66. Trauma

877 133 7
                                    

"Amu! Jangan pulang dulu. Ini sudah mulai gelap, tunggu bentar nanti aku antar pulang," ucap Ken yang menyuruh Amu untuk menunggu sebentar di depan ruangan osis, Ken sedang membereskan sesuatu di sekolah itu.

Tetapi Amu tidak menuruti perkataan Ken. Dia malah memakai topi jaketnya yang berwarna merah dan pergi ke gerbang sekolah berniat untuk pulang sendiri. Selagi dia bawa pisau, apa yang perlu ditakutkan? Pikir Amu begitu.

Ternyata keberaniannya itu tidak bertahan lama. Dengan seorang makhluk berambut biru muda memanggilnya.

"Amu!"

Amu melihat ke arah suara dengan muka yang syok dicampur takut.

"Aku cari dari tadi ternyata udah duluan!"

"Aku mau sendirian dulu, ya. Tolong jangan ikuti aku," ucap Amu yang tidak berani menatap Kiki.

"Masih marah?"

"Maaf ya, maaf aku salah gapapa kalau kamu gak mau maafin. Hei~ Amu?" Ucap Kiki dengan ekspresi senyumnya yang biasa.

"Amu, aku di sini," ucap Kiki yang sekarang terlihat begitu menyeramkan di mata Amu. Mana sekarang depan gerbang sekolah udah sepi. Gaada orang, Amu semakin takut.

"Jangan anggap aku gaada dong~ Amuu," Kiki berusaha mendapatkan respon Amu.

'Kenapa? Kenapa aku takut? Tolong... Aku harus apa?' batin Amu dengan keringat bercucuran. Air matanya sudah sedikit menetes, seluruh badannya sudah gemetaran. Dia sudah tidak dapat berpikir jernih sekarang.

"Ki, Tolong... Bisa ga berhenti dan jaga jarak? Please."

'Kenapa aku takut begini? Kan di foto itu belum bisa mencerminkan kalau Kiki terobsesi dan suka sama aku.'

Amu sudah mengeluarkan pisau di sakunya secara perlahan-lahan.

"Kau beneran ngerasa bersalah? Kurasa kau bahkan tidak ngerasa bersalah dengan tindakan foto tanpa izin itu."

"Trus kenapa? Justru hanya ini cara untuk mengungkapkan rasa peduliku-!"

"Kamu yang gabisa liat sepeduli apa aku ke kamu!"

"Harusnya kamu senang-!!" Tiba-tiba sebuah batu bata terlempar ke arah kepala Kiki.

Lalu sebuah tendangan mendarat ke arah pipi Kiki.

Dan itu ulah Ken dan Sho.

Kepala Kiki sudah berdarah kena lemparan batu bata dari Ken.

"Dasar bodoh! Sudah kubilangkan tunggu di depan kelas. Kenapa malah ke gerbang?!" Ucap Ken dengan suara yang lumayan keras sambil memegang kedua bahu Amu.

Amu sudah menangis, "Ma-Maafkan aku!"

Sho sudah memukul Kiki abis-abisan. Dan memakinya.

"Tapi, makasih," sambung Amu lagi.

'Kali ini aku gak telat, kan?' Pikir Sho.

Setelah itu, Sho dan Toro menopang Kiki sampai ke rs.

Amu sedang mental brekdance. Dan brusaha dihibur Ken.

DASAR ANAQ PINTER! (WEE!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang