22. Sabar

1.6K 272 1
                                    

JAM ISTIRAHAT

"Gimana keadaan kalian sudah mendingan? Aku bawain cemilan," ucap Toro.

"Waaaa, makasih Toro," ucap Upi.

"Dih Lin, kubilang ini kasih ke Amu, malah dibiarin di sini," ucap Ken yang mengambil jaket Amu.

"O hiya, lupa," ucap Lin tanpa rasa bersalah.

Ken sangat tertekan dengan Lin sekarang.

"Lin, perban," Ken mengecilkan suaranya.

Lin melirik ke arah tangan kiri Ken yang perbannya dah hampir jadi warna merah.

"Tadi kiri sekarang kanan, makanya jangan cuman peduliin tangan sebelah doang."

"Ya maap, andai kau tau selama di kelas seberapa kerasnya ku sembunyiin tangan ini."

"Kau nub sekali dalam mengikatnya, pantas aja darahnya malah ganti tangan."

"Dih, mana bisa gitu anj. Skill perban gweh dah pro tau ga."

"Hm? Kau mewarnainya di sini?"

"Ini namanya trik marketing tau gak, biar pada gak curiga," bangga Ken.

"Dih," Lin sengaja mengencangkan ikatan perban di tangan Ken.

"Aduii! Sakit woi! Pelan-pelan ngapa," teriak Ken.

Sebuah bantal ke lempar tepat di palak Ken.

"Saha?!" Kesal Ken.

"Mon maap, ga sengaja," ucap Kiki.

Ken sebagai orang yang paling sabar setelah Toro, dia hanya mengiyakannya saja.

Ken hela napas buat buang emosinya, " Amu, ini jaketnya. Makazeh kemaren dah pinjemin."

"Ho'oh, lagian ini jaket yang kau kasih waktu aku ulang tahun," ucap Amu yang kembali memakau jaket merah kesayangannya.

"Masih sakit?" Tanya Kiki ke Amu.

"Aku gak sakit cuman pusing," datar Amu yang bangun dari turunya.

"Kok cemberut terus sih? Senyum dong," goda Kiki.

"Jijik."

"Mau pulang? Kalau mau, aku bisa anterin kok," tawar Kiki.

"Gak makasih, minggir."

Upi dan Toro hanya menonton drama itu sambil memakan cemilannya.

"Aku bawa motor loh."

"CK! Bisa diem gak seh! Aku itu butuh ketenangan!" Kesal Amu.

"Walaupun aku mau pulang, aku bisa pulang sendiri!"

"Hahahahahaha, sorry, sorry," tawa Kiki.

"Malah ketawa!"

"Jangan marah."

Baru aja mendingan, trus marah-marah pusing Amu balik lagi, pandangannya memburam.

'Darah rendah sialan..." Muka Amu memucat.

"Amu?"

Amu ambruk ke tangan Kiki.

Seketika sebuah cahaya ilahi menerangi seluruh ruangan.

Kiki loading, dan dia baru sadar, Amu ga sengaja dia lempar gegara salting berat.

Gubrak!

"Kiki gblk! Amunya malah dilempar!" Kaget Upi.

"Woi! Tukiem syalan! Ngapain kau lempar Amu?! Kalau palaknya bocor kutandain kao!" Kesal Ken untung dia segera nangkap Amu.

"Lin tolong, ini tangan dan kepala Ken berdarah," ucap Sho dengan ekspresi biasa aja.

DASAR ANAQ PINTER! (WEE!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang