"G-gue juara 1? Gue beneran juara 1?" Tanya Adinda tak percaya.
"Iya Din! Lo juara 1, buruan maju Din!" Diva dsb Naya menyemangati.
Dengan langkah pasti, Adinda maju ke depan untuk menerima hadiah dan penghasilan dari sekolah.
Ara menatap Adinda iri penuh benci, Ara ingin menjambak dan memukuli Adinda dengan penuh marah saat ini karena geram. Ia masih tak bisa menerima kekalahan nya atas lomba ini.
"Dasar cewek sialan! Bisa-bisanya lu rebut hal yang harus nya jadi punya gue!" Gerutu Ara dalam hati.
Adinda menerima piala serta piagam penghasilan dengan bangga. Ia sempat melirik Ara dan mengedipkan sebelah matanya untuk membuat Ara semakin kesal.
Ara hanya diam menatap Adinda penuh amarah, pencitraan nya di depan teman-temannya sudah tidak, ia tak mau membuat nya menjadi lebih buruk.
Adinda menatap bangga melihat ke segala arah, omongan tentang buruknya dirinya tertutup sudah oleh piala dan piagam ditangannya. Ia puas bisa membuktikan kalau dia tidak seburuk bayangan orang.
"Selamat ya Adinda, kamu berhasil menjadi juara 1 lomba ini. Terus berprestasi dan tingkatkan semangat belajarmu ya!" Ujar guru yang memberikan piala pada Adinda.
"Iya Bu..."
Setelah pembagian piala selesai, ada sesi foto. Adinda tampak tersenyum lebar di foto karena bahagia, sedangkan Ara hanya tersenyum dengan terpaksa.
1
2
3Cekrekk...
Begitu foto selesai di ambil, semua kembali ke barisan. Ara tak kembali ke barisan, ia langsung membawa piala nya itu pergi tanpa mengikuti acara selanjutnya.
Dengan langkah kasar, Ara berjalan menuju toilet, ia mendorong pintu toilet dengan kasar dan keras karena emosi.
"Aarrgghh... Sialan! Dasar cewek sialan! Cewek gak tai diri! Harusnya gue yang juara 1! Aarrgghh..."
Ara tak sengaja menyenggol piala yang ada di atas wastafel hingga jatuh dan patah menjadi 2 bagian.
"Oh tidak! Tidak!" Ara langsung duduk jongkok melihat piala yang jatuh dan patah, tanpa sadar air matanya mengalir. Ia benar-benar stress dan frustasi sekarang, ia bingung harus bagaimana kedepannya.
Sewaktu istirahat, Adinda berjalan sambil bersenandung ria bersama teman-teman nya. "Karena gue lagi seneng hari ini, gue yang traktir kalian semua ya!" Celetuk Adinda.
"Beneran nih?'" tanya Dean antusias.
"Iya... Kalian pesan semau kalian, ntar gue yang bayar!" Jawab Adinda dengan percaya diri.
"Ok sip lah!"
Gean, Dean, Lena, Diva dan Naya langsung bersemangat pergi ke kantin untuk memesan makanan. Sedangkan Adinda baru ingat kalau uang cash nya menipis.
"Anjir gimana nih! Kalo gue ke ATM sekadar, ntar gue gak ada waktu istirahat lagi dong!" Gumam Adinda yang bingung.
"Hayoloh mikir apa?" Ben datang dengan mengejutkan Adinda tiba-tiba dari belakang.
"Astagfirullah! Ish apaan sih Lo, ngaget-ngagetin orang tau nggak!" Gerutu Adinda yang kesal.
"Iya-iya sorry, lagian melamun ae. Mikir apaan sih? Mikirin gue ya?" Gurau Ben dengan percaya diri.
"Yee... Sok ke-pdan Lo, eh gini nih... Kan duit cash gue abis nih.."
"Terus?" Ben lebih dulu memotong ucapan Adinda.
Adinda tersenyum dengan semanis-manisnya. "Boleh bayarin anak-anak dulu nggak Mas? )@! mas Ben baik orangnya..." Bujuk Adinda dengan manisnya.
"Lo nyadar nggak nih? Lo kayak istri yang lagi bujukin suaminya buat bayarin barang-barang yang di beli anak-anak nya." Ledek Ben.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush My Husband [TAMAT]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Adinda Alethenia dijodohkan dengan crush nya sendiri. Ben Cameron adalah ketus OSIS di salah satu sekolah SMA Cemara. Laki-laki dengan ketampanan nya yang sungguh membuat hati para kaum hawa meleleh. Putra tunggal di k...