Kata-kata Adinda membuat Ara mundur selangkah. Ara ingin memakai Adinda saat ini juga, namun ia takut akan merusak imagenya di depan publik. Ara memilih pergi begitu saja.
Adinda puas dengan dirinya yang bisa membuat Ara pergi dengan sendirinya. "Hahaha... Akhirnya tu parasit ilang juga!" ucap Adinda puas.
"Ehem..."
Mendengar suara deheman, Adinda berbalik untuk melihat siapa yang bersuara. "Eh ada ayank... Lagi apa? Gimana ulangannya tadi? Bisa kerjain semua kan?" tanya Adinda basa-basi.
Ben sedang berdiri dengan wajah datarnya. "Mau ngapain tadi? Godain om-om?" tahta Ben. Ben mengangkat salah satu alisnya.
"Hehe nggak kok, kata siapa? Aku tadi kan cuma bercanda doang... Gimana tadi ulangannya? Bisa kerjain semua nya kan?" Adinda mencoba mengalihkan perhatian agar Ben tak marah.
Ben menatapnya tajam, lalu mengarahkan jari telunjuk dan tengah nya menuju kedua matanya, lalu diarahkan ke mata Adinda.
"Enggak! Serius tadi cuma bercanda gak lebih!" Adinda menggoyang-goyangkan telapak tangannya ke kanan dan ke kiri.
Ben kembali masuk ke dalam ruangan nya, Adinda langsung bernafas lega. Bisa-bisa nya Ben mendengar semua percakapannya tadi.
"Gini banget Ya Allah hidup gue, dapet lagi ya posesif amat!" gumam Adinda.
(◕ᴥ◕)
Di kelas
Adinda kembali masuk kelas dan belajar untuk mempersiapkan ulangan mata pelajaran kedua. Teman-teman nya pun melongo dibuatnya, tak ada yang percaya kalau Adinda sedang belajar saat ini.
"Din, Lo nggak papa kan? Nggak sakit?" tanya Lena sambil menyentuh dahi Adinda.
Adinda menatap Lena datar. "Kenapa sih? Emang salah ya kalo gue belajar?" tanya Adinda.
"Enggak salah, tapi aneh aja. Biasanya kan buku itu, Lo pake buat kipasan, tiduran, buat nutup muka waktu tidur buat nggak ketahuan. Tumben Lo baca?" tanya Lena.
"Astagfirullah nak... Jangan seperti itu, jangan sia-siakan waktumu belajar di SMA. Karena ini adalah tingkat pendidikan yang menentukan nak. Ayo belajar agar pintar..." kata Adinda dengan lembut dan menirukan suara nenek-nenek yang sedang memberikan nasehat.
Dean dan Gean menatap Adinda datar. "Heleh... Lo sendiri aja mau belajar juga baru hari ini. Di sogok apa biar mau belajar?" tanya Dean.
Adinda memutar bola matanya jengah. "Kepo aja ni anak-anak... Lagian kalo gue nggak belajar, mau nyontek siapa? Kalian semua kan 1 ruangan. Lah gue? Nyempil sendiri di kelas sebelah tanpa bantuan. Masa lembar jawaban nya nanti gue tulisan gini, bapak ibu yang terhindar, saya tidak bisa menyelesaikan soal ini. Mohon toleransi nya..."
"Iya juga ya..."
"Gini deh... Kalo gue juara 1 di kelas, nanti kalian semua gue traktir makan ok!" Adinda menawarkan sebuah perjanjian yang cukup menggiurkan.
"Mana bisa Lo juara 1?"
"Jangan halu deh!"
Adinda kesal karena teman-teman nya justru meledeknya. Semua teman-teman nya tertawa kecuali Lena.
Lena pun akhirnya bersuara. "Heh, kalian semua jangan ngejek Adinda ya! Kalian itu belum tau sepintar apa Adinda dulu kan? Otak kalian nggak ada apa-apa nya dibanding otak Adinda!"
"Ya kalo Adinda pinter, kenapa dari dulu sering banget remed?"
"Dan selalu peringkat bawah juga..."
"Itu karena gue masih males belajar! Liat aja kalo gue udah belajar, jangankan Ara, Ben pun tersingkirkan!" ucap Adinda dengan begitu percaya diri.
"Ok, kita bakal percaya kalo kali ini Lo nakal jadi peringkat pertama di kelas. Kalo Lo berhasil, Lo boleh minta 1 permintaan ke kita. Kalo Lo gagal Lo harus turutin 1 permintaan setiap permintaan dari kita oke!"
Adinda cukup tertarik dengan penawaran ini. "Masing-masing anak 1 permintaan. Kalo mereka ada 6 orang, berarti ada 5 permainan dong? Wah lumayan banget nih!" gumam Adinda.
"Oke deal! Kalian jangan lupa pernahkah ini ok! Gue tunggu kalian di hari pembagian rapor!"
"Oke, siap!"
Teettt.... Teettt.... Tettt...
Bel berbunyi, Adinda pada n pergi untuk kembali ke kelasnya. Semangatnya semakin membara karena taruhan dengan teman-teman nya. Kali ini ia benar-benar bertekad untuk menjadi juara pertama.
"Kalo gue bisa juara pertama nanti, temen-temen kabulin keinginan gue, liburan ke Disneyland, bisa minta seusai ke Bang Kanan, dan pasti di kasih hadiah sama Ayank. Wah pinter banget gue cari peluang. Sekali mendayung, dua tiga perahu terlampaui!" gumam Adinda sambil senyam-senyum kerena senang.
(◕ᴥ◕)
Malam hari
Setelah sholat isya, Adinda langsung pergi ke ruang belajar untuk belajar lebih keras agar bisa mencapai juara pertama. Ben yang melihatnya pun kegerahan a.
"Tumben tu anak rajin bener? Masa cuma karena mau ke Disneyland jadi kayak gini sih?" gumam Ben. Ben pun masuk sambil membawakan susu dan beberapa camilan untuk Adinda. "Nih ada camilan!"
"Oh oke, makasih!"
"Tumben rajin banget belajar nya? Kesambet apaan?"
"Nggak papa, cuma tiba-tiba pengen juara 1 aja. Bayangin betapa kerennya gue waktu dapet juara 1."
"Kurangin halu, banyakin belajar ok! Lebih baik berusaha untuk mewujudkan impian dari pada duduk manis menunggu impian terwujud. Impian nggak nakal terwujud kalo kita nggak berusaha!"
"Siap bos!"
Mereka berdua tertawa bersama. Malam itu hingga hari terakhir ujian, mereka selalu belajar bersama-sama. Ben begitu senang melihat sifat Adinda yang suka belajar.
(◕ᴥ◕)
Pembagian rapor
Tiba hari pembagian rapor, ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh Adinda dan teman-teman nya. Entah kenapa Adinda merasa sedikit khawatir hari ini.
"Kenapa gue gugup ya? Gue takut kalo gue ngvan juara 1. Apa kemaren gue terlalu percaya diri ya? Dari peringkat 3 paling belajar menuju peringkat 1 itu sulit. Apalagi waktu belajar gue cuma 1 Minggu, " gumam Adinda yang sedang berdoa semoga mendapat juara 1.
Dean dan Gean melihat Adinda tampak khawatir dengan keadaan ini. "Cue yang lagi khawatir. Siap-siap traktir kita ber-5 ya Dinn..." ujar Gean.
"Ajakin kita nonton plus Pizza Hot dong Din, pengen makan Pizza gue tuh..." celetuk Dean.
"Diem kalian berdua! Gak tau apa kalo gue lagi khawatir!" kesal Adinda.
"Hiii... Jadi galak sekarang mah, "
Rafid sedang berjalan keluar dari dalam kelas Adinda dengan wajah lusuh, Adinda pun langsung mendatangi Ayahnya diikuti Gean dan Dean.
"Yah gimana? Aku juara berapa?" tanya Adinda antusias.
"Huh... Kemaren peringkat 3, kenapa sekarang peringkat 2 sih Din! Nggak belajar ya? Kerjaan kamu ngapain aja sih?" tanya Ayah Rafid yang kesal.
![](https://img.wattpad.com/cover/313387937-288-k147362.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush My Husband [TAMAT]
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Adinda Alethenia dijodohkan dengan crush nya sendiri. Ben Cameron adalah ketus OSIS di salah satu sekolah SMA Cemara. Laki-laki dengan ketampanan nya yang sungguh membuat hati para kaum hawa meleleh. Putra tunggal di k...