5. Cita-cita

3K 429 13
                                    

"Kalian juga dikasi tugas tentang cita-cita, ya." -Ken.

"Heem, hmmmmmmm, Upi, Sho, Ken. Kalau kalian sudah lulus, kalian mau jadi apa?" Tanya Amu pada mereka.

Upi terus heboh, katanya ingin menjadi selebgram, atau Kutubets juga boleh. Dan akhirnya ditertawai oleh Sho, sampai akhirnya mereka berantem seperti biasa.

"Cepat kasih tau impian lu apa?! Biar gua bisa ketawa!" Ucap Upi yang masih menarik baju Sho.

Sho mengatakan bahwa dia tidak ada impian, dan tentu saja Upi langsung ledek-ledek Sho. Sampe akhirnya Sho mengatakan impiannya yang sangat psikopat.

"Tidak bisa diharapkan," ucap Amu yang pasrah dan beralih ke Ken.

"Kalau Ken gimana? Orang secerdas dirimu pasti ada impian, kan?" ucap Amu.

"Entahlah. Untuk sekarang hidupku tidak ada tujuan. Lagian aku saja tidak yakin bisa hidup sampai lulus sekolah, umurkan tidak ada yang tau," jawab Ken.

"Oh waw, suram sekali ya pikiranmu," ucap Upi.

"Apa sekarang kau beneran tidak memiliki impian?" Tanya Amu lagi.

"Ken sama Sho sama saja. Bagaimana bisa ada orang yang tidak memiliki impian," ucap Upi.

"Kalau soal impian memang ada sih, tapi kurasa itu agak sulit untuk dicapai," ucap Ken yang terlihat sedikit ragu untuk mengatakannya.

Amu mengharapkan impian dari Ken, siapa tau itu bisa jadi motivasi untuknya.

"Apa, apa?!" Penasaran Upi.

"...Pembunuh bayaran?"

Terdiam semua.

"Dasar psikopat," Upi bersembunyi di belakang Amu.

Sampe akhirnya Toro datang.

"Oh Toro. Menurutmu! Apa pekerjaan yang cocok untukku?" Tanya Amu kepada Toro.

'Mana kutau,' batin Toro sekarang.

"Tugas ini memang menyulitkan sekali, ya," ngeluh Ken.

'Tidak mungkin aku menulis pembunuh bayaran di sini,' batin Ken yang berpikir keras untuk cita-citanya.

Kalau bingung mau jadi apa, jadi belahan jiwaku saja -KIKI

DASAR ANAQ PINTER! (WEE!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang