"Ken!" Panggil Mahesa yang otomatis dijawab oleh Ken.
"Tadi ada kertas penting terbang ke rooftop. Apa bisa tolong ambilkan?"
"Itu sangat penting untuk osis."
"Kenapa kak Mahesa tidak mengambilnya sendiri? Dan juga rooftop itu tempat terlarang di sekolah ini. Belum ada yang pernah memasuki tempat itu di tahun ini."
"Karena itu," ucap Mahesa dengan datar.
Ken loading sebentar, dan dia baru sadar sesuatu.
Ken akhirnya pasrah dan pergi mengambilnya.
'Padahal kak Mahesa tampangnya begitu menakutkan. Tapi tidak disangka dia takut hantu.'
Ken melihat tangga menuju rooftop.
'Uh, kalau ketahuan setidaknya aku ada alasan, kan,' pikir Ken yang takut ketahuan gurunya.
'Mana kurasa dari tadi ada yang ikutin,' Ken dari tadi merinding abis.
'Debunya juga banyak sekali.'
Ken membuka pintu rooftopnya. Di sana anginnya sangat terasa.
'Seram amat... Mana kagak ada pembatasnya, pantas saja di sini dilarang oleh guru-gurunya. Kalau tidak salah kudengar dulu ada yang bunuh diri di sini,' batin Ken sekalian mengambil kertas di sana.
Dia melihat ke bawah.
'Kasus bunuh diri ya. Memang sih, di sini sangat tinggi..'
Seseorang memegang bahu kanan Ken.
Ken jantungnya langsung nge deg.
Ken dengan cepat menoleh ke belakang.
"Haiden! Apa yang kau lakukan di sini. Jangan muncul seperti hantu!" Kesal Ken.
"Hahahaha, maaf, maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja aku tadi melihatmu, jadi aku ikut saja."
"Pantas saja aku dari tadi merasa ada yang ikutin," Ken merasa lega seketika.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Haiden.
"Tidak. Hanya ingin mengambil ini saja," Ken menunjukkan beberapa kertas yang dia pegang sekarang."
"Oh, lebih baik kita segera kembali," ucap Haiden.
"Iya."
Mereka meninggalkan tempat tersebut. Sesekali Haiden melirik ke arah Ken.
'Apa tadi hanya perasaanku saja..?'
9. Nilai
Hari ini di kelas Ken pembagian kertas ulangan harian yang waktu itu dikabarkan dengan mendadak. Dan banyak yang mendapatkan nilai jelek gegara tidak belajar.
Di kelas Ken banyak yang ngeluh karena nilainya yang di bawah KKM.
Haiden dari tadi terus mengumpat dirinya sendiri.
"Haiden, berisik."
"Matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, matilah aku, tetew."
"Memangnya nilaimu sejelek apasih, berapa?" tanya Ken.
Haiden menunjukkan kertas ulangannya, "Lihat aku dapat 99!" Ucap Haiden dengan muka yang mau nangis.
"Tau artinya bang*sat tidak?" Tanya Ken dengan senyuman.
"Cih! Memangnya nilaimu berapa?" Tanya Haiden.
Ken menunjukkan kertas ulangannya. Seperti biasa dia mendapatkan nilai 100.
Haiden menatap Ken dengan curiga.
"Ken, kau pakai cara apa? Padahal ini ulangan mendadak. Kenapa kau masih bisa dapat 100."
"Trus. Kenapa kau bisa dapat 99?" Tanya Ken.
"Itu karena setiap malam aku belajar selama 2 jam! Tapi nilaiku tetap tidak bisa 100."
"Orang jenius memang tidak adil. Mereka bisa dapat hasil bagus tanpa usaha keras. Usaha orang biasa sepertiku tidak bisa menyainginya," ngeluh Haiden.
"Ayolah. 99 itu sudah bagus, tinggal ditingkatkan saja. Lagian 2 jam bisa kau naikkan jadi 3 jam."
"Terkadang juga aku gabut juga belajar tengah malam sampai pagi."
"Idih, dasar anaq pinter!" Ucap Haiden.
"Udah, udah! Mohon diam dulu semuanya," ucap gurunya yang kembali mengajar.
Aku ingin tahu rasanya tahu setelah makan tahu aku jadi tahu rasanya tahu -Haiden
KAMU SEDANG MEMBACA
DASAR ANAQ PINTER! (WEE!!!)
Short Story[TIDAK DILANJUTKAN LAGI] Masih sangat banyak rahasia yang disembunyikan oleh Kenichi. Mari kita bongkar satu-satu. Hanya cerita pendek yang terdiri atas 200-300 kata WARNING : BxB, lemon? UkeOC? Random update