78. Lakban

720 117 2
                                    

Sret sret!

"Anak karate emang beda, ya. Lakban pun bisa dipotong pakai tangan..." Ucap Amu.

"Mana PR MTK kalian? Pak Eko suruh aku untuk tagih tugasnya. Katanya nanti dia ada urusan, jadi kalian jamkos."

"JAMKOS?!!"

"ALHAMDULILLAH!"

"YEEE YEE."

"SYUKUR MATIMATIKA JAMKOS!"

Terdengar mereka sangat bahagia saat pelajaran mematikan itu gurunya ada urusan.

"Ya, sekarang serahkan PR kalian." Ucap Ken lagi.

Seketika banyak tumpukan buku di tangan Ken. Dan saat dia menghitung lagi, masih kurang.

Ken melihat ke arah Upi dan Amu yang sibuk pasang lakban lagi di pintu.

"Mana tugas kalian?"

"Hehe lupa."

Ken sudah tidak heran dengan ini. Dan sekarang tersisa Kiki dan Sho yang belum datang. Ken melihat ke arah jam dinding itu lalu dengan kesabaran menunggu mereka datang.

"Kalian, bagaimana kalau ada guru yang masuk?"

Ken sudah memperingatkan mereka, tapi tetap saja tidak didengar oleh Upi dan Amu.

Akhirnya setelah beberapa detik, Kiki datang.

"Oh? Haha ga kena!" Sombong Kiki saat melihat ada lakban di depan matanya.

Kiki dengan pedenya melangkah maju, tau-tau di bawahnya juga ada lakban, dan hasilnya dia tersandung dan ditertawakan sekelas.

Ken hanya menyimak dan langsung menagih tugas ke Kiki. Untung saja dia udah kerja.

Dan sisanya sekarang hanya Sho.

"Sho lagi jalan ke sini hehe, sini gua yang pasang lakban. Bakal gua ketawain kalau sampai tu bocah kena." Ucap Kiki sambil pasang lakban di pintu.

Yang di tunggu-tunggu akhirnya datang. Tau-tau gak kena. Karena Sho kependekan.

Upi, Amu, dan Kiki udah ketawa brutal.

Yang lain cuman bisa menahan tawanya.

"Ekhem..." Ken juga langsung menghalangi wajahnya dengan buku agar tidak kelihatan. Dia sudah menahan tawanya sebisa mungkin.

Dan berakhir Upi, Amu, dan Kiki dipukul beberapa benjolan. Walaupun Amu sampai mukanya penyok ke bawah.

"Sho-Shoto, PR Matematikamu..." Ken udah berusaha untuk ga kepikir hal yang tadi.

Shoto langsung membuka tasnya lalu mengeluarkan tugasnya.

Entah kenapa, sejak chapter 77, hubungan Ken dan Sho sedikit renggang.
Sama-sama tidak tau mau mengatakan apa sekarang.

"Dah ya. Amu, Upi cuman kalian yang ga kumpul ni." Ucap Ken yang baru mau keluar, namun terlihat seorang guru yang masuk lalu kena lakbannya Amu.

"ADUH! HEI! KERJAAN SIAPA INI?!"

"Untung bukan guru lain yang datang, siapa yang pasang lakban ini? Jawab!" Ucap pak Eko dengan emosi dan urat-uratnya udah kelihatan.

Dan akhirnya semuanya menuduh Kiki, dan akhirnua Kiki yang dihukum oleh oak Eko.

"Pak katanya tadi nggak masuk?" Tanya Ken.

"Oh, itu bu Aya yang gantiin. Buku itu taruh saja di meja bapak."

"Baiklah."

Sebenarnya di dalem hati Ken udah senang parah karena wali kelas mereka ga masuk. Alias wali kelas Ken, Enzo, dan Haiden itu bu Aya.

Saat di pertengahan lorong, dia ketemu Enzo.

"Ken."

"Ya?"

"Apa aku boleh minta bantuanmu bentar? Untuk klub sepak bola. Di klub semuanya memintamu untuk buat design kaos buat klub sepak bola." Ucap Enzo yang masih malu-malu.

"Hm... Design doang, boleh sih. Besok aku kasi gambarannya deh. Aku ke ruang guru dulu."

"Iya." Enzo hanya mengangguk-angguk. Mukanya masih sedikit merah jika kepikiran chapter 76. Ia tidak menyangka bisa menyatakan cintanya di saat seperti itu. Untung saja Ken sepertinya tidak mempermasalahkan itu, dia juga belum butuh jawabannya. Hanya dengan hubungan mereka baik-baik saja seperti tadi sudah cukup baginya.

Enzo menyukai Ken sejak mereka berada di 1 klub, yaitu klub sepak bola.

DASAR ANAQ PINTER! (WEE!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang