Bab 106 Kebenaran

1.6K 77 2
                                    

Maxime tampak sedikit gugup. "Din tunggu dulu! Ini nggak seperti yang Lo pikirin kok, Lo salah paham!"

"Cukup!!! Gue lebih percaya apa yang gue lihat daripada apa yang kalian omongin. Bisa-bisanya gue bertahun-tahun hidup dan baru tau kalo bener-bener sulit percaya ke orang lain!" Kata Adinda yang terdengar sinis.

"Din plis, dengerin gue dulu! Gue bisa jelasin semuanya!" Pinta Maxime sambil memegangi kedua tangan Adinda.

Adinda menghempaskan tangan Maxime. "Ara... Awalnya gue nggak bakal Setega ini, tapi karena Lo yang mulai duluan, jangan salahin gue kejam sama Lo! Ini semua Lo dulu yang mulai!" Tegas Adinda.

"Apa? Lo mau apa? Emangnya Lo bisa apa?" Ejek Ara.

"Hahahaha... Orang pintar nggak akan ngasih tau rencana nya ke musuh. Gue bakal berusaha sekuat tenaga buat Lo bener-bener jatuh dan di bawah. Buat Lo juga rasain gimana rasanya down, biar Lo nggak bisa sombong lagi!" Tegas Adinda.

Ara hanya terdiam, Maxime terlihat risau dengan keadaan seperti ini. Ia bingung harus apa sekarang.

"Dan Maxime, gue nggak nyangka Lo kayak gini. Gue kira pertemanan kita itu tulus, dan ternyata cuma main-main? Apa pengakuan yang kemarin juga main-main?" Tanya Adinda.

Maxime langsung menggeleng. "Enggak Din! Nggak gitu, percaya sama gue! Perasaan gue ke Lo itu nyata, nggak ada hubungannya sama masalah ini!" Jelas Maxime.

"Ah udahlah! Gue lagi males dengerin semua omong kosong ini, gue pergi dulu!"

Adinda berbalik dan pergi meninggalkan mereka berdua. Maxime berusaha mengejar Adinda, tapi Adinda mengusir nya dengan kasar karena terlalu kecewa.

"Gue kira temenan sama cowok itu nggak bakal ada yang namanya pengkhianatan. Ternyata sama aja! Cowok ataupun cewek, sama aja!" Ketus Adinda.

(◕ᴥ◕)

Di rumah keluarga Cameron.

Sepulang sekolah, Adinda langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur tanpa berganti baju tapi melakukan hal lain.

Sedangkan Ben masih melepas satu-persatu pakaian nya. "Lo kenapa? Capek?" Tanya Ben.

"Lumayan... Hatu gue aja yang capek, tiba-tiba di khianati itu nggak enak ya...'

"Di khianati? Maksudnya?"

Adinda duduk bersila di atas kasur, Ben hanya mendengarkan semua cerita Adinda dari awal hingga akhir.

Ben terkejut setelah mengetahui cerita Adinda tentang Ara. ia tak menyangka kalau Ara senekat itu.

"Ara gila apa gimana sih? Dan Maxime jadi cowok payah banget sih! Mau aja di perintah orang..." Gerutu Ben memaki Ara dan Maxime.

"Ya gimana lagi? Namanya juga orang, pasti punya pemikiran masing-masing."

Ben berpikir dan berubah mencerna kembali kata-katanya Ben. "Tunggu-tunggu!!! Lo bilang dia nyatain perasaan ke Lo?"

"Iya..."

"Jadi maksud nya, dia nembak Lo?"

"Iya..."

"Kapan? Kok bisa? Dimana? Kok gue nggak tau? Ada orang lain yang tau ini nggak? Dan jawaban Lo apa?" Tanya Ben beruntun.

"Pelan-pelan! Gue kelas tolak dia lah! Gue kan sayangnya sama Lo doang, dan dia nembak waktu kita makan di Caffe omnya itu loh..." Jawab Adinda.

Brakk...

Ben menggebrak meja di sebelahnya karena terlalu geregetan. "Nah kan! Gue bilang apa? Dadi awal gue udah nggak suka aja sama tu anak, apalagi waktu dia ngajak makan kalian."

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang