Bab 47 Anak IPA

2.6K 124 0
                                    

"Mau apa Lo? Orang kayak lo kan emang pantes di pukul pake bola! Hahaha..."

"Iya tuh bener, hahaha..."

Adinda kesal, ia berdiri dan mencicingkan baju di lengannya. Melangkahkan kakinya bersiap untuk memikul mulut siapa pun yang berani mencelanya.

"Dasar sekumpulan sampah!" geram Adinda

Adinda melangkahkan kakinya, namun langkah Ben lebih cepat mendahului nya. Ben hanya berdiri dan berdeham di belakang Adinda.

"Ehem..."

Adinda berhenti melangkahkan kakinya karena mendengar suara yang ia dengar. Ia berpikir sejenak lalu pelan-pelan menengok ke belakang.

"Eh... Ada Ben, lagi apa? Kok nggak di kantor sih? Aku cuma lagi mau... Nah ini balikin bola!" jawab Adinda gugup sambil mengambil bola di sebelah nya. "Ini bolanya... Lain kali hati-hati ya, untung cuma kena gue. Kalo kena guru kan bahaya, ini bolanya, gue mau pergi dulu soalnya ada yang belum selesai. Daah..."

Setelah mengembalikan bola tadi pada temannya,Adinda langsung berlari menuju musholla, ia mengecek hasil pel-nya tadi apalagi sudah kering.

(◕ᴥ◕)

Di Mushola.

"Dah kering... Huh, capek juga ya! Panas banget hari ini!" Adinda mengelap keringat nya yang bercucuran karena cuaca panas.

Sebuah tangan dengan minuman dingin menyapa Adinda. Adinda mendongak untuk melihat siapa yang memberikan nya minuman.

"Eh Ay.. kok di sini?" tanya Adinda basa-basi agar tidak di marahi Ben.

Ben duduk di samping Adinda. "Nih minum... Panas kan? Lo pasti capek dan haus, "

"Makasih..."

Adinda mengambil minuman di tangan Ben, lalu meminumnya. Sebenarnya hari nya masih deg-degan takut di marahi Ben. Eh, sejak kapan Adinda penakut?

"Tadi kenapa?"

"Hah? Apa?"

"Tadi Lo kenapa mau berantem sama anak-anak?"

"Oh.. ya habis, mereka keterlaluan sih. Kepala aku di lempari bola basket, ni sampe sekarang masih pusing."

"Apa? Bola basket?"

"Iya..."

Ben bergegas untuk pergi menemui anak yang berani melempari Adinda bola basket. Namun Adinda mencegahnya.

"Eh mau kemana? Udah biarin aja, kalo di ladenin nggak ada habisnya..." Adinda mencegah Ben agar tidak pergi.

Namun Ben tetap membantah. "Tapi mereka keterlaluan Din! Gue itu anak basket, tau seberapa berat bola basket. Kalo Lo nanti kenapa-napa gimana? Mereka kelewatan!"

"Udah-udah biarin... Lo bilang nggak boleh pake kekerasan kan? Udah biarin, mending temenin gue di sini, kepala gue pusing!"

"Pusing? Mau ke UKS? Atau gue ijinin pulang? Atau ke rumah sakit? Ayo kita Rontgen, takutnya kalo ada keretakan di tengkorak kepala kamu!"

"Dih... Mentang-mentang anak IPA aja khawatir sampe sebegitu nya... Udah nggak papa, lagian gue di lempari bola basket, bukan beton. Santai aja kali, "

"Lah, kan Lo juga anak IPA, "

"Hah? Oh iya lupa..."

"Ya tapi Din! Tetap bahaya... Itu kepala loh, kalo ada pendarahan gimana? Kalo ada benturan keras? Ada gegar otak ringan? Ada hematoma, hemoragik, edema, cedera aksonal difus, keretakan tengkorak, cedera otak dan lainnya? Pokonya harus di cek segera! Kepala itu nggak bisa di sepelekan. "

"Heh, mau Lo jelasin sampe IQ gue setinggi Albert Einstein pun gue gak paham! Dan juga, nggak segitu juga kali ay, nggak usah lebay ah!"

"Kita nggak bisa sepelekan begitu aja, ini kepala loh! Di dalam kepala ada otak, tulang, pusat syaraf dan lainnya... Itu nggak sepele!"

"Eh, gue cuma kena bola, bukan kena besi baja! Please jangan GAD deh! Tau nggak GAD tu apa?"

Ben lambat menyela. "Taulah, GAD atau Generalize Anxiety Disorder atau gangguan kecemasan yang berlebihan!"

"Nah pinter juga pacar Dinda..." Adinda mengalihkan perhatian dengan berkata demikian sambil mengusap rambut Ben.

Ben mematung, ia terkejut dengan perlakuan Adinda yang berbeda. Adinda menengok ke kanan dan kiri, situasi yang sangat sepi.

*cup...

Ciuman singkat mendarat di pipi Ben. Ben masih salah tingkah setelah di cium Adinda. Ini pertama kali nya Adinda mencium nya lebih dulu.

"Sayang jangan marah lagi ya... Terus nanti Dinda jangan di hukum ya, Dinda tadi nggak sengaja marah. Nanti nggak berantem lagi deh!"

Adinda membujuk Ben dengan rayuan maut nya. Ia membujuk Ben sambil memegang tangan Ben dan menunjuk puppy eyes-nya.

Jujur saja, Adinda sangat imut dan cantik saat seperti ini. Ben bingung harus apa, pertama kalinya Adinda bertingkah manja padanya.

Adinda melanjutkan rayuan mautnya. "Ayang jangan marah lagi ya... Kan ayang-nya Dinda ganteng..."

Ben langsung berdiri dengan wajah muram. Adinda terkejut karena itu. Adinda khawatir kalau Ben semakin marah.

"Ehem, aku... Anu, nanti pulang aku tunggu di parkiran. Aku mau balik kelas dulu, ada urusan!" ucap Ben sedikit bingung.

"Iya... Semangat kerjanya sayang!" ucap Adinda manja.

Ben tidak menghiraukan Adinda, ia langsung berlari pergi meninggalkan Adinda. Ben masuk ke toilet di dekat Musholla.

"Itu anak kenapa ya? Berarti bener-bener cerita mama dulu, cowok kalo bener-bener sayang sama ceweknya bakal luluh kalo kasih perlakuan manja. Makasih mama, i love you, "

(◕ᴥ◕)

Di toilet.

Ben lambat membasuh wajahnya dengan air agar segera sadar dari kenyataan. Ia serasa melayang tinggi tanpa melihat dasar.

"Astagfirullah....dasar penggoda kecil! Untung imamku kuat!"

Ben menatap dirinya di cermin, lalu di mengingat kembali perlakuan Adinda tadi.

"Sebenarnya imut banget kalo kayak gitu. Ya Allah... Hentikan ke uwu-an ini..."

Ben senyam-senyum sendiri di toilet karena terlalu gemas dengan Adinda.

(◕ᴥ◕)

Pulang sekolah.

Ben berkata kalau ia akan menunggu Adinda di parkiran, kenyataan saat Adinda hendak menghampiri nya, ia malah pulang duluan. Ia mengindari Adinda karena gemas dengan Adinda.

"Itu anak kenapa lagi sih? Katanya nungguin, malah balik duluan. Anak IPA 3 emang aneh-aneh kelakuan nya, mau jatuh cinta aja ngitung detak jantung pake rumus Biologi, memakai rumus Fisika buat memperkirakan balasan cinta, make rumus kimia buat ngitung kandungan cinta, bahkan pake rumus matematika buat ngitung udah berapa lama nggak ketemu. Kalau anak IPS mah jatuh cinta langsung telfon pacar 'Halo sayang dimana? Laper nggak? Tunggu 5 menit lagi aku datang, makan bareng kita' emang dia? Aku kelaparan aja dia nggak tau!"

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang