14. Ceramah

1.9K 315 15
                                    

Kalian menginginkan lemon di fanfic ini?

"A-ayolah, Ken. Kita kalah waktu lomba sepak bola bukan salahmu," ucap Haiden yang berusaha menghibur Ken.

"Lagian kami tidak peduli menang atau kalah, kalau bolanya tidak masuk mau gimana lagi," ucap teman lainnya.

Ken sekarang sedang ada latihan sepak bola bersama satu timnya.

Ken menunduk melihat ke arah bola yang ada di depannya.

"Maaf," ucap Ken pelan.

"Hahaha, sebagai senior yang baik kami tidak memperdulikan hal seperti itu," ucap kakak kelas yang ada di sana.

"Dari awal aku sepertinya memang tidak memiliki potensi dalam hal-hal seperti bola. Kurasa lebih baik aku keluar saja."




"Ken. Nanti pulang mau ke rumahku?" Tanya Haiden.

"Ibuku terus bilang ingin bertemu denganmu, udah berasa jadi anak kandungnya," ucap Haiden.

"Kalau itu ibumu yang minta aku tidak bisa menolaknya sih... Lagian waktu pulang sekolah aku ada waktu luang sekitar 30 menit."

"Baguslah kalau gitu, setidaknya aku tidak perlu dengar kata kangen dari mulutnya untuk sementara."

Pulang sekolah

"Sudah berapa tahun ya aku tidak berjumpa dengan bibi," gumam Ken yang berpikir sudah berapa lama.

"Sejak smp dah," malas Haiden yang mendengar Ken menghitung hal-hal kecil seperti ini dengan rumus.


"Kenn, lama tidak bertemu!" Peluk ibu Haiden.

"Bibi, pelukannya terlalu erat.."

"Hahaha! Maaf, maaf, masuk saja dulu."

Anak kandungnya ditinggal begitu saja saat ada Ken di sana

"Haiden, kau masuk saja ke kamar. Ibu ingin bicara sama Ken."

"Idih, anakmu siapa sih sebenarnya," ucap Haiden yang diusir begitu saja.

"Bibi ingin membicarakan apa?" Tanya Ken.

"Bibi dengar kalian waktu perlombaan kalah, padahal satu langkah lagi bisa menang, ya."

Ken terdiam sebentar.

"Iya, kami saat itu kalah, jika ketua kami kakinya tidak terkilir saat akhir pertandingan mungkin kami bisa menang."

"Tendangan terakhirnya... Padahal mereka sudah mempercayakan poinnya padaku."

"Ken, apa kau pernah dengar sebuah perumpamaan?" Tanyanya yang sambil membuat teh.

"Ya?"

"Perumpamaannya seperti ini,"

"Ada perasaan yang tak kau mengerti. Sampai kau terluka dan membuat masalah. Lalu ada perasaan yang mulai kau pahami setelah berada di bawah."

"Kau menolak hal bersih. Tapi, ketika kau kotor, kau mulai merindukan hal bersih. Butuh kelembutan untuk merasakan sakit."

"Perlu sebuah cahaya untuk menerangi kegelapan, kau tak bisa meremehkan itu, dan tak ada yang sia-sia. Karena itu, jika terkadang kau gagal. Itu bukanlah sia-sia."

"Asalkan kau berpikir Takkan kubuat ini jadi sia-sia. Itu pasti membuatmu merasa lebih hidup."

"Teman-temanmu di sana juga tidak menyalahkanmu, kan?"

"Emang sih, malahan ketua yang merasa bersalah.."


Ken berpikir kembali, "Meninggalkan klub memang keputusan yang salah ya..," gumamnya.

"Aku, aku pasti akan memenangkan pertandingan selanjutnya."

Ibu Haiden tersenyum melihatnya.

"Teruslah bersemangat seperti itu!" Ucapnya.

"Teruslah bersemangat seperti itu!" Ucapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DASAR ANAQ PINTER! (WEE!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang