Bab 1⚠️

13K 347 26
                                    

Malam itu Alicia duduk sendirian di meja bundar paling depan, menatap panggung dengan cahaya kemerahan. Kedua matanya sedari tadi terjerat pada sosok lelaki tampan yang kini sedang menyanyikan lagu Al Jarreau - After All.

Lelaki berpenampilan kasual yang mengenakan jaket merah itu, duduk di atas kursi tinggi sambil memegang mic. Wajah maskulin selaras dengan gema bariton yang mencuri telinga seluruh pengunjung di bar ini. Sesekali lelaki itu membelah rambutnya yang gondrong dengan sebelah tangan.

Tampan, sungguh tipenya.

Tatapan lelaki itu berkali-kali menemukannya. Meredup sayu, tiap kali ia tersipu malu akibat senyuman kelewat manis yang dalam sekejap melumpuhkan hatinya. Alicia yakin bukan sekadar kebetulan tatapan mereka berkali-kali bertabrakan, hanya karena ia duduk di meja paling depan.

Tidak pernah Alicia sangka, akan menemukan lelaki yang begitu menarik di bar rekomendasi salah seorang kenalannya. Sepulang kerja di Jumat malam, ia hanya berniat melepas penat dengan sepiring pasta dan segelas bir di atas meja. Siapa sangka, di bar yang tidak terlalu ramai pengunjung ini ia mendapatkan penampilan panggung mengesankan dari lelaki yang tampak begitu sensual.

Alicia sebenarnya tidak begitu menyukai musik jazz. Tetapi akhir-akhir ini ia mencoba mendengarkan demi menyamakan selera dengan beberapa nasabah yang menjadi kelolaannya, meski selalu berakhir mengantuk. Namun suara dalam dan berat penyanyi dengan penampilan unggul di atas panggung, membuat musik yang sedang dimainkan begitu menyatu dengan telinganya.

Lebih tepatnya, menyatu dengan kedua matanya.

Entahlah. Mungkin lelaki itu memang atraktif dan terlanjur memikat sehingga apa saja yang dilakukan terlihat bagus-bagus saja. Mungkin juga karena lelaki manis itu mengenakan jaket merah yang selaras dengan pencahayaan panggung.

Riuh tepuk tangan menjadi penutup dari lagu yang baru saja selesai dibawakan. Lelaki itu dan personil band lainnya turun dari panggung, hanya menyisakan seorang pianis yang bertahan memainkan instrumen.

Lelaki itu mendekat sambil mengurai senyuman yang membuat jantung Alicia berdetak lebih kencang.

"Sendirian?" tanya lelaki jangkung yang sudah berdiri di depan mejanya.

"Seperti yang kamu lihat, saya sendirian." Alicia tidak menerima pertanyaan basa-basi.

"Boleh... duduk?" Lelaki itu tersenyum sambil bersiap menarik kursi di hadapannya. Seperti sudah tahu akan jawabannya.

"Silahkan."

Jawabannya membuat lelaki menawan yang terlanjur mencuri puja- pujinya itu tersenyum malu, kemudian duduk dengan manis di hadapannya.

"Saya Ricky." Lelaki itu percaya diri memperkenalkan diri tanpa mengulurkan tangan. Mungkin agar terkesan tidak terlalu formal.

Alicia mengamati lekat-lekat wajah Ricky yang menawan.

"Boleh saya tahu nama kamu?" Ricky bertanya dengan tatap antusias.

Senyuman Alicia tertahan malu-malu. Lelaki bernama Ricky yang duduk di hadapannya bahkan hanya mengenakan kaos dan celana jeans, yang dipadu dengan jaket merah. Tetapi entah mengapa bisa terlihat begitu seksi. Apa karena kulit kecoklatan dan rambut sedikit gondrong yang luar biasa enak dilihat?

Ditambah, Ricky luar biasa sopan. Apa karena malam ini ia masih mengenakan pakaian kantoran sehingga Ricky akhirnya bersikap lebih formal?

"Alicia. Panggil aja Cia," jawab Alicia tanpa ragu meski selama ini ia lebih sering dipanggil Al. Tetapi entah mengapa untuk lelaki tampan berwajah manis ini ia membuat pengecualian.

FOR💋PLAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang