gue lihat! Ntar Lo kibulin kita lagi Din..."

"Iya nih! Rubi dong kalo kita di kibulin..." Gean tak mau kalah.

Dean dan Gean melihat dengan seksama daftar nilai Adinda, dan ini benar-benar juara 2. Juara 2 dari depan, bukan dari belakang.

"Kok bisa?"

"Lo pake jimat ya?"

"Tau Lo nyolong kunci jawaban?"

Adinda memukul ringan pundak pundak Dean dan Gean. "Enak aja! Ya gue belajar lah..."

Lena pun ikut berpikir. "Tapi kan aneh Din... Lo biasanya 3 terbelakang, kenapa tiba-tiba masuk 3 besar?"

Adinda menghela nafas. "Hah... Gue lembur tiap hari buat kerjain tugas-tugas yang sebelumnya belum gue kerjain. Gurunya ceramah karena gue telat ngumpulin tugas juga gue dengerin, dan angin guru-guru dapet hidayah buat masih gue nilai bagus!"

"Eh Lena? Lo juara berapa?" tanya Gean.

"3! Kalah gue sama tuh anak!" jawab Lena.

"Kok bisa?"

Adinda berdecak. "Ck,... Apa yang nggak bisa sih? Semua itu bisa di lakukan asal ada niat!"

"Nah gitu baru sahabat gue! Tos dulu!" Lena mengangkat tangannya.

Plak...

Adinda dan Lena ber-tos ria merayakan Adinda yang mendapatkan peringkat 2. Sedangkan Dean dan Gean hanya menatap mereka berdua datar.

"Tapi jangan salah Din... Janjinya itu kalo misalnya Lo juara 1 kan? Bukan juara 2..." Dean mengingatkan.

Gean tak mau kalah. "Jadi anggep aja impas semua deh!'

"Gak papa! Santuy gue mah, Ayah... Masa Dinda nggak di kasih hadiah sih?" tanya Adinda pada Rafid.

"Mmm... Gini deh, karena anak ayah dapet juara 2, terserah kamu mau minta apa asalkan jangan minta ayah nyebur ke sumur apalagi suruh ayam bunuh diri!" Rafid sedang berbaik hati karena Adinda yang dapat juara 2.

Mata Adinda berbinar senang. "Beneran nih? Nggak bohong kan? Bohong dosanya personal loh, dosa nggak ditanggung bersama!" Adinda mengingatkan.

"Hahaha... Enggak deh, beneran! Asal jangan minat selingkuhan! Nanti di hajar lagi sama Ben!" gurau Rafid.

"Aelah, enggak deh yah. Pulang-pulang bisa di sate!" celetuk Adinda.

Dean dan Gean mengernyitkan dahinya. "Kok lebih posesif Ben dari pada elo?"

"Lah mana saya tau... Saya kan istri, "

Tiba-tiba Naya, Diva dan Maxime datang menghampiri Adinda. Diva datang dengan muka datar.

"Gimana-gimana? Yang traktiran yang mana nih?" tanya Diva.

"Kagak ada!"

Mereka semua mengernyitkan kening. "Gak ada gimana? Bukannya kalo nggak kira, berarti Dinda ya?" Diva bertanya-tanya.

Lena merangkul sahabat nya. "Kan sahabat gue! Pasti juara lah..."

"Juara berapa emang nya Len?" tanya Maxime.

"2, "

"2?"

Meraka berbicara bersamaan karena terkejut. Naya seperti tak percaya, karena selama ini ia merasa kalau Adinda lebih malas darinya. "Kok bisa juara 2?" tanya Naya.

"Juara 2 dari depan apa dari belakang?" tanya Diva memastikan.

Dean memberikan rapor Adinda untuk di cek, semua ternganga melihat nilai-nilai Adinda yang meningkat drastis dibandingkan semester sebelumnya.

"Kok bisa?"

"Lo beneran jujur?"

"Bedanya kok sedrastis ini?"

"Gue belajar buat kejar nilai dan lengkapin semua tugas yang belum!" jawab Adinda dengan bangga.

"Wah gila Din! Ini beda jauh banget nilainya..."

"Makasih..."

Rafid maju. "Hari ini kalian semua makan gratis di restoran! Yuk otw!"

"Ok..."

"Sip!!!"

"Ashiap santuy!"

"Gad-keun!"

"Kalian duluan aja lah... Gue nyusul bareng Ben!" ujar Adinda.

"Ciee..."

"Ih apaan sih, udah sana berangkat duluan!"

"Oke kita duluan ya..."

"Iya..."

Adinda membawa rapornya dan pergi mencari Ben, terlihat Ben sedang duduk di depan kelas sambil melihat nilai-nilai nya. Ara juga duduk di samping Ben.

Adinda memutar bola matanya jengah karena kelakuan Ara. Ia mendatang Ben dan langsung menyela duduk diantara Ben dan Ara. "Punten gopud!" gurau Adinda.

"Duh Din... Di sana kan ada, ini tempat duduk gue!"

Adinda melihat tempat duduk nya. "Gak ada tulisan punya Ara, berarti masih hak umum!"

"Ya udah Lo geser sini, gue aja yang geser!" Ben menengahi.

"Ok..."

"Jadi gimana? Nilai gimana?" tanya Ben bersemangat.

Adinda senyam-senyum. "Lo duluan! Lo gimana? Juara berapa?"

Belum sempat Ben menjawab, Ara sudah mendahului. "Juara 1 lah seperti biasa. Ben kan emang pinter banget orang nya..." kata Ara dengan lembut.

Adinda menatap Ara sinis. "Gue tanya Ben. Lo siapa?"

"Udah-udah! Gus juara 1 kayak biasanya!"

"Cieee... Selamat ya, gue masih juara 2, " Adinda basa-basi mengucapkan nya.

Ben bingung. "Bentar-bentar! Yang ini maksudnya gimana? Juara 2 dari depan apa dari belakang?"

Adinda mencubit kedua pipi Ben gemas. "Dari depan dong sayang..."

Ben diam sejenak tak percaya. "2? Juara 2 dari depan? Bener-bener juara 2?"

"Iya... Nih liat rapor gue nih, gak bohong kok!" Adinda menengok ke arah Ara dan mengulurkan lidahnya meledek Ara.

Ben salah tingkah, ia tak percaya Adinda yang tiba-tiba mendapat peringkat 2 setelah lama menekuni juara 3 terbelakang.

Ben mengusap rambutnya kebelakang. "Ini benar-benar kamu juara 2? Kamu jujur kan kerjainnya?"

"Iyalah! Kan Lo juga liat sendiri gue belajar nya kayak gimana? Bahkan Lo juga awasin gue juga!" ucap Adinda sedikit keras agar Ara mendengar nya.

Ara jengkel namun juga tak ingin merusak reputasi nya di depan Ben.
"Ni orang caper banget sih?!" batin Ara geram.

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang