Bab 60 Hari Pertandingan

2.2K 106 1
                                    

"Menurut Lo kita kemana?"

"Mana gue tau? Yang nyetir kan Lo...."

"Karena yang nyetir gue, Lo ngikut aja ok!"

Adinda menambah kecepatan motornya. Melaju cepat motornya menuju sebuah minimarket 24 jam.

"Kenapa pagi-pagi ke sini sih Din? Nggak lihat ni muka masih kucel parah!" kesal Diva sambil menutupi wajahnya.

"Heh... Muka Lo glowing sampe kayak berminyak,santai aja. Gue yang mukanya acak-acakan gini aja santuy kok..." jawab Adinda sambil menunjukkan wajahnya.

"Eh anjir, Lo kenapa? Kok mata Lo bengkak? Abis nangis? Hah nangis? Sejak kapan Lo bisa nangis? Pokoknya Lo harus cerita ke gue!"

"Ih bacot Mulu deg, diam, ayo ikut masuk kedalam, trus segera pulang ok!"

"Iya deh iya..."

Adinda masuk kedalam minimarket, membeli susu, roti, cemilan dan beberapa alat make up yang ada. Setelah itu ia pulang ke rumah Diva.

(◕ᴥ◕)

Di kamar Diva.

"Jelasin gih... Lo ngapain pagi-pagi ke sini? Tiba-tiba ajak gue ke minimarket dan Mila Lo kayak orang nggak ke urus. Kabur Lo " tanya Diva sambil merapikan kamarnya.

"Ya gitu deh... Intinya gini, gue berantem sama Ben, dan sejak kemarin sore gue belum makan apapun sama sekali! Udah ya, gue mau makan dulu, perih ni perut!"

"Astagfirullah.... Gue kira kenapa, ternyata masalah cinta? Ya udah makan dulu, perlu nasi nggak?"

Adinda berpikir sejenak. "Nggak udah deh... Makan nasi buat sarapan aja, ini makan roti dulu. Yang penting udah ke isi, btw kok Lo bolehin gue makan nasi?"

"Din... Orang tidur 6-8 jam itu sama kayak puasa dan dari sore Lo belum makan apapun. Walau kita diet, Kuta masih tetep ada asupan walau dikit, kita itu diet, bukan mempercepat kematian! Boleh makan nasi, tapi jangan banyak-banyak! Tetap jaga pola makan!"

Adinda memeluk Diva penuh kasih sayang. "Hmmm... Lo emang temen baik gue deh, jadi sayang..."

"Udah makan sambil nunggu adzan, nanti kita sholat subuh, abis itu pake masker biar mata Lo nggak kelihatan bengkak oke!"

"Siap bu bos..."

(◕ᴥ◕)

Di rumah keluarga Cameron

Ben sudah bangun begitu mendengar suara adzan subuh yang berkumandang. Setelah sholat, ia turun untuk melihat keadaan Adinda.

"Adinda udah bangun apa belum ya..." Ben terus berjalan hingga berhenti didepan pintu kamar tamu. "Din... Adinda... Bangun, udah subuh. Maafin gue ya, gue nggak sengaja! Din... Gue masuk ya..."

Cklekk...

Ben membuka pintu, namun tidak menemukan Adinda di dalam kamar. Ia kebingungan, lalu mengeceknya di kamar mandi, namun tetap tidak ada.

"Astagfirullah... Ni anak dimana sih, pagi-pagi udah ngilang aja! Nggak mungkin Adinda jogging pagi-pagi, dia kan mageran. Coba keliling rumah deh..."

Ben mencari Adinda di seluruh bagian rumah, namun tak kunjung menemukan nya. Ia pun pergi ke dapur untuk mengambil minum, namun tiba-tiba ia melihat catatan Adinda yang di tempelkan di kulkas.

"Loh, ini apaan? Siapa yang nempelin ini di sini?"

Ben membaca pesan Adinda, lalu berlari ke kamarnya untuk menelfon Adinda.

"Din... Pokonya Lo harus segera angkat!"

Nomor yang anda tuju sedang sibuk, silahkan coba beberapa saat lagi...

Ben mulai jengkel, berkali-kali ia menelpon Adinda, tapi selalu sibuk ataupun tidak diangkat. Terlalu kesal, Ben menelfon Diva.

"Halo... Lo dimana?"

"Halo... Kenapa?"

"Lo dimana?!"

"Oke bentar gue keluar dulu!"

"Buruan!"

"Iya ada apa? Telfon nggak salam, langsung nge-gas!"

"Lo dimana?"

"Ya di rumah lah... Masa di pasar? Jam berapa ini?"

"Adinda di rumah Lo?"

"Iya kenapa?"

"Bilangin ke dia, gue minta maag tentang masalah semalem oke! Dan... Tolong ajak dia nonton pertandingan gue nanti ya!"

"Lo apain tu Adinda sampe ngabur? Dasar pacar luknut kau!"

"Udah nggak usah marah-marah, bilangin aja ke dia! Kalo ada apa-apa langsung hubungi gue oke!"

"Iya deh iya, tapi inget ya, jangan sakiti Adinda lagi. Jangan sakiti hati cewek, kalo Lo masih sakiti hati Adinda lagi, pengen anak buat sendiri aja sana! Nggak usah ngajak cewek!"

Diva langsung mematikan telfon nya karena kesal, sedangkan Ben bingung dengan sikap dan kata-kata Diva yang aneh.

"Ni anak agak geser kayaknya..." gumam Ben.

Ben sedikit tenang kalau tau Adinda di rumah Diva. Ia mulai bersiap untuk pertandingan nya, begitu juga Adinda dan Diva yang semakin sibuk dengan masker dan alat-alat make up nya.

(◕ᴥ◕)

Di GOR

Team Ben mulai memasuki lapangan, diikuti para Cheerleader yang mulai membentuk formasi di pinggir lapangan. Ben masih bskum menyadari keberadaan Adinda.

Priittt...

Pertandingan di mulai dengan bola yang di lempar ke atas, Ben berhasil menyahut bola. Ia melakukan dribble sebentar lalu dioperkan ke temannya, melakukan beberapa tipuan dan setelah perjuangan panjang, Ben berhasil memasukkan bola ke dalam ring.

Sorakan dari pada penonton bergema di dalam Gedung Olahraga, para Cheerleader mulai melakukan atraksi. Kini giliran Adinda yang memakai pusat perhatian, Adinda perlahan naik hingga me capai titik teratas  dan mengangkat kedua tangan nya ke atas. Sorakan penonton semakin meriah, Adinda di lemparkan ke atas lalu ditangkap oleh teman-temannya.

Jujur, untuk sekarang jantung Adinda serasa mau lepas. Ia sampai menutup matanya saat di lemparkan, sedikit saja salah teknik, Adinda bisa jatuh bahkan patah tulang.

Setelah perjuangan yang keras dan panjang, sekolah Adinda lolos ke babak final. Para Cheerleader bersorak senang termasuk Adinda. Mendengar suara yang ia kenal, Ben menengok dan melihatnya.

"Adinda?! Kok di sini?"

Salah satu teman Ben datang menghampiri Ben. "Bro... Mau keluar bareng apa gue tunggu di parkiran? Kita si suruh ngumpul dulu di sekolah!"

"Lo duluan aja, ntar gue ngusul ke sekolah langsung!" jawab Ben tak fokus.

"Ok..."

Ben semakin geram dan akhirnya mendatangi Adinda, ia menali jaketnya di pinggang Adinda secara tiba-tiba. Ekspresi wajahnya benar-benar tidak tertebak sekarang.

"Ben?" kaget Adinda.

"Ciee..." teman-teman lain justru menggoda Adinda dan Ben.

"Ikut gue!" tegas Ben sambil menarik Adinda pergi.

"Div gue duluan!" teriak Adinda sambil berjalan.

Adinda berjalan mengikuti Ben dengan tangan yang di cengkram kuat oleh Ben.

"Ben lepasin, sakit tau nggak!" keluh Adinda pada Ben.

Ben membuka pintu mobil nya dan mendorong Adinda masuk ke dalam mobil. Ben menutup pintunya dengan keras lalu masuk ke mobil juga.

Adinda keheranan dengan tingkah Ben, seharusnya kan senang, terharu, memuji atau apalah, seperti bayangan Adinda. Tapi malah di seret sampai mobil? Sungguh di luar ekspektasi.

"Lo kenapa sih? Kenapa kayak gini?" tanya Adinda iseng.

My Crush My Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang