106. Rip

620 85 5
                                        

Ken hanya bisa menatap kosong ke makam itu. Lebih tepatnya makam Haiden yang sudah terpajang fotonya di sana. Dan terlihat ibu Haiden yang sudah nangis brutal di sana.

Mana cuacanya sedang hujan, menggambarkan suasana semua orang yang ada di sana. Air mata udah tercampur dengan air hujan yang cukup lebat itu.

'Kenapa orang yang dekat denganku menghilang lagi, ya?' Pikir Ken yang menghadapkan kepalanya ke langit yang tertutup awan itu.

'Kenapa Tuhan selalu mengambil orang-orang yang kusayangi?'

-----

RIP Haiden🙏

Sehari setelah kematian Haiden, akhirnya Ken mulai masuk sekolah.

"Woh! Ken! Lama ga kliatan, setelah sekian lama ga masuk akhirnya masuk juga ya." Sapa Upi yang langsung dilewatin oleh Ken.

"Woi! Seleb! Semingguan ga skolah mendadak seleb ya elo-!" Kesal Upi yang mulutnya langsung ditutup sama Amu.

"Woi, Pi! Sht! Diam woi!" Ucap Amu yang mengecilkan suaranya.

"Apaan sih?! Kan emang, Ken mendadak seleb, lupa kawan-?" Upi seketika terdiam.

"Sosok asliku kan emang gini. Aku lemah tapi menginginkan segalanya! Aku bodoh tapi banyak mimpi. Aku payah, tapi berjuang juga sia-sia!"

"MEMANGNYA KALIAN TAU APA TENTANGKU!?"

Ken juga langsung terdiam, tanpa sadar dia berteriak seperti itu.

'Aku pasti udah gila...' Pikir Ken.

"Ke-Ken..." Kaget Amu yang cukup syok, baru kali ini dia liat Ken seperti ini.

"Maaf. Masalah di kelasku masih berputar-putar di otakku. Maaf... Jadi lampiaskan ke kalian." Ucap Ken lalu meninggalkan Upi dan Amu.

Amu langsung memukul kepala Upi.

"Woi! Maaf lah maaf. Lupa aku." Ucap Upi.

"Baru 2 hari padahal." Heran Amu.

----

'Gabisa gini. Aku harus bersikap kek biasanya.'

'...Di saat ini, apa ya... Yang dilakukan sama Haiden.'

'Dia pintar dalam materi, juga pintar dalam bersosialisasi.'

Tiba-tiba pintu kelasnya terbuka. Ken terdiam di sana.

Terlihat Enzo yang membuka pintu itu.

Suasana sekarang benar-benar canggung.

"...Mau ngomong bentar di taman?" Tanya Enzo yang akhirnya diangguki oleh Ken.

"Waktu aku nginep di rumah Haiden itu, dia ngaku-ngaku bisa meramal masa depan. Aku awalnya ga percaya sih. Trus sekarang tau-taunya beneran terjadi."

"Ini foto yang Haiden kasi."

"Ini... Foto waktu TK?"

"Iya. Disuruh kasi ke kau. Simpanlah baik-baik."

Jika sudah membahas Haiden. Dia benar-benar tidak bisa menahan air matanya.

Enzo menatap itu hanya diam.

'Haiden, berbanggalah. Aku kalah.' Pikir Enzo.

DASAR ANAQ PINTER! (WEE!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang